Malam yang tenang dan keadaan lingkungan yang tenang di kediaman rumah Budi gitu. Setelah nonton Tv yang acaranya komedi gitu, ya Budi duduk santai di depan rumahnya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus.
Isi cerita yang di baca Budi :
Bhumika menceritakan kisah hidup seorang aktris, Usha, yang merupakan cucu dari seorang penyanyi wanita terkenal dari tradisi lama dari komunitas Devadasi di Goa. Ibu Usha menikah dengan seorang pria kasar dan pecandu alkohol. Setelah kematian dini suaminya, dan atas keberatan ibunya, Usha dibawa ke Bombay oleh orang kepercayaan keluarganya Keshav Dalvi untuk mengikuti audisi yang sukses sebagai penyanyi di sebuah studio di Bombay: langkah pertama dalam sebuah proses, disaksikan dengan setuju oleh nenek Usha yang penyayang dan dengan ngeri oleh ibunya, yang pada akhirnya akan membawanya ke bintang remaja di depan kamera, dan ke pernikahan cinta yang bernasib buruk dengan Keshav. Motif Usha untuk dengan keras kepala mengejar hubungan ini (berpuncak pada kehamilan pranikah) dengan Keshav yang tidak menarik dan jauh lebih tua — yang tampaknya telah bernafsu padanya sejak kecil — tidak dijabarkan. Agaknya, dia merasa berutang budi padanya atas kesetiaannya kepada keluarganya (yang sering diingatkannya) dan atas kesuksesan duniawinya sendiri; atau sekadar memandangnya sebagai sarana untuk melarikan diri dari rumahnya yang penuh kekerasan. Dia juga seorang gadis keras kepala yang jelas-jelas menikmati karier aktingnya dan bertekad untuk menantang ibunya yang tegang (yang menentang perjodohan itu karena Keshav tidak berasal dari kasta mereka, sama seperti dia menentang sinema itu sendiri karena dianggap tidak bereputasi baik).
Setelah keduanya menikah, Usha terkejut saat mengetahui Keshav terus bertindak sebagai "manajer bisnisnya", mengatur peran utama untuk lawan mainnya, Rajan, yang juga (tak berbalas) mencintainya. Karena bisnis Keshav sendiri tidak berhasil, keluarga itu tetap bergantung sepenuhnya pada penghasilan Usha – sebuah fakta yang jelas-jelas dibenci Keshav. Dengan demikian, ia menjadi suami yang pencemburu dengan ego yang rapuh dan temperamen yang buruk, serta (sebenarnya) seorang germo serakah yang memaksa istrinya untuk mengambil pekerjaan yang berisiko meskipun ia tidak menyukai lawan mainnya dan sang istri memprotes bahwa ia "hanya ingin menjadi ibu rumah tangga" sekarang setelah putri mereka lahir. Tidak mengherankan, hubungan itu menjadi semakin beracun, terutama oleh kecurigaan Keshav (yang dipicu oleh gosip majalah bintang) bahwa ia berselingkuh dengan Rajan, yang sebagian benar. Disiksa secara verbal dan fisik oleh suaminya dan secara berkala diharuskan tinggal di hotel, terpisah dari putri dan ibunya, aktris yang sangat tidak bahagia itu akhirnya memulai dua hubungan yang tidak memuaskan: dengan sutradara yang nihilis dan egois Sunil Verma, dengan siapa dia merencanakan bunuh diri ganda (yang digagalkannya), dan kemudian dengan pengusaha kaya Vinayak Kale, yang menjadikannya sebagai simpanan manja di tanah miliknya yang megah. Di sini Usha secara singkat menemukan semacam "kehormatan" sebagai istri kedua de facto, mendapatkan ukuran cinta dan kekaguman dari ibu Kale, putra, dan istri pertama yang terbaring di tempat tidur — tetapi (seperti yang dia pelajari suatu hari ketika dia mencoba membawa anak laki-laki itu ke pekan raya terdekat) dengan mengorbankan kebebasan yang paling mendasar sekalipun. Karena tidak dapat mematuhi aturan patriarki feodal Kale, satu-satunya harapannya untuk melarikan diri adalah campur tangan suaminya yang masih sah, Keshav yang dibenci, yang segera membawanya kembali ke Bombay yang dihiasi dengan papan reklame bergambar wajahnya sendiri, dan ke hotel yang sama suramnya dan prospek yang sepi. Seperti yang dikatakan istri Kale yang kesal kepada Usha saat dia bersiap untuk pergi, "Tempat tidur berubah, dapur berubah. Topeng pria berubah, tetapi pria tidak berubah." Putri Usha, yang sekarang sudah dewasa, mengundang Usha untuk tinggal bersamanya dan suaminya, tetapi Usha menolak. Cerita berakhir dengan Usha, sendirian di kamar hotelnya, menerima panggilan telepon dari Rajan.
