Budi duduk di ruang tengah, ya sedang nonton Tv dengan acara sinetron tema misteri gitu.
Isi cerita sinetron yang di tonton Budi :
Secara historis, Mak Lampir dikunci di dalam sebuah peti mati bertuliskan ayat Alquran oleh Kyai Ageng Prayogo, murid Sunan Kudus yang diperintahkan oleh Sultan, Raden Patah untuk membasmi bid'ah dan menghancurkan Mak Lampir yang jahat.
Cerita kemudian mundur kembali ke peristiwa menjelang pertarungan. Mak Lampir, setelah mengorbankan seorang bayi, berbicara kepada para pengikut Tawny Orchid Sekte tentang kekuatan yang dia terima dari dewa Batara Kala di sarang sekte tersebut, Gua Setan.
Sementara itu, Raden Patah mengadakan pertemuan dengan dewannya mengenai Lampir, yang meneror kerajaan. Dia bertanya kepada Syekh Sunan Kudus tentang calon potensial yang paling memenuhi syarat untuk memimpin misi penindasan terhadap sekte jahat di lereng Gunung Lawu. Sunan kemudian mengamati orang-orang yang hadir dalam pertemuan tersebut dan mengusulkan agar Kyai Ageng Prayogo memimpin penggerebekan tersebut, karena ia melihat cahaya kebaikan di dahi yang terakhir.
Kemarahannya akan merencanakan kerajaan Demak, dan menyantet Kyai Ageng Prayogo. Prayogo menemukan barang tersebut dan dia diserang oleh seekor kucing hitam yang berubah menjadi ular kobra. Dengan kekuatan yang dimilikinya, ia mampu mempertahankan diri dan menghancurkan ular sihir hitam tersebut. Pada saat itu Sunan Suci menyapanya dari pintu dan melihat Prayogo sambil berkata bahwa Prayogo dicobai oleh musuh. Ia mengingatkan Prayogo bahwa musuhnya tidak sembarangan, dan memberikan tongkatnya. Dia berkata bahwa Lampir tidak bisa mati, karena dia adalah ahli ilmu hitam. Satu-satunya cara untuk menghancurkannya adalah dengan mengunci peti dari pantek besi hitam yang dipantek dengan emas di setiap sudutnya.
Lampir yang mengintai dari mangkuk sarang merasa tertantang oleh Sunan Kudus, yang menurutnya tidak bisa dia tiru. Ia meminta bantuan Ratu ke Pantai Selatan, Gusti Roro Kidul. Keesokan harinya, ia dan murid-muridnya berangkat ke Pantai Selatan dan menyiapkan sesajen (kepala kerbau, gagak, makanan dan dupa) biasa memanggil Gusti Roro Kidul yang kemudian di hanyutkan dalam gelombang. Gusti Roro Kidul terlihat dari air bersama dayangnya dan bertanya tentang Mak Lampir. Lampir meminta bantuannya untuk melawan Sunan Kudus. Ratu berkata bahwa ia harus meminta pengampunan, karena Sunan Kudus memiliki bala tentara surga yang tidak dapat ia lihat. Lampir memaksa Ratu untuk membantunya. Ia memberikan cambuk ajaib yang harus dibasahi darah, ditambah dengan pengorbanan suci tujuh bayi. Kyai Ageng Prayogo dan pasukannya sudah dalam perjalanan menuju lereng Gunung Lawu.
Pasukan tiba di lereng Gunung Lawu, Lampir dan siswa mulai bertarung. Pukulan Lampir ditangkis oleh Kyai Ageng Prayogo. Lampir pun memperagakan cambuk saktinya yang mampu mengeluarkan gelombang ledakan saat di pecutkan. Mereka bertarung di atas air. Isi perut Lampir diekstraksi oleh Kyai Ageng Prayogo, dan tenggelam ke dasar. Bagian-bagian tubuh kembali menyatu dan menghidupkan kembali Lampir. Namun Prayogo mengurung Lampir di dalam peti dan menyimpan peti di sarang Lampir. Sebelum Prayogo pergi, Lampir bersumpah akan membalas dendam pada Prayogo. Prayogo menggerogoti sarang Lampir dan pasukan Demak kabur.
