CAMPUR ADUK

Saturday, January 12, 2019

KEBAIKAN DI BAYAR DENGAN KEBAIKAN

Rangga duduk jalan di ibukota Jakarta dan sekaligus melihat perubahannya. Lalu Rangga pun istirahat pada sebuah bangku di bawah pohon yang rindang. 

"Satu, dua, tiga, empat dan ada juga yang buka kios pertokoan di pinggir jalan," celoteh Rangga dengan suara kecil.

Rangga pun mulai bersantai cukup lama untuk menghilangkan rasa capeknya. Perutnya mulai berbunyi dan rasa haus pun datang. Rangga mulai garuk-garuk kepala sambil geleng-geleng kepala tak sengaja sehelai rambutnya jatuh ke lantai. Rangga pun memungut sehelai rambutnya dengan tangan kanannya. Dengan seksama Rangga memperhatikan sehelai rambutnya.

"Hidup penuh dengan kemiskinan. Tak terasa saya sudah tua. Sehelai rambut ini menunjukkan kebenaran berwarna putih. Hidup di ibu kota ini memang menyakitkan. Harus lebih kerja keras lagi untuk bisa untuk mengisi perut yang kosong," celoteh Rangga dengan suara kecil.

Rangga pun bangun dari tempat duduknya dan berjalan mencari jawaban dari langkah kakinya hari ini. Sampailah Rangga pada kedai makan yang cukup murah untuk makan siangnya. Padahal uang Rangga tinggal Rp 20.000. Rangga pun memberanikan diri untuk membelikan makan pada kedai tersebut.

Saat mau masuk melihat orang buka yang biasa meminta-minta ke kedai makan. Rangga pun tahu orang buka itu yang meminta-minta nama Pak Diman. Rangga pun iba dengan keadaan Pak Diman. Uang Rp 5.000 di berikan oleh Pak Diman dan berkata di telinga kanannya "Ini sedekah saya hari ini untuk Pak Diman sebesar Rp 5000."

Pak Diman langsung memahami siapa yang bicara kepadanya?. 

"Nak Rangga..toh. Semoga Alloh SWT membalasnya," kata Pak Diman.

"Amin," jawab Rangga dengan halus.

Baru orang-orang iba dengan keadaan Pak Diman dan memberikan sodakoh mereka ke pada orang tua yang buta. Pak Diman pun berterima kasih pada semuanya. Sampai pemilik kedai makan memberikan sodakoh makan untuk Pak Diman yang di bungkus dengan baik. Lagi-lagi Pak Diman yang buta pun berterima kasih pada orang yang memberikan makan kepadanya.

Pak Diman pun berjalan meninggalkan kedai makan. Lalu Pak Diman meneteskan air matanya di matanya yang buta "Dunia masih banyak orang baik pada saya yang buta ini. Ya.....Alloh SWT."

Ranga pun hanya melihat Pak Diman berjalan dengan berhati-hati dengan menggunakan tongkatnya. Barulah Rangga masuk ke dalam kedai untuk memesan makanan dan minuman dengan uang Rp 15.000. Sang pemilik kedai makan melayani Rangga dengan baik dan tahu siapa Rangga yang sebenarnya?

Rangga pun menikmati makan dan minuman yang di pesannya. Selang berapa saat perut terisi penuh dengan akan dan minuman, lalu Rangga membayar harga makan dan minuman sebesar Rp 15.000. Pemilik kedai makan berterima kasih pada Rangga telah menjadi langganannya. Rangga pun melanjukkan perjalannya.

Terlihat dari kejauhan oleh mata Rangga orang berkumpul di pinggirnya. Ternyata seorang artis penyanyi Indonesia turun ke jalan dan banyak orang ingin berfoto dengan artis tersebut. Rangga hanya sikas saja melihat semua yang sedang berkumpul dan lebih baik jalan terus melanjutkan perjalannya. Tak sengaja Rangga melihat sebuah mobil yang tidak begitu mencolok tetapi terlihat kamera dari kaca mobil.