***
Budi selesai baca cerpen yang cerita menarik, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi. Di meja ada topeng di atas buku gambar gitu.
"Emmm," kata Eko.
"Hidup ini...tetap sama kan Eko?" kata Budi.
"Hidup ini...tetap sama!" kata Eko.
"Manusia menggerakkan ekonomi dengan baik dengan kerjaan yang di gelutin dengan baik dengan tujuan bermacam-macam keinginan manusia gitu," kata Budi.
"Demi hidup ini...kerja dan kerja dengan baik," kata Eko.
"Hasil pun...rezeki masing-masing," kata Budi.
"Memang rezeki masing-masing. Cuma hidup ini...ada manusia yang perilaku buruk yang merampas rezeki dari manusia yang jalan baik," kata Eko.
"Memang ada manusia yang perilaku buruk yang mengambil rezeki manusia yang jalannya baik dengan cara merampasnya gitu. Maka itu...hidup ini harus berhati-hati di lingkungan sosial masyarakat," kata Budi.
"Hati-hati di lingkungan sosial masyarakat," kata Eko.
"Harapannya sih...semoga polisi menangkap manusia buruk di lingkungan sosial mana pun dengan tujuan lingkungan jadi baik!" kata Budi.
"Lingkungan sosial baik jadinya kebaikan bersama!" kata Eko.
"Memang lingkungan sosial baik jadinya kebaikan bersama!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Eko mengambil topeng gitu.
"Topeng pahlawan bertopeng yang di buat dari kardus," kata Eko.
"Iya aku membuat topeng pahlawan bertopeng. Nilai kreatifitas aku gitu," kata Budi.
"Pahlawan bertopeng, ya jagoan yang di sukai Shinchan!" kata Eko.
"Shinchan. Kartun!" kata Budi.
Eko memakai topeng gitu.
"Aku jadi pahlawan bertopeng!" kata Eko.
"Keren...Eko make topeng pahlawan bertopeng," kata Budi.
Eko melepaskan topeng yang ia pakai dan di taruh di meja gitu.
"Cerita Shinchan....bagus. Menghibur yang menonton acara Tv!" kata Eko.
"Memang realitanya begitu tentang cerita Shinchan...bagus!. Acara Tv..berkaitan dengan ekonomi dan ekonomi!" kata Budi.
"Yaaa memang acara Tv...berkaitan dengan ekonomi!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Eko mengambil buku gambar di meja gitu.
"Apa yang di gambar Budi di buku gambar apa ya?" kata Eko.
"Yang aku gambar tokoh Shinchan dan teman - temannya!" kata Budi.
"Beneran Budi...gambar tokoh Shinchan dan teman - temannya?!" kata Eko.
"Iya beneran!" kata Budi.
"Apa Ayah, Ibu, dan adiknya Shinchan...di gambar juga di buku gambar Budi?" kata Eko.
"Iya aku gambar juga...Ayah, Ibu, dan adiknya Shinchan....di buku gambar!" kata Budi.
"Kalau begitu sih. Untuk memastikan gambar yang di buat di buku gambar. Aku buka buku gambar dengan baik gitu!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Eko membuka buku gambar dengan baik gitu. Yaaa Eko melihat dengan baik gambar-gambar yang di buat Budi di buku gambar gitu, ya ada gambar Shinchan, Bo-chan, Kazao, Masao Sato, Nene Sakurada, Hiroshi Nohara, Misae Nohara, Himawari Nohara, dan Shiro.
"Budi memang menggambar di buku gambar tokoh-tokoh Crayon Shinchan!" kata Eko.
"Emmm," Budi.
"Gambar yang di buat Budi...bagus!" kata Eko.
"Terima kasih Eko...pujiannya!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Eko menutup buku gambar dan buku gambar di taruh di meja gitu.
"Apa?" kata Budi.
"Apa...maksud Budi?" kata Eko.
"Apakah cerita keluarga Shinchan, yaaa diadaptasikan kecerita kehidupan sehari-hari gitu tentang keluarga kecil di Jepang, ya ceritanya nilai-nilai edukasi gitu seperti membuat konten vidio mengikuti perkembangan teknologi gitu?" kata Budi.
"Hidup ini..mungkin sih di adaptasikan cerita keluarga Crayon Shinchan," kata Eko.
"Mungkin toh!" kata Budi.
"Membuat konten vidio ini dan itu...berkaitan dengan ekonomi," kata Eko.
"Memang sih...membuat konten vidio...berkaitan dengan ekonomi!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Main permainan ular tangga saja!" kata Eko.
"Ya oke main permainan ular tangga!" kata Budi.
Budi mengambil permainan ular tangga di bawah meja, ya permainan di taruh di atas meja. Eko dan Budi main permainan ular tangga dengan baik gitu.