Putri merebahkan tubuhnya keatas kasur. Siang ini begitu membuat dadanya semakin sesak. Perasaan sakit bercampur aduk dengan emosi nya. Hmm, maklum saja namanya juga anak remaja, kisah cinta mereka terkadang membuat mereka berubah 180 derajat dari sifat aslinya ketika dulu masih kanak-kanak.
'Cinta memang segalanya, membuat hati kita berbunga-bunga. Tetapi ada saat dimana cinta malah membuat hati kita tertusuk-tusuk oleh jarum, tersayat pisau, meretak dan pecah karena diserang rasa sakit yang begitu dalam; yang tentunya penyebab utamanya adalah perasaan cinta mereka yang mungkin tak seperti yang mereka inginkan.'
Putri menerawang keluar jendela. Terlihat sepasang kupu-kupu yang keliling sebentar didepan jendela kamarnya. Putri pun tersenyum simpul sambil mengulurkan tangannya yang sudah lebih dari satu kali bertemu dengan kupu-kupu manis itu. Kupu-kupu yang cantik nan elok bersayap ungu, warna favoritnya. Hmm, Putri juga memberi nama kepada kupu-kupu itu. Pung dan Piung. Tetapi yang lebih akrab dengan Putri adalah Pung.
Tiba-tiba Piung beranjak pergi. Rasanya, ia ingin mencari makan. "Curhat dong Pung.. Kita ga pernah loh curhat-curhatan" pinta Putri meski dia tahu Pung tidak mengerti ucapannya. Tetapi, setidaknya ia yakin Pung akan mendengarkannya.
"Dulu waktu aku kelas 7, ada seseorang yang bikin aku kagum. Awalnya kagum biasa, tapi abis itu ngefans, eh habis itu malah cinta. Sakit banget Pung, suka sama dia, itu. Aku gak pernah dianggep dan dikasih pengertian. Dia gak pernah tau rasanya jadi aku. Nahan rasa itu tuh.. Kretek... Hmm masalahnya sahabatku juga suka dia, Pung. Trus, waktu aku sama dia kelas 8, anak itu nembak sahabatku.. Chandra namanya. Ya ampun, sakit sih. Tapi waktu Chandra ceritain semuanya ke aku, aku tahu lebih sakit jadi Chandra ketimbang aku. Gini, gini. Intinya, aku suka sama si dia, tapi sahabatku juga suka. Dan si dia gak peka, tapi peka nya cuma sama Chandra. Bayangin, itu suakitt banget.!" ujar Putri, sambil sesekali bergumam dan bergeming. Mendesah. Bersuara parau. Berpandangan sendu.
Tiba-tiba Pung pergi dari jari telunjuk Putri. "Yah, yah, yah.. Kok kamu ninggalin aku sih, Pung. Aku kesepian nih," rengek Putri. Putri hampir akan mengerucutkan bibirnya, sebal. Ketika tanpa ia duga Pung bukanlah kupu-kupu biasa, namun seorang bidadari. Pung merubah wujudnya menjadi seorang gadis!
"Loh.. kamu kok manusia..." tanya Putri terbata-bata, kagum menatap wajah Pung yang bersih bersinar dan berbinar dengan senyumnya yang manis. "Ya, aku memang manusia, sebenarnya. Tak usah takut, aku bukan orang jahat kok" jawab Pung sambil tersenyum sekali lagi, tetapi kemudian terkikik ketika melihat wajah polos Putri yang kaget dan terkagum-kagum menatapnya. "Dan kau mendengarkan kata-kataku? Yang tadi? Kau mendengar curhatanku??" Putri menyengir lebar. “Wah..! Keajaiban! Bagaimana bisa kupu-kupu berubah menjadi manusia? Bisakah kau ajari aku sesuatu yang bisa mengubahku menjadi kupu-kupu?”
Putri keluar kamar. Ia ingin membuka pintu rumah, tetapi kenapa pintunya terkunci? "Ah, itu.. Bukankah Ibu sedang keluar dan membawa kuncinya? Yahh...." batin Putri kecewa. Lalu ia kembali ke kamar. Ia berniat keluar lewat jendela ketika Pung menghentikannya.
"Sudah, tak usah bingung. Sini aku bantu!" tawar Pung. "Bantu bagaimana?" tanya Putri.
"Dengan ini, Insya Allah hal itu menjadi mudah," ujar Pung. "Hei.. kau seorang muslim? Kau mengucapkan kata Allah, wah.. bidadari Surga!" tanya Putri, lebih kagum lagi. "Hei, tidak juga. Aku gadis biasa, aku bukan seorang bidadari. Dan tentu aku muslim! Allah yang menciptakanku dan memberi nyawa padaku. Dan Dia yang menjagaku. Dan, Dia yang mampu mengubahku menjadi kupu-kupu atas permintaanku :D" katanya, seraya mengulurkan tongkat nya kearah Putri.
"Ta-daa! Sekarang kamu sudah diluar rumah, Sayang." seru Pung. "Sebenarnya kamu lebih muda dariku atau lebih tua? Atau, kita seumur kah?" sembur Putri dengan berbagai pertanyaan. "Anggap saja aku kakakmu.. Kau bisa curhat apa saja padaku, aku akan mendengarkanmu." seru Pung dengan suara yang lembut dan manis. "Langsung saja. Bagaimana pendapatmu tentang curahan hatiku beberapa waktu yang lalu?" kata Putri dengan wajah yang kembali sendu. "Kau tahu? Sedikit sekali yang mau bersyukur. Termasuk dirimu, kau tahu." gumam Pung, lalu Putri mengangkat alisnya. "Hah? Maksudnya?" "Coba deh renungkan. Seharusnya kamu bersyukur Allah menganugerahkan rasa cinta ke kamu. Kamu cinta dia itu mungkin takdirmu. Mungkin Allah ingin tau kamu lebih cinta ke manusia atau kepada Allah. Aku selama ini mengikuti jejakmu, lho.
