Budi duduk di depan rumahnya dengan keadaan santai banget gitu, ya sedang membaca cerpen yang ceritanya menarik gitu, ya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus gitu.
Di kereta bawah tanah Berlin, ya seorang pria misterius bertopeng menawarkan dua tiket kepada mahasiswa Cheryl untuk pemutaran gratis di Metropol, ya sebuah bioskop lokal yang terisolasi dan baru saja direnovasi. Cheryl membujuk temannya, Kathy, untuk pergi bersamanya; di teater, mereka bertemu dengan dua anak laki-laki kuliah yang rapi, George dan Ken. Peserta pemutaran lainnya termasuk seorang pria buta dan putri pemandunya; pasangan suami-istri; pacar dan pacar; dan seorang mucikari bernama Tony bersama dengan dua pelacurnya. Salah satu pelacur, Rosemary, menggaruk wajahnya dengan topeng aneh yang dipajang di lobi. Ya yang ditayangkan adalah film horor yang penuh kekerasan dan mengganggu tentang empat remaja yang menemukan sebuah makam tua dan menggali makam peramal abad keenam belas Nostradamus. Ketika para remaja menggali peti mati Nostradamus, mereka tidak menemukan mayat melainkan sebuah buku tua dan topeng yang identik dengan topeng aneh di lobi. Ketika salah satu karakter film mengenakan topeng dan tergores olehnya seperti Rosemary oleh doppelgangernya, dia kemudian menjadi jahat dan membantai teman-temannya.
Merasa sakit, Rosemary pergi ke kamar mandi, di mana dia berubah menjadi setan haus darah bermata merah yang mirip dengan yang ada di film. Rosemary menyerang temannya, Carmen, yang kemudian berubah menjadi iblis di depan penonton bioskop lainnya. Sekelompok orang yang tidak terinfeksi berlomba ke jalan keluar mana pun yang dapat mereka temukan, hanya untuk menemukan bahwa mereka semua telah diblokir sehingga tidak mungkin melarikan diri. Meskipun mereka berusaha untuk membarikade diri mereka sendiri di balkon, banyak yang diserang dan terinfeksi oleh setan. Salah satu iblis melarikan diri ke kota ketika empat bajingan masuk ke gedung melalui pintu belakang; punk segera berubah menjadi setan juga.
Di bioskop, hanya George dan Cheryl yang tidak terinfeksi. Menggunakan sepeda motor pajangan dan alat peraga pedang dari serambi, mereka berkendara melalui auditorium, menebas banyak setan. George membunuh hampir semuanya ketika tiba-tiba, sebuah helikopter menabrak atap. George dan Cheryl menggunakan pengait darurat dan kerekan untuk naik ke atap, tempat mereka diserang oleh pria misterius dari kereta bawah tanah. Mereka dapat membunuhnya dengan menusuk kepalanya pada tulangan yang terbuka. Keduanya turun ke jalan dan menemukan bahwa infeksi setan telah menyebar ke seluruh Berlin. Mereka kemudian dikejar oleh segerombolan setan sebelum dijemput oleh sebuah jip yang selamat bersenjata lengkap. Saat mereka berkendara keluar kota untuk keselamatan, Cheryl (telah terinfeksi di beberapa titik di teater) berubah menjadi setan. Namun, sebelum dia dapat melukai George, salah satu korban jip yang selamat menembak dengan senapan, membunuhnya. Saat tubuh Cheryl ambruk ke jalan raya, George (satu-satunya yang selamat dari bioskop) dan para penyintas pergi ke luar kota ke masa depan yang tidak diketahui.
***
Budi selesai membaca cerpen, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu. Eko datang ke rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi gitu. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
"Andai?" kata Budi.
"Andai apa?" kata Eko.
"Yaaaa andai keadaan lingkungan tinggal jadi agama Hindu dan kita meyakini ajaran agama Hindu, ya gimana Eko?" kata Budi.
"Yaaa tidak ada masalah lah. Agama Hindu di lingkungan di Lampung dan kita meyakini agama Hindu. Jadi omongan kita biasanya, ya hidup pilihan manusia," kata Eko.
"Memang hidup ini pilihan manusia yang menjalankan hidup ini," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Jadi hidup, ya menjalankan kehidupan ini, ya sesuai konsep ajaran agama Hindu," kata Budi.
"Memang sesuai konsep ajaran Hindu," kata Eko.
"Jadi gimana tanggapan tentang agama lain, ya tentang agama yang kita yakini?" kata Budi.
"Jawabannya, ya antara baik dan buruk. Antara paham agama dan tidak," kata Eko.
"Baik dan buruk," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Kalau begitu. Main catur!" kata Budi.
"Oke. Main catur!" kata Eko.
Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Eko dan Budi menyusun bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik gitu.
"Apa pun agama yang di yakini tetap persoalannya, ya tetap sama," kata Budi.
"Realitanya begitu," kata Eko.
"Yaaa tetap saja, ya manusia mencari kebenaran dari ajaran agama yang di yakini," kata Budi.
"Ya realitanya begitu!" kata Eko.
"Ya ekonomi di gerakkan sesuai agama yang di yakini," kata Budi.
"Realitanya begitu," kata Eko.
Eko dan Budi terus main catur dengan baik.
No comments:
Post a Comment