Saat itu Andi sedang berjalan pulang ke rumahnya setelah berbelanja di warung Ibu Fatimah. Tau-tau di hadang oleh Jon dan Dudu dan merampas belanjaan Andi. Dengan sekuat tenaga Andi mempertahan belanjaannya yang di rebut paksa Andi dan Dudu. Sampai Andi di dorong Dudu sampai jatuh ke jalan beraspal.
Terlepaslah belanjaan Andi dari tangannya. Andi berusaha bangun untuk memperjuangkan barang haknya dari di rampas Jon dan Dudu si anak nakal.
Saat itu Dewi Penolong datang namanya Bunga dan menampar satu persatu pipi Jon dan Dudu lalu mengambil belanjaan di tangan Dudu. Kemudian Jon dan Dudu ketakutan dengan Bunga yang berperawakan gahar kaya macan betina yang marah.
Dudu dan Jon pun beranjak dari situ dengan berlari terbirit-birit. Bunga memberikan belanjaan di tangannys ke Andi.
"Terima kash...atas bantuaannya," kata Andi.
"Iya....sama-sama," saut Bunga.
Bunga pergi meninggalkan Andi karena ada urusan lain. Andi punya rasa berkesan saat itu juga.
***
Sepuluh tahun lalu Andi mengenang ke jadiaan dirinya bertemu Bunga sekarang Andi berumur 17 tahun sedangkan Bunga telah berumur kira-kira 23 tahun. Andi baru dari latihan karate dan berteman baik dengan Jon dan Dudu walau dahulu jadi anak nakal selalu mengganggu Andi dan kawan-kawan yang lain.
"Sampai besok Jon dan Dudu," kata Andi.
"Iya...," saut Jon dan Dudu bersamaan.
Andi pun pulang ke rumahnya dengan menggunakan motor. Selang beberapa saat sampai di rumah. Baru markirin motor di depan rumah. Bunga keluar rumah Andi.
"Terima kasih ya...Tante sudah ngajarin Bunga buat kue yang enak," kata Bunga.
"Iya..sama-sama. Kalau main ke sini lagi....Tante ajarin resep kue...yang spesial," kata Ibu Andi.
"Ya.. Tante. Kalau begitu saya permisi dulu. Ada urusan yang lain," kata Bunga.
"Iya...," saut Ibu Andi.
Bunga bergerak begitu saja walau berpapasan dengan Andi. Padahal detak jantung Andi langsung berdetak berbeda. Andi mengabaikannya begitu saja.
"Ibu....saya pulang," kata Andi.
"Anak...Ibu tersayang...sudah latihan karatenya?" tanya Ibu.
"Iya.....Bunga...main...kesini lagi," kata Andi.
"Kak...Bunga....sayang atau Mbak Bunga. Dia lebih tua dari kamu 6 tahun," kata Ibunya mengarahkan Andi.
"Iya..Ibu...saya sudah tahu. Tapi lebih enak di panggil Bunga. Lebih akrab...saja," kata Andi.
"Terserah kamu aja deh," saut Ibu Andi.
Andi masuk dalam rumah begitu juga Ibunya. Andi langsung ke kamarnya untuk mandi dan berganti pakaian. Singkat waktu Andi sudah keadan rapih dan bersih.
Andi duduk di depan komputernya sambil mengetik sesuatu berkenaan dengan pekerjaan sekolahnya tahu-tahu dapet telpon dari temannya untuk ngumpul di sebuah kafe. Andi segera meluncur ke sana dengan cepat.
Saat di kafe. Andi bertemu dengan Bunga yang sedang bertengkar dengan pacarnya yang ketahuan selingkuh padahal Andi baru dateng ke kafe dan bergabung dengan teman-temannya ngajak ngumpul bareng di kafe. Pacarnya Bunga hendak mau menampar Bunga karena di permalukan di kafe. Dengan cepat memegang tangan pacarnya Bunga dan di hajarnya oleh Andi bokem mentah ke wajahnya pacarnya Bunga sampai giginya tanggal dan muntah darah.
Andi membawa keluar Bunga dari kafe dengan memegang tangannya. Pacar Bunga ingin membales tapi di hadang oleh temannya Andi yang berkumpul di kafe.
Karena kalah banyak akhirnya nyalinya mantan pacar Bunga ciut kaya kerupuk melempem. Bunga di gonceng Andi pake motor dan di bawa ke suatu tempat agar Bunga bisa rileks dengan keadaan dirinya yang kacau di khianatin oleh pacarnya.
Di pinggir Danau buatan di tengah kota. Bunga mulai bisa menghilangkan kegalauan di dalam dirinya. Andi terus menemani Bunga dengan baik. Detak jatuh Andi terus bergejolak berbeda.
"Apa saya lagi jatuh cinta," kata hati Andi.
Andi pun mulai mencoba mengutarakan perasaannya sama Bunga pada hal waktunya tidak tepat. Tapi demi membuktikan sesuatu Andi bicara dengan Bunga dengan penuh keterus terangan.
"Bunga saya suka pada mu," kata Andi.
Bunga sok banget dengan pernyataan cinta Andi.
"Maaf...saya gak bisa menerima cinta kamu," kata Bunga.
"Apa..alasannya?" tanya Andi.
"Karena...saya baru putus dari pacar saya dan juga.....kamu Andi...selisih umur kamu jauh dari saya. Kamu saya...anggap adik saya," penjelasan Bunga.
"Kalau...kamu...putus dari pacar kamu saya tahu dan saya bisa menunggu sampai membuka hati kamu untuk saya. Tapi kalau alasan umur tidak relevan. Nabi Muhammad SAW pun menyukai Siti Khodijah itu pun selisih umur. Apalagi seperti Nazar artis menyukai Musdalifah pun selisih umur....juga. Atau jangan-jangan menganggap saya tidak dewasa dan tidak pantas menyukai seorang karena umurnya di atas saya," penjelasan Andi.
Bunga terkejut lagi dengan omongan Andi yang tidak mempersoalkan umur kalau berkenaan dengan cinta. Bunga tak bisa berkata-kata lagi. Andi pun sedikit bingung dengan pengungkapan perasaannya. Andi malah memberikan alternatif lain untuk mengantar Bunga pulang ke rumahnya.
Saat di atas motor Bunga merasakan sosok yang dewasa dan gagah. Hati Bunga bergetar dan mencoba mengikuti alur dari perasaannya dan memberanikan diri memeluk Andi saat mengendarai motor.
Rasa nyaman di dapatkan Bunga lalu berkata Bunga ke Andi dengan berteriak dengan keras sekali.
"Saya....mau jadi kekasih kamu."
Andi pun mendengar omongan Bunga yang menerima cinta dan berteriak keras saat di atas motor sambil melepaskan pegangan di motor.
"Saya....cinta pada Bunga."
Andi kembali memegang kendali motornya dengan baik. Bunga hampir copot jantungnya karena ulah Andi yang sepontan dan berani. Bunga tambah erat pelukkannya ke Andi tanda cinta dan sayangnya.
Sampai di rumah. Bunga terus tersenyum bahagia melihat Andi begitu dengan Andi penuh perasaan senang melihat Bunga sampai tidak berkata-kata apapun. Andi pun permisi untuk pulang ke rumah dan Bunga mempersilakan.
Andi pun sampai di rumah dan menceritakan kebahagiaannya sama Ibunya. Awalnya Ibunya sok berat karena Andi mencintai Bunga yang selisih umurnya lebih tua dari Andi.
Sebagai anak yang baik belajar banyak hal tentang ini dan itu sekaligus menceritakan cerita Nabi Muhammad SAW yang menyukai Siti Khodijah karena umur juga. Sang Ibu sadar dan membiarkan keputusan Andi dengan satu perjanjian dengan Ibunya yaitu 'Jangan melukai hati Bunga yang sudah di anggap anak sendiri'.
Andi pun mengerti arahan Ibunya dan melanjutkkan hubungan baik dengan Bunga sampai waktunya tiba Andi melamar Bunga untuk menjadi istinya setelah menyelesaikan jenjang pendidikannya dan bekerja untuk menafkah biduk rumah tanggganya yang baik di restui semua orang.
Karya : No