Di depan rumah, ya Budi duduk santai sambil menikmati minum kopi dan juga gorengan. Budi mengambil buku di bawah meja. Buku itu berisi cerpen-cerpen dari koran lama sih. Budi memilih cerpen yang menarik, ya untuk di bacanya. Cerita tentang pahlawan super yang memiliki kemampuan sihir, ya judul Doctor Strange.
Isi cerpen yang di baca Budi :
Di Kathmandu, penyihir Kaecilius dan orang-orang fanatiknya memasuki kompleks rahasia Kamar-Taj dan memenggal kepala pustakawannya. Mereka mencuri beberapa halaman dari teks mistik kuno milik Yang Kuno, seorang penyihir berumur panjang yang telah mengajar setiap siswa di Kamar-Taj, termasuk Kaecilius, dalam seni mistik. Yang Kuno mengejar para pengkhianat, tetapi Kaecilius dan para pengikutnya melarikan diri.
Di New York City, Dr. Stephen Strange, seorang ahli bedah saraf yang kaya, terkenal, dan arogan , mengalami cedera parah pada tangannya dalam kecelakaan mobil saat dalam perjalanan ke konferensi pidato, membuatnya tidak dapat beroperasi secara permanen. Rekan ahli bedah Christine Palmer mencoba membantunya melanjutkan, tetapi Strange dengan sia-sia mengejar operasi eksperimental untuk menyembuhkan tangannya. Strange mengetahui tentang Jonathan Pangborn, seorang lumpuh yang secara misterius dapat menggunakan kembali kakinya. Pangborn mengarahkan Strange ke Kamar-Taj, di mana dia dibawa oleh Mordo, seorang penyihir di bawah Ancient One. Yang Kuno menunjukkan kekuatannya kepada Strange, mengungkapkan alam astral dan dimensi lain seperti Dimensi Cermin. Dia dengan enggan setuju untuk melatih Strange, yang kesombongan dan ambisinya mengingatkannya pada Kaecilius.
Studi aneh di bawah Yang Kuno dan Mordo, dan dari buku-buku kuno di perpustakaan yang sekarang dijaga oleh Tuan Wong. Strange mengetahui bahwa Bumi dilindungi dari ancaman dari dimensi lain oleh perisai yang dihasilkan dari tiga bangunan yang disebut Sanctums, di New York City, London, dan Hong Kong, yang semuanya dapat diakses langsung dari Kamar-Taj. Tugas para penyihir adalah untuk melindungi Sanctums, meskipun Pangborn malah memilih untuk menyalurkan energi mistik hanya untuk berjalan lagi. Strange berkembang dengan cepat, dan diam-diam membaca teks dari mana Kaecilius mencuri halaman, belajar membengkokkan waktu dengan Eye of Agamotto yang mistis. Mordo dan Wong memperingatkan Strange agar tidak melanggar hukum alam, membandingkan keinginan Kaecilius untuk hidup abadi.
Kaecilius menggunakan halaman yang dicuri untuk menghubungi Dormammu dari Demensi Gelap, di mana waktu tidak ada. Kaecilius menghancurkan London Sanctum untuk melemahkan perlindungan Bumi. Orang-orang fanatik kemudian menyerang New York Sanctum, membunuh penjaganya, tetapi Strange menahan mereka dengan bantuan Cloak of Levitation, hanya untuk terluka parah selama pertempuran kecil. Dia teleports dirinya kembali ke rumah sakit di mana Palmer menyelamatkan dia. Setelah kembali ke Sanctum, Strange mengungkapkan kepada Mordo bahwa Yang Kuno telah menarik kekuatan dari Dimensi Gelap untuk mempertahankan umurnya yang panjang, dan Mordo menjadi kecewa dengan Yang Kuno. Setelah bertarung di Dimensi Cermin New York, Kaecilius melukai Yang Kuno dan melarikan diri ke Hong Kong. Sebelum meninggal, dia memberi tahu Strange bahwa dia juga harus melanggar aturan untuk melengkapi sifat tabah Mordo untuk mengalahkan Kaecilius. Strange dan Mordo tiba di Hong Kong untuk menemukan Wong mati, Tempat Suci hancur, dan Dimensi Gelap menyelimuti Bumi. Strange menggunakan Mata untuk membalikkan waktu dan menyelamatkan Wong, lalu memasuki Dimensi Gelap dan menciptakan putaran waktu sekitar dirinya dan Dormammu. Setelah berulang kali membunuh Strange tetapi tidak berhasil, Dormammu akhirnya menyerah pada permintaan Strange agar dia secara permanen meninggalkan Bumi sendirian dan membawa Kaecilius dan orang-orang fanatiknya dengannya sebagai imbalan karena Strange memutus lingkaran.