"Ternyata ada pengambilan syuting hari ini. Artis penyanyi turun ke jalan itu hanya ingin menaikan pamornya dengan langsung ke masyarakat toh," celoteh Rangga.

Rangga terus berjalan sampai di sebuah pinggiran toko. Rasa capeknya datang. Rangga mulai bingung lagi. Lalu segera duduk nongkrong di pinggir toko. 

"Saya sudah...bingung jalan hidup ini dengan penuh kemiskinan," celoteh Rangga.

Rangga pun mengambil sebuah plastik tempat makan di sampingnya yang berserakan untuk di buat mainan. Lalu segera Rangga menyobek-nyobeknya dan di taruh di depannya.

"Semoga-moga makan dateng......," celoteh Rangga yang ingin menciptakan guyonan pada dirinya yang sedang dilema.

Rangga pun menungguin mainnya itu cukup lama. Ternyata ada orang juga yang iba padanya Rangga lalu memberikan uang sodakoh Rp 5000. 

Rangga pun geleng-geleng kepala "Aduh-aduh saya cuma mainan.....eh malah benaran. Aneh juga hidup di kota Jakarta ini."

Rangga pun bangun dari tongkrongannya dan segera mengambil uang Rp 5000, lalu mengejar orang yang memberikan sodakoh padanya untuk mengembalikan uangnya.

"Maaf Ibu..saya bukan pengemis... jadi saya berikan uang Ibu Rp 5000," kata Rangga.

"Oh...iya. Tapi niat saya tulus. Alasannya saya melihat adik kelihatan melamun kaya orang banyak masalah. Ya saya sodakohan saja uang saya untuk adik. Niat saya baik kok..," kata Ibu-Ibu.

"Saya tahu niat Ibu baik. Tapi sebenarnya saya memang punya masalah. Cuma saya lagi ingin main saja jadi seorang peminta. Jadi ya..gak beneran..atuh. Jadi saya pulangkan uang ini," kata Rangga.

"Kalau mau adek seperti itu saya ambil lagi uang yang baru saya sodakohkan," kata Ibu-Ibu.

"Iya," jawab Rangga.

Rangga pun meninggalkan Ibu-Ibu  tersebut. Baru berapa langkah Rangga pun di panggil Ibu-Ibu "Adek...adek."

"Iya," saut Rangga sambil membalikkan tubuhnya.

"Saya punya tawaran baik. Mungkin adek tertarik untuk bekerja di toko saya," kata Ibu-Ibu.

"Tawaran Ibu cukup menarik. Saya memang membutuhkan pekerjaan untuk menyambung hidup di kota Jakarta ini. Jadi saya terima tawaran Ibu," kata Rangga.

"Ayo ikut saya ke toko saya....," kata Ibu-Ibu.

"Baik ...Bu."

Rangga mengikuti Ibu-Ibu yang menawarkan pekerjaan di tokonya. Sampai di toko Ibu-Ibu itu Rangga melihat nama merek toko yang terpampang jelas.

"Butik Mila," celoteh Rangga.

"Adek akan bekerja di toko saya yang bernama Butik Mila yang diambil dari nama saya sendiri Mila Pusparini," penjelasan Ibu-Ibu.

"Nama yang bagus sesuai orang yang memakainya," pujian Rangga.

"Terima kasih, " saut Ibu Mila.

Semenjak itu Rangga bekerja menjadi karyawan di toko Ibu Mila. Kehidupan Rangga mulai membaik tidak kesulitan lagi karena kemiskinan. Dengan sabar dan kerja keras akhirnya Rangga menikmati hasil kerjanya yang lumayan cukup walau tidak besar setiap bulannya Rp 1.500.000. Ranga terus banyak bersyukur dengan menyisikan uangnya untuk Pak Diman karena kebiasaan untuk menolong orang lain lewat sodakoh. 


Karya: No

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK