Dono di ruang tamu sedang berpikir panjang banget. Indro pun selesai memasak di dapur ke di ruang tamu. Indro melihat Dono terlihat aneh, ya kaya orang melamun.
"Don melamun ya?" kata Indro.
"Ah enggak melamun. Ada yang aku pikirkan," kata Dono.
"Apa itu. Cerita Don?!" kata Indro.
"Aku teringat nenek ku yang sakit sih. Yang di rawat di rumah sakit. Aku melihat sesuatu yang aneh di dalam tubuhnya, ya aku diam saja. Dokter dan perawat merawat nenek dengan baik agar sembuh. Keluarga pun jagain nenek di rumah sakit sampai sembuh, ya pulang ke rumah. Beberapa hari kemudian penyakit nenek kambuh dan akhirnya meninggal, " kata cerita Dono.
"Nenek meninggal. Sudah waktunya Don," kata Indro.
"Memang sih sudah waktunya. Cuma apa yang aku lihat beda dengan apa yang di lihat Dokter, perawat dan keluarga?!" kata Dono.
"Apa yang beda Don?!" kata Indro.
"Ujian kematian nenek. Dokter dan perawat, ya cuma sekedar nolongnya. Padahal aku sudah tahu umurnya tidak panjang lagi!" kata Dono.
"Kenyataan seperti itu. Dokter dan perawat sekedar saja mampu menolong manusia yang sakit!" kata Indro.
"Cerita bukan sekedar nenek ku saja. Paman, ya bukan paman ku tapi di anggap paman sih. Siklusnya sakitnya paman sama dengan kisah nenek, ya pada akhirnya meninggal. Dokter dan perawat sekedar menolong ya untuk sembuh, pada akhirnya meninggal juga," kata Dono.
"Waktunya meninggal," kata Indro.
"Aku mengerti kenapa orang meninggal? Karena sakit yang berkepanjangan. Kecelakaan ini dan itu. Sampai bunuh-bunuhan dari perkata kecil sampai perkara besar, ya perang," kata Dono.
"Suratan takdir manusia yang hidup pasti mati dengan caranya masing-masing," kata Indro.
"Ujian kematian itu memang menyakitkan," kata Dono.
"Memang ujian kematian itu memang menyakitkan. Maka banyak orang yang paham agama ingin mati dengan keadaan baik-baik," kata Indro.
"Aku mencoba ilmu itu mengetahui kebenaran kematian itu. Ujian sakit banget. Seperti roh di tarik dari dalam tubuh, ya sampai tidak bernafas lagi, kata guru ngaji bercerita tentang kematian. Padahal yang asli sih saraf kehidupan di putus dan di sumbat aliran udara oleh zat yang membuat aku tidak bisa bernafas lagi. Karena aku punya ilmunya, ya selamat," kata Dono.
"Jadi kerusakan tubuh dan juga ada malaikat maut yang ikut campur dalam ujian kematian itu," kata Indro.
"Kenyataannya seperti itu," kata Dono.
"Kematian dari dulu sampai sekarang ceritanya selalu misteri," kata Indro.
"Sehebat ilmu kedokteran berkembang. Pada akhirnya ending cerita dari perjalanan manusia adalah kematian," kata Dono.
"Hidup sejenak Don!" kata Indro.
"Memang sejenak banget hidup itu. Maka itu aku belajar ini dan itu untuk mengungkap rahasia kematian dan juga kenapa manusia terlahir cacat?" kata Dono.
"Kodar Don, jawabannya bagi orang paham ilmu agama," kata Indro.
"Selalu jawaban itu paling tepat. Tetap saja ujiannya sama seperti ujian kematian," kata Dono.
"Berarti malaikat maut ikut campur lagi. Atau bisa dibilang ada zat yang menghambat pertumbuhan," kata Indro.
"Seperti itulah caranya. Tidak jauh beda dengan ujian kematian. Yang kuat hidup, yang lemah mati!" kata Dono.
"Kalau memang jalan kematian itu menyakitkan. Aku orang beriman dan paham ilmu agama, ya aku ikhlasin jalan kematian itu," kata Indro.
"Sama dengan aku, Indro. Ya aku Ikhlasin aja jalan kematian seperti itu," kata Dono.
"Sudahlah Don. Ngobrol membahas tentang ujian kematian. Aku sudah paham banget. Jadi lebih baik aku main game aja!" kata Indro.
"Iya," kata Dono.
Dono mengambil buku di meja dan di bacanya. Indro pun main game di Hp-nya. Kasino selesai urusan kerjaannya di kamarnya, ya keluar dari kamar ke ruang tengah untuk nonton Tv.
"Cerita ini boleh di percaya boleh tidak. Sekedar cerita saja!" celoteh Dono.
Dono terus membaca bukunya dengan baik. Kasino pun menonton Tv, ya biasalah berita ini dan itu.
"Beritanya masih seputar ini dan itu toh!" kata Kasino.
Kasino fokus nonton Tv. Dono asik baca buku dan Indro, ya asik main game di Hp-nya.