Kecewa oleh Strange and the Ancient One yang menentang hukum alam, Mordo meninggalkan karir penyihirnya dan pergi. Strange mengembalikan Eye ke Kamar-Taj dan tinggal di New York Sanctum untuk melanjutkan studinya dengan Wong.
***
Budi selesai membaca cerpen dari koran lama, ya buku di taruh di bawah meja.
"Cerita tentang Doctor Strange...menarik," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan juga makan gorengan lah. Eko dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan dengan baik motornya di depan rumah Budi. Eko duduk bersama Budi.
"Eko. Ngomong-ngomong tentang cerita pahlawan super yang memiliki kemampuan sihir. Siapa Eko?" kata Budi.
"Pahlawan super yang memiliki kemampuan sihir. Siapa ya? Ooooo ini. Scarlet Witch!" kata Eko.
"Scarlet Witch, ya namanya Wanda. Memang sih. Pahlawan super yang memiliki kemampuan sihir. Wanda ikut dalam pertarungan melawan Thanos. Ya perang besar. Yang aku maksud sih Doctor Strange," kata Budi.
"Oooooo mau Budi. Pokok obrolannya tentang pahlawan super yang memiliki kemampuan sihir. Doctor Strange. Ya memang sih cerita tentang Doctor Strange bagus sih," kata Eko.
"Pahlawan super yang memiliki kemampuan sihir, ya versi cerita Indonesia. Siapa ya?" kata Budi berpikir panjang.
"Pahlawan super yang memiliki kemampuan sihir versi cerita Indonesia siapa ya?" kata Eko berpikir panjang.
Eko dan Budi, ya berpikir panjang mengingat cerita pahlawan super versi cerita Indonesia. Budi dan Eko berkata bersamaan "Dukun".
"Dukun termasuk kemampuan sihir," kata Budi.
"Ya adanya cerita sih tentang sihir. Dukun," kata Eko.
"Film 5 cowok jagoan. Ada pahlawan super yang memiliki kemampuan sihir. Dukun sih," kata Budi.
"Ceritanya menarik. Ya cerita komedi," kata Eko.
Abdul pun dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Abdul pun duduk bersama Eko dan Budi.
"Ngomong-ngomong. Eko, Budi. Sedang ngomongin apa?" kata Abdul.
"Dukun," kata Eko.
"Dukun," kata Budi.
"Dukun. Cerita misteri, ya Eko, Budi?" kata Abdul.
"Bukan cerita misteri," kata Eko.
"Cerita pahlawan super yang miliki kemampuan sihir. Ya Dukun adanya, ya versi cerita Indonesia," kata Budi.
"Ooooo cerita film 5 cowok jagoan. Cerita komedi toh. Menang menarik ceritanya sih," kata Abdul.
"Cerita Doctor Strange...menarik gitu," kata Budi.
"Cerita Doctor Strange," kata Abdul.
"Ya awalnya sih ngomongin cerita Doctor Strange," kata Eko.
"Gimana kalau kita nonton film Doctor Strange yang baru di bioskop?" kata Abdul.
"Nonton film di bioskop. Nonton di Tv, ya cukup sih. Acara Tv ada film ini dan itu," kata Eko.
"Aku mau sih nonton bioskop. Cuma?" kata Budi.
"Kebiasaan Eko dan Budi dari SMA. Main alasan ini dan itu. Aku yang bayar!" kata Abdul.
"Aku setuju. Nonton di bioskop!" kata Budi.
"Ya...aku ikut saja," kata Eko.
"Kalau setuju semua. Besok kita nonton di bioskop, ya film Doctor Strange!" kata Abdul.
"Seperti biasanya. Abdul baik," kata Budi.
"Abdul ada rezeki. Ya seperti biasanya. Ngajak nonton film ini dan itu di bioskop," kata Eko.
"Tujuannya menikmati hidup. Hiburan gitu. Dan juga kita ini termasuk orang-orang yang menggerakkan ekonomi," kata Abdul.
"Omongan Abdul. Bener lah. Kalau kita suka sesuatu dan punya uang. Ya kita boleh menikmati apa pun dengan baik. Termasuk orang-orang yang menggerakkan ekonomi dengan baik. Usaha di bidang film, ya berjalan baik," kata Eko.
"Roda ekonomi berjalan dengan baik dari nilai rasa suka. Film," kata Budi.
"Ya kalau begitu main kartu remi aja," kata Abdul.
"Ok. Main kartu remi saja!" kata Eko.
"Ya main kartu remi," kata Budi.
Budi pun mengambil kartu remi di bawah meja, ya kartu remi di kocok dengan baik dan di bagian dengan baik.
"Film-film Indonesia bagus kan Abdul, Eko?" kata Budi.
"Bagus. Film-film Indonesia," kata Abdul.
"Memang bagus film-film Indonesia. Ceritanya menarik," kata Eko.
Budi, Eko dan Abdul main kartu remi dengan baik.