CAMPUR ADUK

Saturday, January 12, 2019

KUNTILANAK

Halo sahabat KCH, ini adalah cerita pertama saya disini. Kalau ada kekurangan dalam penulisan harap dimaklumi. Kejadian ini terjadi di tahun 2008 dan saya alami dengan beberapa teman saya sebut saja Ari, Reno, Saidi, BunBun, Chika, Indah dan Elisa. Kejadian ini bermula ketika Elisa dan putrinya di teror hantu perempuan menyerupai kuntilanak ketika mereka cuma berdua dirumah karena suami elisa sedang dinas ke luar kota. Pada malam mereka berdua itu elisa dan putrinya sudah tidur nyenyak.

Tapi kemudian elisa terbangun karena ada suara-suara diruang tamu yang dekat dengan kamarnya dan ketika dia bangun keluar dari kamar dia terkejut karena ada sosok kuntilanak yang jelas berdiri di dekat pintu rumahnya. Sontak elisa pun masuk ke kamar dan membaca ayat-ayat suci Al Qur’an dan tidak lama kemudian kuntilanak itu menghilang. Esoknya elisa menceritakan kejadian itu kepada chika, indah, saidi, bunbun dan meminta mereka untuk bermalam di rumahnya sampai suaminya pulang.

Karena yang lain takut akhirnya bunbun mengajak saya, ari dan reno untuk ikut bermalam di rumah elisa. Akhirnya kita sepakat dan setelah habis sholat maghrib kami semua bertolak ke rumah elisa. Ketika sampai di rumah elisa kita santai di ruang tamu sambil mendengar cerita elisa tentang kejadian semalam dan tak terasa jam sudah menunjukan pukul 10 malam. Elisa dan putrinya, chika, indah tidur di kamar elisa, sedangkan saya, ari, reno, saidi dan bunbun tidur di ruang tamu tapi kami tidak langsung tidur karena tugas kami adalah berjaga-jaga.

Hawa di rumah elisa mulai berubah, angin membuat pohon jambu di depan rumah elisa bergoyang dan ketika jam 12 malam ke atas kejadian yang tidak di harapkan terjadi. Sosok kuntilanak yang menggangu elisa semalam muncul di depan pintu rumah elisa yang terbuka sendiri dengan kencangnya. Sontak saya dan teman-teman yang di ruang tamu terkejut dan bengong. Tapi 1-2 menit kemudian kami sudah sadar dan menguasai diri. Saya menyuruh elisa, chika, indah dan putrinya tetap di kamar dan membaca ayat suci Al Qur’an.

Sedangkan saya dan teman yang lain di komando oleh ari yang memang menguasai ilmu agama yang kuat. Mulai membacakan ayat suci Al Qur’an untuk mengusir kuntilanak tersebut, alhamdulillah tidak lama kemudian kuntilanak itu hilang. Kemudian ari mengeluarkan 3 botol besar air mineral yang sudah di bacakan surah yasin di seluruh sudut rumah elisa dan malam itupun keadaan normal sampai subuh karena kami memang tidak tidur untuk berjaga-jaga kalau kuntilanak itu datang lagi. Karena penasaran kenapa kuntilanak itu mengganggu elisa padahal sebelumnya tidak pernah ada kejadian, kami pun sepakat untuk menanyakan itu kepada kyai yang juga guru dari ari.

Setelah sampai di rumah elisa, kemudian beliau berdoa dan mendekati pagar rumah elisa dan mengambil tanah di sekitar pagar. Lalu beliau menjelaskan bahwa di pagar rumah elisa sudah ditaburi “Tanah Kuburan” oleh seseorang dan ternyata orang yang menaburkan tanah kuburan itu adalah tetangga seberang rumah elisa, kami pun langsung menuju rumah orang tersebut dan minta penjelasan.