130 tahun kemudian, ketika sekelompok pria saat berburu babi hutan, satu per satu, Sarmah, ambruk ke dalam lubang. Temannya, Sersan, memperbesar untuk membantu. Keduanya menjelajahi gua yang penuh tengkorak itu untuk mencari jalan keluar, dan menemukan peti Mak Lampirkan yang ditiban oleh berhala Batara Kala (dan dijaga oleh roh yang mengelilingi peti itu, yang tidak bisa dilihat oleh Sarmah dan Tahir). Mereka berdua mengira itu berisi peti harta karun, dan mencoba membukanya. Mereka berhasil, dan Sarmah menemukan tubuh Mak Lampir tergeletak di dalamnya. Tahir, di sisi lain, melihat harta karun di dalam peti mati. Sarmah mencoba melarikan diri sementara Tahir dengan gila - gilaan dalam ilusi harta karun yang dilihatnya, dan menuduh Sarman sebagai orang yang rakus yang ingin mengambil semua harta itu. Mereka melawan seni bela diri, sedangkan roh Mak Lampir kembali ke tubuhnya. Sarmah dikalahkan dan jatuh di peti mati Mak Lampir, darah menetes ke bibir Mak Lampir. Attach Mak terbangun dan membunuh Sersan, lalu membalik keluar gua. Ia menyatakan balas dendam kepada keturunan Prayogo yang sudah lama meninggal.
Suatu malam, di sebuah desa, beberapa warga ditemukan tewas dengan luka cakar di wajahnya, yang ternyata satu keluarga. Kerajaan Demak yang telah menjadi kerajaan Mataram mengadakan rapat pengurus di istana Sultan. Kaisar ingin turun tangan sendiri untuk mencari pembunuh warga - warga tersebut, namun senopatinya berkata mereka akan mengurusnya.
Adegan kemudian beralih ke pertarungan pencak silat antara beberapa pria dan seorang wanita lansia yang pandai silat di malam hari. Wanita itu mampu diikat oleh Kyai Kanjeng istana, Syekh Ali Akbar, dan ia berbakti pada salah seorang senopati Mataram. Senopati itu pun memerintahkan penjaga untuk menguncinya di dalam sangkar. Ternyata, Mak Lampir telah menjelma menjadi Syekh Ali Akbar tanpa sepengetahuan siapapun.
Keesokan paginya, salah satu senopati wanita sakti membicarakan hal itu dengan bawahannya yang akrab dipanggil Nini Thowok. Senopati itu diperintahkan untuk dibawa kepadanya. Tetapi seorang penjaga melaporkan bahwa wanita itu telah melarikan diri. Kaisar kemudian memerintahkan untuk menangkapnya, hidup atau mati.
Sedangkan sekelompok anak - anak bermain gatrik di pinggiran kampung. Tiba - tiba Mak Lampir muncul dan menangkap gatriknya di udara dan menghancurkannya. Kemudian dia bertanya apakah salah satunya adalah putra Harun Hambali (salah satu keturunan Prayogo). Anak-anak - dan bahkan kemudian melarikan diri dari anak-anak.
Malam harinya, setelah belajar, Sembara, Bashir dan Aji sedang dalam perjalanan pulang ketika salah satu dari mereka, Bashir, mencium bau dupa. Seekor kelelawar besar beterbangan di atas kepala mereka, sedangkan Nyi Bidara mengawasi dari balik semak - semak. Bashir mengompol karena ketakutan, dan mereka bertiga bergegas pulang. Mak tertawa terbahak-bahak Lampir terdengar diatas pepohonan, ikuti anak - anak tersebut. Mereka lari ke rumah Aji untuk bersembunyi, tapi kemudian bahan tertawaan Mak Lampir berhenti, dan Bashir dan blabla pulang. Kemudian pada tengah malam, Mak Lampir menemukan Aji dan ingin menyerang hingga kemudian dihentikan oleh Nyi Bidara. Pertarungan bela diri Nyi Bidara dan Mak Lampir, dan terlihat jelas bahwa keduanya adalah lawan yang setara. Mereka menghilang sebentar, dan ibunya Aji, terbangun, menanyakan kejadian apa yang terjadi di luar. Aji bilang ada orang yang bertengkar, tapi kata ibunya dia ngawur saja.
Keesokan paginya, penduduk desa membicarakan kejadian tadi malam. Mereka mendengar berbagai macam suara dan mencurigai apa - apa yang terjadi. Ternyata seorang wanita telah meninggal karena dicekik nenek. Suaminya, Tuan Raisman datang ke tempat dia dirawat oleh seorang Raden di rumahnya dan mengatakan kepadanya bahwa dia menemukan seorang nenek mencekik istrinya sampai mati sementara putrinya Farida takut, tetapi anehnya, aman dari Mak Lampir. Kanjeng dan Raden pun diminta menemui Farida dan memeriksanya, karena Mak Lampir tidak bisa menyentuhnya.