Begini. Aku suka mengikutimu ke sekolah. Haha, saat itu, parfummu yang berbau bunga menarikku untuk mengikutimu kemanapun kau pergi. Dan hmm.. setiap kau pulang sekolah aku kemari. Aku ingin menghiburmu dengan kehadiranku. Aku tau kau sedang bersedih dan kesepian. Hm, aku juga tau setelah kau merasakan sakit nya diabaikan sama si dia, semenjak saat itu, kamu mencoba mengoreksi dirimu dan kepribdianmu. Kamu meningkatkan iman dan rajin belajarmu, kamu mempercantik wajahmu, kamu menata akhlaqmu, dan aku tau itu semua kau lakukan demi menarik perhatian dari dia. Yaa, tapi tentunya juga ingin dapat ridla dari Allah, sih. Dan yang paling aku tau, dia tetep gak ngehirauin kamu dan perubahanmu.
Tapi coba renungkan kembali, Putri. Mungkin Allah menaruh rasa suka ke hatimu terhadap anak itu agar kau merubah sifat burukmu. Jangan sekali-sekali menganggap Allah kejam sama kamu. Kalau kamu masih belum bisa move on dari si dia, coba bayangin betapa drastisnya perubahan akhlaqmu. Sejak kamu suka sama dia, kamu semakin mandiri dan semakin lama makin dewasa. Bersyukurlah,
Kamu mencintai dia itu lebih banyak manfaat dan untungnya daripada rugi dan sakitnya. Orang yang sabar akan disayang Tuhan. Belajar tersenyum saat kecewa. Fake smile gapapa kok, Putri! Senyum bisa mengobati hati yang terluka.
Dan satu lagi, belajarlah mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain. Jangan mau membenci dirimu sendiri."
"Tapi, Pung, Ibuku pernah bilang kalau aku itu sekarang sok baik, sok pintar, sok cantik, sok alim, sok bijak, dan sok bisa atau yang lainnya. Padahal aku terlihat sok baik itu karena pengen nutupin kekurangan dan keburukanku di masa yang lalu, aku kelihatan sok cantik itu karna aku ingin percaya sama diriku sendiri kalau semua cewek pasti diciptakan dengan wajah cantik, aku kelihatan sok pintar itu agar aku semangat dan gak mau merasa bodoh sendiri, aku sok alim itu karena aku pengen berusaha jadi anak yang baik-baik dan alim. Beriman, berakhlaq, berilmu, berperasaan. Dan aku sok bijak karena aku ingin belajar menghargai perasaan orang lain! Tapi kenapa masih gak ada yang mau ngertiin aku! Ngertiin perasaanku!
Semua diam aja, seakan-akan aku selalu bahagia karena mungkin aku suka tertawa dan bercanda. Tetapi sebenarnya dibalik itu semua, aku masih merasa kesepian meski ditengah keramaian. Kenapa semuanya pada negatif thinking ke aku?? Seburuk itukah aku? Aku tau dulu aku adalah anak yang nakal. Susah diatur. Akhlaq-ku hancur berantakan. Tetapi ketika aku ingin dan belajar untuk berubah, kenapa tidak ada yang mendukungku? Aku juga manusia, aku punya perasaan. Kalau kayak gini, lama-lama aku jadi benci sama diriku sendiri. Lagian, mungkin aku emang bodoh, ngapain aku cinta sama anak itu. Seandainya aku gak suka sama dia dan jatuh cinta terlalu dalam sama dia, perasaanku gak akan sekacau saat ini." Putri berandai-andai dan mencurahkan isi hatinya lebih dalam lagi.
"Jangan gitu! Ah. Belum tentu tidak ada yang mau mengerti kamu. Sahabatmu akan selalu mendukungmu kok." sanggah Pung, sambil memainkan pipi Putri untuk membentuk sudut dipinggir bibirnya, yaitu sebuah senyuman. "Aku juga sahabatmu kan?" tanya Pung sambil menghibur Putri dengan wajah dan senyuman nya yang begitu mempesona.
Nasihat Pung yang panjang lebar tadi membuat Putri menunduk dan merenung dalam-dalam. Ditatapnya mata si kakak kupu-kupu itu. Ia tersenyum. "Makasih, Pung. Selain sahabatku, aku akan menganggapmu kakakku."
Pung mengulum senyumnya semakin lebar. Mengeluarkan sinar dari giginya yang berbaris rapi dan putih cemerlang. Lalu, ia berdiri dan beranjak dari tempat ia duduk dan melambaikan tangan kepada Putri, sahabat pertama seumur hidupnya.
Tiba-tiba Putri kembali berada didalam kamarnya. Pung tersenyum kepada Putri diakhir pertemuan mereka sore itu. Setelah itu, Putri membuka jendelanya dan melambaikan tangan kepada Pung. "Terimakasih ya Pung! Eh, kakak, maksudku.. Haha daah"
Lalu Pung pun menjelma menjadi kupu-kupu bersayap ungu kembali. Dan, kemudian ia pergi. Sayapnya mengepak dengan anggun namun seakan-akan ia masih melambaikan tangannya kepada Putri.
"Meski kakak tiriku adalah seekor kupu-kupu, ia tetap sahabat yang nyata untukku." ujar Putri dalam hati.
Karya: Sabitha
No comments:
Post a Comment