Akhirnya orang itu mengaku dan mengatakan bahwa dia melakukan hal tersebut karena iri dengan kehidupan elisa dan suaminya yang semakin bagus rezekinya. Awalnya kami mau melaporkan kejadian itu ke polisi tapi atas saran pak kyai akhirnya terjadi kesepakatan kekeluargaan di saksikan oleh ketua RT setempat, alhamdulillah kejadian teror kuntilanak tersebut tidak pernah terjadi lagi.

THE BOY WHO CRIED WOLF

A shepherd-boy, who watched a flock of sheep near a village, brought out the villagers three or four times by crying out, "Wolf! Wolf!" and when his neighbors came to help him, laughed at them for their pains.

The Wolf, however, did truly come at last. The Shepherd-boy, now really alarmed, shouted in an agony of terror: "Pray, do come and help me; the Wolf is killing the sheep"; but no one paid any heed to his cries, nor rendered any assistance. The Wolf, having no cause of fear, at his leisure lacerated or destroyed the whole flock.

There is no believing a liar, even when he speaks the truth.

THE ANT AND THE GRASSHOPPER

In a field one summer's day a Grasshopper was hopping about, chirping and singing to its heart's content. An Ant passed by, bearing along with great toil an ear of corn he was taking to the nest.

"Why not come and chat with me," said the Grasshopper, "instead of toiling and moiling in that way?"

"I am helping to lay up food for the winter," said the Ant, "and recommend you to do the same."

"Why bother about winter?" said the Grasshopper; "We have got plenty of food at present." But the Ant went on its way and continued its toil.

When the winter came the Grasshopper had no food and found itself dying of hunger - while it saw the ants distributing every day corn and grain from the stores they had collected in the summer. Then the Grasshopper knew: It is best to prepare for days of need.

LOOKING FOR A BRIDE

There was once a young shepherd who wanted very much to marry, and was acquainted with three sisters who were all equally pretty, so that it was difficult for him to make a choice, and he could not decide to give the preference to any one of them.

Then he asked his mother for advice, and she said: “invite all three, and set some cheese before them, and watch how they eat it.”

The youth did so, the first swallowed the cheese with the rind on, the second hastily cut the rind off the cheese, but she cut it so quickly that she left much good cheese with it, and threw that away also, the third peeled the rind off carefully, and cut neither too much nor too little.

The shepherd told all this to his mother, who said, take the third for your wife.This he did, and lived contentedly and happily with her.

COBA-COBA SELINGKUH

Sabtu pagi yang cerah di kediaman Dono di daerah pinggiran kota Jakarta. Dono asik duduk ngetik di ruang tamu lewat Hpnya. Indro pun baru pulang dari urusan kerjaan dan langsung duduk bersama Dono.

"Dono tumben nulis pake Hp. Kemana leptop yang biasa di pakai untuk ngetik?" tanya Indro.

"Saya jual," jawab Dono yang masih asik ngetik di Hpnya.

"Kamu..jual Dono. Sayang banget. Kenapa kamu jual? Kan berguna untuk urusan kerja kamu?" tanya kembali Indro.

Dono menghentikan ngetik di Hpnya langsung di simpan.

"Saya butuh uang saja. Abisnya usaha saya mengalami tekan ekonomi. Karena penurunan penjualan,"cerita Dono.

"Ya........Dono namanya hidup wajar di atas wajar saja di bawah. Sudah kondisinya kan," kata Indro.

"Saya sebernarnya sudah tahu keadaan ekonomi saya. Saya sudah menghitung dari  awal puncaknya sampai mengalami penurunan yang luar biasa. Walau saya alternatifkan dengan jenis barang baru. Ternyata tidak mendongraknya. Lalu saya tinjau dari lingkungan masyarakat untuk mengecek tingkat ekonomi mereka dengan proses pendekatan. EEEEE ternyata ketahuan. Setiap warga sekitar masih terjebak dengan ekonomi keluarga," cerita Dono.

"Wah..bener-bener kacau ya...Dono," kata Indro.

"Bener-bener kacau, tapi harus mengambil sikap dalam keadaan ekonomi yang sulit. Bertahan atau gulung tikar," kata Dono.

"Keputusan yang berat banget," kata Indro.

"Yo...i..."

Dono melanjutkan pekerjaannya mengetik lewat Hpnya. Sedangkan Indro dapet telpon yang penting teman kerjanya bernama Nyasmin. Segeralah Indro pergi setelah menyelesaikan telponnya dan meninggalkan Dono yang sibuk mengetiknya.

"Haaaaaa..repot nulis pake Hp," keluhan Dono dengan suara cukup nyaring.

Dono tetap mengetik di Hp. Tiba-tiba Dono yang sedang serius kaget sekali Hpnya berdering. Lalu Dono membuka sms yang masuk. Ternyata Dono dapet pinjeman leptop dari Wulan. Segeralah Dono ke rumah Wulan untuk mengambil leptop. Pas keluar rumah Kasino baru pulang langsung deh Dono minjem motornya.

Dono menggunakan motor Kasino ke rumah Wulan. Singkat waktu sampai di rumah Wulan. Ternyata Wulan sudah di depan rumah sedang main Hpnya.

"Dek.." sapa Dono.

"Dek..dek.... ucapkan salam dulu ke rumah orang punya etika dong. Kaya gak di ajarkan agama ya!" kata Wulan ketus banget.

Dono bingung dengan sikap Wulan yang keras banget hari ini. Dono pun lebih baik menyerah dan mengucap salam "Asalamualaikum warohmatulloh wabarokatu."

"Waalaikum salam warohmatulloh wabarokatu," jawab Wulan.

Lalu Dono mau duduk bangku di teras rumah.

"Siapa yang nyuruh duduk?!" kata Wulan dengan ketus lagi.

Dono pun berpikir sejenak "Ada apa dengan Wulan ya...sampai keras ucapan ini."

Dono pun memutuskan untuk meminta maaf sama Wulan dengan tulus dari hatinya. Ternyata Wulan pun luluh hati yang keras dan begitu juga dengan ucapannya. Dono pun di suruh duduk di bangku teras rumah.

Mulailah Dono berbicara dengan maksud baiknya untuk meminjam leptop sama Wulan. EEeee Wulan marah lagi dan berkata "Tidak boleh." 

Dono lebih bingung lagi dengan sikap Wulan yang mengeras lagi. Dono pun mencoba bicara dengan Wulan dengan lebih baik lagi dan tulus banget.

"Dek..  jika...Kak salah tunjukan kesalahan Kakak. Jangan marah gini. Bikin bingung Kakak," kata Dono.

"Kakak..yang ....mulai duluan nie... semuanya," kata Wulan yang mulai marah-marah.

"Maaf..kalau... Kakak salah. Baik ucapan dan perbuatan Kakak yang tidak di sengaja dan sengaja. Sekali lagi maaf. Tapi tunjukkan kesalahan Kakak..... Dekkkk," kata Dono memohon.

"Mau tahu....gak apa ? Kak Dono...telah bermain api. Siapa ini Lesti, Rara, dan Selfi dalam tulisan yang di buat dalam Blog.....?," tanya Wulan.

Dono pun bingung di intrograsi oleh Wulan yang langsung menyalak. Dono pun mau menjawab,tapi melihat wajah Wulan yang marah akhirnya hanya bisa menunduk dan diam. Tapi Wulan mendesak Dono untuk memberikan pernyataan semuanya. Dono pun mengalah dan akhirnya membuka mulut dan bicara "Cuma orang yang Kak Dono yang dikenal saja. Lalu jadi bahan untuk tulisannya saja."

"Cuma itu saja?" tanya Wulan lagi.

"Ya...cuma itu, tapi .........."

"Tapi apa?" Wulan memotong omongan Dono.

"Tapi..memang ia sih...ada kisah di masa lalu dan sekarang yang saling berkaitan saja.Tapi Wulan gak perlu marah kok.... Cuma teman sekarang," penjelasan Dono yang kacau.

"Teman...apa teman. Nanti tahu-tahu masih ada rasa lagi?" kata Wulan menyudutkan Dono.