Sedangkan Nyi Bidara yang dalam keadaan luka - luka di rumahnya dan meminta bantuan suaminya, Kyai Jabad. Nyi Bidara menceritakan bahwa dia pernah bertengkar dengan Mak Lampir, dan suaminya mengetahui cerita Mak Lampir - cerita guru pertama mereka, Ki Banaspati. Nyi Bidara Lampir Mak mengakui bahwa kekuatannya jauh lebih kuat darinya, dan mengatakan kepadanya bagaimana dia bisa dihajar begitu. Sehari sebelumnya, ia berniat menjaga keluarga Pak Raisman dari Mak Lampir (mBok Gino adalah keturunan Prayogo) dan memberikan bala penangkal wahyu kepada Farida, namun mBok Gino menolak dan mengusir Nyi Bidara pergi. Pada malam itu, Mak Lampir datang untuk membunuh keluarga Pak Raisman, dan dia melawannya. Mak Lampir kali ini bersetting melawan Nyi Bidara, berubah menjadi tumbuhan menjalar raksasa yang melilit - lilitan Nyi Bidara, membuatnya babak belur.
***
Budi selesai nonton Tv, ya Tv di matikan pake remot. Budi pindah duduk dari ruang tengah ke depan rumah, ya sambil membawa piring yang ada singkong rebus dan gelas yang masih ada kopi gitu. Di depan rumah, ya Budi menaruh piring dan gelas di meja, ya Budi duduk dengan baik gitu.
"Baca cerpen saja!" kata Budi.
Budi mengambil buku di bawah meja, ya buku di buka dengan baik, ya di baca cerpen yang ceritanya menarik gitu.
Isi cerita yang di baca Budi :
Di Wina, seorang maniak pembunuh membunuh wanita dengan pisau cukur. Julie Wardh dan suami diplomatnya, Neil, kembali ke kota setelah menghabiskan waktu di New York City. Julie menikahi Neil untuk melarikan diri dari mantan kekasihnya yang kejam, Jean, yang tinggal di Wina. Jean mulai menguntit Julie, dan dia semakin cemas.
Di pesta masyarakat kelas atas, teman Julie, Carol, memperkenalkan sepupunya yang berasal dari Australia, George. Paman kaya George dan Carol baru saja meninggal, dan mereka adalah satu-satunya ahli warisnya. George menggoda Julie, yang tidak bahagia dalam pernikahannya dengan Neil yang lalai. Setelah kencan makan siang, George dan Julie mulai berselingkuh. Julie menerima telepon dari pemeras yang mengancam akan memberi tahu Neil tentang perselingkuhannya. Julie mencurigai Jean adalah pemeras, dan Carol bersikeras untuk menemui pemeras itu menggantikan Julie. Carol pergi menemui orang tak dikenal itu di taman hutan, di mana dia diserang dan disayat sampai mati oleh seseorang yang memegang pisau cukur.
Ketika Julie mengetahui tentang pembunuhan Carol, dia mendesak polisi untuk menyelidiki Jean, yang dia curigai sebagai pembunuh silet karena kecenderungan sadomasokisnya. Jean punya alibi yang kuat. Julie kemudian diserang di garasi parkir oleh sosok dengan pisau cukur, dan nyaris tidak bisa melarikan diri dengan nyawanya. Karena ketakutan, Julie menerima undangan George untuk meninggalkan kota (dan suaminya) menuju Spanyol.
Kembali ke Wina, si pembunuh pisau cukur mati di tangan korban yang dituju. Julie sangat gembira saat dia membaca bahwa pembunuhnya sudah mati dan dia adalah orang asing baginya. Namun, seseorang terus menguntit Julie di Spanyol, menyebabkan dia mengalami gangguan saraf. Ketika George pergi mencari dokter, Julie disergap dan dipukul oleh Jean. Jean mementaskan adegan tersebut agar terlihat seperti Julie yang bunuh diri karena keracunan karbon monoksida. Ketika George kembali dengan dokter, dia hampir meninggal.
Di kantor polisi kemudian, George mengetahui bahwa Julie sebenarnya telah meninggal, dan mereka menganggap kematiannya sebagai bunuh diri. George berkendara ke lokasi terpencil di mana dia bertemu Jean. George menyewa Jean untuk membunuh Julie dan menjadikannya sebagai bunuh diri. Jean meminta uangnya, tetapi George malah menembaknya dan mengatur adegan itu sebagai bunuh diri.
George kemudian bertemu dengan Neil, suami Julie. Saat mereka mengemudi, percakapan mereka mengungkapkan bahwa mereka telah bersekongkol untuk membunuh Carol dan Julie dan menjadikannya sebagai ulah si pembunuh silet. Kematian Carol menjadikan George satu-satunya pewaris kekayaan pamannya, sedangkan kematian Julie berarti pembayaran asuransi yang sangat besar bagi Neil. Untuk menghindari kecurigaan polisi mengingat motif yang jelas ini, Neil membunuh Carol (sementara George memiliki alibi yang sempurna), dan George mencoba membunuh Julie di garasi parkir (sementara Neil memiliki alibi yang sempurna). Setelah si pembunuh pisau cukur meninggal, tidak masuk akal lagi bagi George untuk membunuh Julie dengan pisau cukur, jadi dia malah menyewa Jean untuk melakukan pembunuhan Julie sebagai bunuh diri sementara George dan Neil memiliki alibi.
Polisi muncul, dan George dan Neil, mencoba menghindari mereka, pergi dari tebing menuju kematian mereka. Terungkap bahwa Julie tidak mati, namun diselamatkan oleh dokter. Polisi memalsukan kematiannya untuk mengelabui George dan Neil agar bertemu; mereka curiga setelah otopsi Carol mengungkapkan bahwa pembunuhannya, meskipun dilakukan dengan pisau cukur, tidak sesuai dengan modus operandi si pembunuh pisau cukur. Julie dihibur oleh dokter muda tampan saat mereka pergi.
***
Budi selesai baca cerpen, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan dengan baik di depan rumah Budi gitu. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
"Gimana ya?" kata Budi.
"Gimana apanya?" kata Eko.
"Heterogen ini?" kata Budi.
"Heterogen?" kata Eko.
"Organisasi agama Islam, ya banyak gitu, ya jadi hiterogen," kata Budi.
"Realitanya begitu," kata Eko.
"Kalau sholat ke salah satu mesjid organisasi agama Islam, ya ada ini dan itu dari aturan dari organisasi tersebut, ya harus diikuti dengan baik. Seperti masuk rumah orang yang ada aturan ini dan itu," kata Budi.
"Ooooooo hal itu," kata Eko.
"Hal biasa bagi yang tahu. Bagi yang tidak tahu, ya jadi perselisihan antara pemahanan ini dan itu," kata Budi.
"Di buat tidak ada masalah saja, ya hal sepele kan Budi?" kata Eko.
"Sepele sih. Tapi, ya terjadi juga di lingkungan sana dan sini!" kata Budi.
"Kalau tidak ingin kena urusan itu, ya lebih baik sholat di rumah saja dari pada di mesjid," kata Eko.
"Ya memang sih omongan Eko bener, ya lebih baik sholat di rumah dari mesjid," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Pada akhirnya dampaknya mesjid jadi sepi," kata Budi.
"Biarin aja mesjid sepi. Awalnya mesjid juga tanah kosong. Alasan manusia membangun mesjid, ya menegakkan ajaran agama yang di yakini," kata Eko.
"Memang sih awalnya tanah kosong. Demi mau menegakkan ajaran agama, ya manusia yang meyakini ajaran agama membangun mesjid, ya uang dan tenaga umat," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Ekonomi terjadi di bidang agama untuk membangun dan merawat mesjid itu," kata Budi.
"Roda penggerak ekonomi, ya bidang agama," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Agama lain, ya tidak jauh beda membangun rumah ibadah dan merawatnya dari uang dan tenaga umat," kata Eko.
"Ya agam lain mengerakkan roda ekonomi dari membangun rumah ibadah dan merawatnya," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Ya memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Kayanya?" kata Budi.
"Apa maksudnya Budi ngomong begitu?" kata Eko.
"Ya ajaran itu memang harus di dapat kan?" kata Budi.
"Oooo ajaran yang ingin Budi inginkan," kata Eko.
"Kalau dapat ilmu tersebut, ya tahu kebenaran yang sebenarnya gitu," kata Budi.
"Memang akan tahu kebenaran ini dan itu. Ya anggap saja Budi mendengarkan Roh berdasarkan ilmu itu. Roh menjelaskan kebenaran ini dan itu, ya dari masa lalu sampai masa depan. Jadi ketahuan deh, ya tentang agama yang paling benar!" kata Eko.
"Agama yang benar!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Karena tidak punya ilmu itu, ya menjalankan hidup ini dengan apa adanya. Yakini agama demi hidup ini," kata Budi.
"Yakin saja!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Kalau begitu. Main catur saja!" kata Eko.
"Oke. Main catur!" kata Budi.
Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Eko dan Budi menyusun bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik gitu.