Dono mulai bingung di dalam dirinya dan kata hatinya bicara "Jujur salah bohong juga salah. Saya juga yang bikin masalah."

Wulan langsung masuk ke dalam rumah. Dono pun mencoba masuk ke rumah, tapi gak jadi lebih baik duduk di teras depan. Dono pun murung banget. Tiba-tiba Wulan keluar dari rumahnya.

"Kenapa gak di kejar untuk menyelesaikan persoalan kita?" kata Wulan.

"Maunya ngejer sih. Tapi....."

"Tapi...apa? Jangan-jangan gak cinta lagi sama Wulan ya. Lebih baik Lesti, Rara, dan Selfi? kata Wulan yang memotong omongan Dono dan di tambahkan langsung menyudutkan.

Dono pun diam sambil berpikir "Susah deh menghadapi Wulan seperti ini. Kaya macan betina banget."

Wulan pun kembali masuk ke dalam rumah lagi. Dono pun mengikuti Wulan masuk ke dalam rumah.

"Kak Dono..ikutan masuk ke dalam rumah juga. Ngikuti Wulan ya."

"Iya. Kalau gak ngikuti kamu masuk rumah untuk di kejar nanti marah lagi. Tapi...ini....."

"Wulan marah-marah sama Kak Dono," Wulan menyambungkan omongan Dono.

"Itu...maksudnya... Dek. Tapi..Kak Dono cuma teman dengan mereka itu saja," kata Dono dengan penuh kejujuran.

"Awas bohong..loe. Wulan cemburu tahu. Kak Dono memberikan perhatikan pada cewek lain harusnya Wulan. Karena Wulan ngeceknya tahu."

Dono pun berpikir "Dari mana Wulan tahu ya."

Wulan pun masuk ke dalam rumah dan Dono ingin ikutan masuk tapi lebih baik duduk di teras depan. Wulan pun keluar dari rumahnya dengan membawa leptop yang dari kamarnya dan di taruh di meja.

"Nih.. leptop ....Kak Dono yang di jual. Wulan beli lagi lewat teman Kak Dono," kata Wulan.

Dono langsung ngecek leptopnya dengan baik.

"Astaga ini leptop... saya," kata Dono.

"Saya dapat infonya dari leptop ini," kata Wulan.

"Wah.....gara-gara saya lupa memindahkan data. Ketahuan lah isi leptop ini," kata Dono.

"Ketahuan...kan. Kak Dono mulai main api. Biasanya Wulan yang di tulis. Tapi cewek lain yang masih ada urusan dengan pribadi Kak Dono," kata Wulan.

"Ya...deh..Kak Dono salah. Jadi minta maaf. Masalah leptop ini Kak Dono pinjem dulu ya," kata Dono.

"Sudahlah..Kak... Wulan membelinya untuk Kak Dono kok. Wulan ikhlas kok untuk Kak Dono," kata Wulan yang menunjukkan niat baiknya.

"Alhamdulilah..... Kalau begitu Kak Dono permisi dulu. Untuk menyelesaikan pekerjaan Kak Dono."

"Iya..hati-hati di jalan."

"Asalamualaikum," salam Dono.

"Waalaikum salam," jawab Wulan.

Dono pun segera pulang ke rumahnya dengan menjalankan motor dengan baik. Di tengah jalan Dono berhenti di pinggir jalan. 

"Untung aja punya cewek yang baik banget bisa menerima penjelasan saya. Sebenarnya sih...saya gak selingkuh. Cuma coba-coba. Tapi....lebih baik Wulan. Anaknya baik dan kaya raya. Saya sih tidak mengincar kekayaan orang tuanya. Saya suka sama Wulan karena kebaikan hatinya itu lah yang dapat mengalahkan semua wanita lebih baik dari Wulan dari sisi pencapaian sesuatu untuk masa depan yaitu karir," celoteh Dono yang meratapi keadaan dirinya.

Dono pun mulai menjalankan motornya. Lagi-lagi berhenti di pinggir jalan.

"Wulan lebih baik deng. Saya lupa... Kalau dia lulus S2. Pencapaian untuk masa depan bisa menjadi siapa pun. Tergantung Wulannya," celoteh Dono.

Dono pun menjalankan motornya lagi  menuju pulang ke rumahnya.


Karya: No

KEBAIKAN DI BAYAR DENGAN KEBAIKAN

Rangga duduk jalan di ibukota Jakarta dan sekaligus melihat perubahannya. Lalu Rangga pun istirahat pada sebuah bangku di bawah pohon yang rindang. 

"Satu, dua, tiga, empat dan ada juga yang buka kios pertokoan di pinggir jalan," celoteh Rangga dengan suara kecil.

Rangga pun mulai bersantai cukup lama untuk menghilangkan rasa capeknya. Perutnya mulai berbunyi dan rasa haus pun datang. Rangga mulai garuk-garuk kepala sambil geleng-geleng kepala tak sengaja sehelai rambutnya jatuh ke lantai. Rangga pun memungut sehelai rambutnya dengan tangan kanannya. Dengan seksama Rangga memperhatikan sehelai rambutnya.

"Hidup penuh dengan kemiskinan. Tak terasa saya sudah tua. Sehelai rambut ini menunjukkan kebenaran berwarna putih. Hidup di ibu kota ini memang menyakitkan. Harus lebih kerja keras lagi untuk bisa untuk mengisi perut yang kosong," celoteh Rangga dengan suara kecil.

Rangga pun bangun dari tempat duduknya dan berjalan mencari jawaban dari langkah kakinya hari ini. Sampailah Rangga pada kedai makan yang cukup murah untuk makan siangnya. Padahal uang Rangga tinggal Rp 20.000. Rangga pun memberanikan diri untuk membelikan makan pada kedai tersebut.

Saat mau masuk melihat orang buka yang biasa meminta-minta ke kedai makan. Rangga pun tahu orang buka itu yang meminta-minta nama Pak Diman. Rangga pun iba dengan keadaan Pak Diman. Uang Rp 5.000 di berikan oleh Pak Diman dan berkata di telinga kanannya "Ini sedekah saya hari ini untuk Pak Diman sebesar Rp 5000."

Pak Diman langsung memahami siapa yang bicara kepadanya?. 

"Nak Rangga..toh. Semoga Alloh SWT membalasnya," kata Pak Diman.

"Amin," jawab Rangga dengan halus.

Baru orang-orang iba dengan keadaan Pak Diman dan memberikan sodakoh mereka ke pada orang tua yang buta. Pak Diman pun berterima kasih pada semuanya. Sampai pemilik kedai makan memberikan sodakoh makan untuk Pak Diman yang di bungkus dengan baik. Lagi-lagi Pak Diman yang buta pun berterima kasih pada orang yang memberikan makan kepadanya.

Pak Diman pun berjalan meninggalkan kedai makan. Lalu Pak Diman meneteskan air matanya di matanya yang buta "Dunia masih banyak orang baik pada saya yang buta ini. Ya.....Alloh SWT."

Ranga pun hanya melihat Pak Diman berjalan dengan berhati-hati dengan menggunakan tongkatnya. Barulah Rangga masuk ke dalam kedai untuk memesan makanan dan minuman dengan uang Rp 15.000. Sang pemilik kedai makan melayani Rangga dengan baik dan tahu siapa Rangga yang sebenarnya?

Rangga pun menikmati makan dan minuman yang di pesannya. Selang berapa saat perut terisi penuh dengan akan dan minuman, lalu Rangga membayar harga makan dan minuman sebesar Rp 15.000. Pemilik kedai makan berterima kasih pada Rangga telah menjadi langganannya. Rangga pun melanjukkan perjalannya.

Terlihat dari kejauhan oleh mata Rangga orang berkumpul di pinggirnya. Ternyata seorang artis penyanyi Indonesia turun ke jalan dan banyak orang ingin berfoto dengan artis tersebut. Rangga hanya sikas saja melihat semua yang sedang berkumpul dan lebih baik jalan terus melanjutkan perjalannya. Tak sengaja Rangga melihat sebuah mobil yang tidak begitu mencolok tetapi terlihat kamera dari kaca mobil.

"Ternyata ada pengambilan syuting hari ini. Artis penyanyi turun ke jalan itu hanya ingin menaikan pamornya dengan langsung ke masyarakat toh," celoteh Rangga.

Rangga terus berjalan sampai di sebuah pinggiran toko. Rasa capeknya datang. Rangga mulai bingung lagi. Lalu segera duduk nongkrong di pinggir toko. 

"Saya sudah...bingung jalan hidup ini dengan penuh kemiskinan," celoteh Rangga.

Rangga pun mengambil sebuah plastik tempat makan di sampingnya yang berserakan untuk di buat mainan. Lalu segera Rangga menyobek-nyobeknya dan di taruh di depannya.

"Semoga-moga makan dateng......," celoteh Rangga yang ingin menciptakan guyonan pada dirinya yang sedang dilema.

Rangga pun menungguin mainnya itu cukup lama. Ternyata ada orang juga yang iba padanya Rangga lalu memberikan uang sodakoh Rp 5000. 

Rangga pun geleng-geleng kepala "Aduh-aduh saya cuma mainan.....eh malah benaran. Aneh juga hidup di kota Jakarta ini."

Rangga pun bangun dari tongkrongannya dan segera mengambil uang Rp 5000, lalu mengejar orang yang memberikan sodakoh padanya untuk mengembalikan uangnya.

"Maaf Ibu..saya bukan pengemis... jadi saya berikan uang Ibu Rp 5000," kata Rangga.

"Oh...iya. Tapi niat saya tulus. Alasannya saya melihat adik kelihatan melamun kaya orang banyak masalah. Ya saya sodakohan saja uang saya untuk adik. Niat saya baik kok..," kata Ibu-Ibu.

"Saya tahu niat Ibu baik. Tapi sebenarnya saya memang punya masalah. Cuma saya lagi ingin main saja jadi seorang peminta. Jadi ya..gak beneran..atuh. Jadi saya pulangkan uang ini," kata Rangga.

"Kalau mau adek seperti itu saya ambil lagi uang yang baru saya sodakohkan," kata Ibu-Ibu.

"Iya," jawab Rangga.

Rangga pun meninggalkan Ibu-Ibu  tersebut. Baru berapa langkah Rangga pun di panggil Ibu-Ibu "Adek...adek."

"Iya," saut Rangga sambil membalikkan tubuhnya.

"Saya punya tawaran baik. Mungkin adek tertarik untuk bekerja di toko saya," kata Ibu-Ibu.

"Tawaran Ibu cukup menarik. Saya memang membutuhkan pekerjaan untuk menyambung hidup di kota Jakarta ini. Jadi saya terima tawaran Ibu," kata Rangga.

"Ayo ikut saya ke toko saya....," kata Ibu-Ibu.

"Baik ...Bu."

Rangga mengikuti Ibu-Ibu yang menawarkan pekerjaan di tokonya. Sampai di toko Ibu-Ibu itu Rangga melihat nama merek toko yang terpampang jelas.

"Butik Mila," celoteh Rangga.

"Adek akan bekerja di toko saya yang bernama Butik Mila yang diambil dari nama saya sendiri Mila Pusparini," penjelasan Ibu-Ibu.

"Nama yang bagus sesuai orang yang memakainya," pujian Rangga.

"Terima kasih, " saut Ibu Mila.

Semenjak itu Rangga bekerja menjadi karyawan di toko Ibu Mila. Kehidupan Rangga mulai membaik tidak kesulitan lagi karena kemiskinan. Dengan sabar dan kerja keras akhirnya Rangga menikmati hasil kerjanya yang lumayan cukup walau tidak besar setiap bulannya Rp 1.500.000. Ranga terus banyak bersyukur dengan menyisikan uangnya untuk Pak Diman karena kebiasaan untuk menolong orang lain lewat sodakoh. 


Karya: No

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK