CAMPUR ADUK

Wednesday, March 15, 2023

THE BREADWINNER

Budi duduk di depan rumahnya sedang baca cerpen yang menarik ceritanya, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan gitu. 

Isi cerita yang baca Budi :

Parvana adalah seorang gadis berusia 11 tahun yang tinggal di Kabul di bawah Imarah Islam Afghanistan Taliban (1996–2001). Ayahnya, Nurullah, adalah mantan guru sekolah yang menjadi pedagang kaki lima setelah kehilangan kaki kirinya dalam Perang Soviet-Afghanistan. Suatu hari, saat makan malam, dia ditangkap secara tidak adil setelah seorang preman muda Taliban, Idrees, mengira dia menghinanya sebelumnya saat keduanya sedang menjual barang di pasar. Karena Taliban melarang wanita karena pergi tanpa kerabat laki-laki, keluarga Parvana dibiarkan tanpa sarana untuk menghidupi diri mereka sendiri, karena kakak laki-lakinya Sulaiman meninggal bertahun-tahun yang lalu, meninggalkannya, ibunya Fattema, kakak perempuannya Soraya, dan adik laki-laki bungsunya Zaki. Ketika Parvana dan ibunya mencoba pergi ke penjara untuk mengajukan banding atas penangkapan Nurullah, seorang preman memukuli Fattema dan mengancam akan menangkap mereka jika mereka keluar lagi. Parvana menghibur Zaki dengan menceritakan kisah seorang bocah lelaki dalam upaya untuk mengambil benih desanya dari Raja Gajah yang jahat.

Belakangan, Parvana mencoba membeli makanan untuk keluarganya, tetapi para penjaja tidak bisa menjualnya karena takut pada Taliban. Untuk menghidupi keluarganya, dia memutuskan untuk memotong rambut dan berpakaian seperti laki-laki, "Aatish", yang mengaku sebagai keponakan Nurullah. Plotnya berhasil, dan Parvana bisa mendapatkan makanan dan uang. Atas saran Shauzia, gadis muda lainnya yang menyamar sebagai laki-laki, Parvana mencoba menyuap penjaga penjara agar dia bisa melihat ayahnya. Namun, penjaga mengirimnya pergi. Dia bekerja untuk menabung lebih banyak uang untuk suap yang lebih besar, melakukan pekerjaan kerja paksa dengan Shauzia, yang mencoba menabung cukup uang untuk melarikan diri dari ayahnya yang kejam. Sementara itu, Fattema terpaksa menyurati seorang kerabat di Mazar, ya mengatur pernikahan untuk Soraya dengan imbalan tempat tinggal dan perlindungan. Parvana juga bertemu dengan Razaq, mantan mitra patroli Idrees; Razaq yang buta huruf membayarnya untuk membacakan surat yang memberitahukan bahwa istrinya dibunuh oleh ranjau darat. Dia berteman dengannya dan terus bertemu dengannya sehingga dia bisa mengajarinya cara membaca dan menulis.

Parvana dan Shauzia melakukan kerja paksa di mana Idrees juga hadir. Dia mengenalinya, dan, setelah tiba-tiba dipukul oleh Parvana dengan batu bata, mencoba membunuhnya saat dia melarikan diri bersama Shauzia. Parvana dan Shauzia berhasil bersembunyi, dan Idrees tiba-tiba dipanggil untuk berperang, tidak pernah terlihat lagi. Ketika Parvana kembali ke rumah, Fattema memohon padanya untuk menghentikan rencana berbahaya itu, memberitahunya bahwa kerabatnya menerima Soraya dan bahwa mereka akan dikumpulkan lusa. Parvana setuju dengan syarat bahwa dia dapat mengunjungi Nurullah di penjara untuk memberitahunya kemana mereka akan pergi, karena Razaq memiliki sepupu yang bekerja di sana yang akan mengizinkannya masuk. Dia dengan air mata mengucapkan selamat tinggal pada Shauzia, berjanji bahwa mereka akan bertemu 20 tahun lagi. Kemudian. Namun, saat Parvana melakukan perjalanan ke penjara, sepupu Fattema datang lebih awal dan memaksa mereka untuk ikut bersamanya tanpa Parvana, karena perang akan dimulai dan jalan akan segera diblokir. Fattema akhirnya menentang sepupunya dengan marah, menolak untuk membiarkan dia membawa mereka lebih jauh, dan dia meninggalkan keluarga itu terdampar di jalan.

Parvana tiba di penjara, di mana dia menemukan Razaq. Setelah Parvana mengungkapkan bahwa dia adalah putri Nurullah, Razaq memberi tahu dia bahwa sepupunya telah pergi untuk berperang, tetapi dia akan mengambil Nurullah. Saat penjara dibersihkan dari tahanan lemah yang tidak mampu melawan, Parvana menyaksikan eksekusi mereka. Karena ketakutan, dia mengumpulkan keberaniannya untuk tetap tinggal dengan menyelesaikan kisah anak laki-laki itu, yang dia ubah menjadi Sulaiman, mengungkapkan bahwa dia meninggal setelah mengambil "mainan" di jalan, yang sebenarnya adalah ranjau darat yang meledak. Razaq tertembak di bahu saat menyelamatkan Nurullah yang lemah, namun lukanya tidak fatal dan dia menyatukan kembali ayah dan putrinya. Parvana membawa ayahnya pergi, di mana mereka akan segera bersatu kembali dengan anggota keluarga lainnya dan melarikan diri dari Afghanistan bersama, saat keduanya melanjutkan cerita yang mereka ceritakan satu sama lain.

***

Budi selesai baca cerpen, ya buku di tutup dan di taruh di bawah meja gitu. Ya Budi menikmati minum kopi dan makan gorengan. Eko dateng ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi dengan baik. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.

"Seperti biasanya hidup ini. Manusia berencana dalam usahanya menjalankan hidup ini. Tuhan yang menentukan segalanya," kata Eko.

"Realita hidup ini," kata Budi.

"Emmmm," kata Eko.

"Hari ini. Aku ada cerita. Ya terkesan dengan usaha penjual mantang," kata Budi.

"Terkesan penjual mantang," kata Eko.

Eko mengambil gorengan berupa mantang di piring. 

"Maksudnya mantang goreng ini?" kata Eko. 

Ya Eko makan mantang goreng yang enak, ya buatan Budi gitu. 

"Iya mantang goreng. Aku membeli mantang sama penjual mantang, ya menjual barang dagangannya di jajakan dengan baik ke sana ke sini. Ya mantang di olah di rumah, ya di goreng sama tepung. Jadi mantang goreng. Ya membuat aku terkesan usaha dari pedagang mantang tersebut. Dengan serba serbi jualan ini dan itu dari usaha manusia. Pedagang mantang berusaha dengan baik dengan barang dagangannya laku dengan baik. Hasil usahanya, ya untuk keluarga. Rasa syukur dari usahanya, ya ibadah dengan baik," kata Budi.

"Demi keluarga. Berusaha dengan baik," kata Eko.

Eko mengambil aqua gelas di bawah meja, ya di dalam kardus gitu. Memang Budi menyiapkan untuk tamu aqua gelas gitu. Eko meminum aqua gelas dengan baik.

"Demi keluarga berusaha dengan baik," kata Budi.

"Bagi yang jalan baik. Ya pasti dekat dengan agama demi kebaikan diri, keluarga dan orang lain," kata Eko.

"Memang bagi jalan baik, ya dekat dengan agama gitu. Ya....karena hidup ini antara baik dan juga buruk. Ya seperti cerita misteri. Ya manusia yang ingin cepat kaya. Cerita dengan cara ingin mendapatkan kekayaan dengan menggunakan ilmu hipnotis atau gendam, ya mendapatkan harta dari orang-orang kaya gitu, ya bisa di bilang menipu gitu," kata Budi.

"Kelakuan manusia yang perilaku buruk," kata Eko.

"Ketika manusia yang punya ilmu hipnotis atau gendam, ya kerjaannya di gagalkan seorang Ustad. Terjadi pertarungan sengit gitu. Ya menang Ustad gitu. Manusia yang berperilaku buruk di tangkap Polisi, ya Lapor Pak!, ya Pak Andre sendiri menangkap penjahat tersebut dan di bawa ke kantor untuk di penjara gitu," kata Budi.

"Kalau hal buruk, ya memang harus di berantas sama manusia baik," kata Eko.

"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.

"Emmm," kata Eko.

"Kita yang paham ilmu agama, ya menjalankan hidup ini dengan jalan baik. Terus berjuang mengubah nasif dari keadaan miskin sampai jadi kaya," kata Budi. 

"Hidup penuh perjuangan mengubah keadaan dari miskin jadi mampu. Tetap di jalan baik karena paham agama," kata Eko. 

"Main kartu remi saja!" kata Budi. 

"OK. Main kartu remi!" kata Eko. 

Budi mengambil kartu remi di bawah meja, ya di dalam kardus gitu. Kartu remi di kocok dengan baik dan di bagikan dengan baik kartu remi gitu. Permainan yang di mainkan Budi dan Eko, ya permainan cangkulan gitu. 

"Ngomongin kisah cinta, ya berkaitan dengan agama Islam. Bagus ceritanya," kata Budi. 

"Sinetron. Acara Tv...kan Budi?" kata Eko. 

"Iya. Acara Tv!" kata Budi. 

"Emmmm," kata Eko. 

"Acara musik ini dan itu, ya bagus!" kata Budi. 

"Ya realitanya begitu. Bagus dan bagus!" kata Eko. 

Eko dan Budi main kartu remi dengan baik gitu.

BERLIN SYNDROME

Budi duduk di depan rumahnya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan. 

"Nyanyi ah. Menghibur diri!" kata Budi. 

Budi mengambil gitar yang di taruh di samping kursi, ya gitar di mainkan dengan baik gitu dan bernyanyi dengan baik gitu. 

Lirik lagu yang dinyanyikan Budi dengan judul 'Black Or White' :

"I took my baby on a Saturday bangBoy is that girl with you?Yes we're one and the same
Now I believe in miraclesAnd a miracle has happened tonight
But, if you're thinkin' about my babyIt don't matter if you're black or white
They print my message in the Saturday SunI had to tell them I ain't second to none
And I told about equality and it's trueEither you're wrong or you're right
But, if you're thinkin' about my babyIt don't matter if you're black or white
I am tired of this devilI am tired of this stuffI am tired of this businessSew when the going gets roughI ain't scared of your brotherI ain't scared of no sheetsI ain't scared of nobodyGirl, when the going gets mean
ProtectionFor gangs, clubs, and nationsCausing grief in human relationsIt's a turf war on a global scaleI'd rather hear both sides of the taleSee, it's not about racesJust places, facesWhere your blood comes fromIs were your space isI've seen the bright get dullerI'm not going to spend my life being a color
Don't tell me you agree with meWhen I saw you kicking dirt in my eye
But, if you're thinkin' about my babyIt don't matter if you're black or white
I said if you're thinkin' of being my babyIt don't matter if you're black or white
I said if you're thinkin' of being my brotherIt don't matter if you're black or white
Ooh, oohYea, yea, yea nowOoh, oohYea, yea, yea now
It's black, it's whiteIt's tough for you to get by (yeah, yeah, yeah)It's black, it's white
It's black, it's whiteIt's tough for you to get by (yeah, yeah, yeah)It's black, it's white"

***
Budi selesai menyanyi dan main gitar, ya gitar di taruh di samping kursi. Ya Budi menikmati minum kopi dan makan gorengan gitu

"Emmm. Baca buku ah!" kata Budi. 

Budi mengambil buku di meja, ya buku di buka dengan baik, ya di pilih-pilih dengan baik cerpen yang ingin di baca. Terpilihlah salah satu cerpen yang di baca Budi dengan baik gitu. 

Isi cerita yang baca Budi :

Di Berlin, backpacker dan fotografer Australia Clare bertemu dengan guru bahasa Inggris lokal Andi. Mereka menghabiskan hari bersama, lalu berhubungan seks di apartemen Andi. Keesokan paginya, Clare menemukan dirinya terkunci. Sekembalinya Andi, dia bilang dia lupa meninggalkan kunci, dan dia menghabiskan satu malam lagi setelah mereka pergi berdansa.

Keesokan harinya, Clare menemukan dia telah menulis meine (bahasa Jerman untuk 'milikku') di bahunya dan mengambil kartu SIM dari teleponnya. Mencoba untuk menghancurkan jendela, dia menemukan bahwa jendela itu berpanel ganda dan diperkuat dengan kaca plexiglass. Dia sadar bahwa apartemen lain di gedung itu telah ditinggalkan. Ketika Andi kembali, Clare memintanya untuk melepaskannya tetapi dia mulai menahannya ke tempat tidur saat dia sedang bekerja, meninggalkannya untuk mengotori dirinya sendiri.

Saat makan malam bersama ayahnya, Erich, Andi memberitahunya bahwa dia berkencan dengan Clare. Erich bertanya apa yang terjadi dengan mantan pacarnya Natalie, dan Andi mengatakan dia kembali ke Kanada. Malam itu, Andi membiarkan Clare mandi dan dia menemukan gumpalan rambut pirang panjang di selokan. Andi mengirim pesan kepada ibu Clare yang menyamar sebagai dia, memberi tahu dia bahwa dia baik-baik saja.

Clare menemukan obeng di bawah sofa dan, ketika Andi pulang, dia menikam tangannya dan melarikan diri dari apartemen. Andi menangkapnya di halaman bawah, mematahkan jarinya dan membawanya kembali ke dalam. Murid Andi, Franka, muncul dan menggodanya, tetapi ketika dia melihat Clare sebentar, Andi mengatakan bahwa dia adalah pacarnya dan mengancam akan melaporkan perilakunya, menyebabkan dia pergi.

Perilaku aneh Andi terus berlanjut, termasuk memotret Clare dalam posisi mengganggu, memotong rambutnya, dan mundur ke kamar terkunci. Tertekan karena mengetahui ayahnya telah meninggal, dia menghabiskan seminggu di rumah ayahnya, meninggalkan Clare di apartemen dengan listrik mati. Ketika dia kembali, dia menghiburnya dan mereka berhubungan seks. Menjelang liburan, suasana hati Clare tampak cerah ; dia belajar memainkan akordeon dan membuat kue untuk Andi. Dia menghadiahkan anjing ayahnya, tetapi beberapa hari kemudian menjadi cemburu dengan ikatan mereka dan membunuhnya.

Andi membawa Clare keluar untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, ke hutan tempat dia berencana membunuhnya dengan kapak. Mereka diganggu oleh dua anak laki-laki, salah satunya kakinya terluka. Clare diam-diam memohon kepada yang lain untuk mendapatkan bantuan tetapi dia tidak mengerti bahasa Inggris. Pada Malam Tahun Baru, Andi menghadiri pesta kerja dan Clare masuk ke ruang terkunci dan menemukan album foto seorang wanita pirang. Seorang pria di luar menyorotkan senter ke jendela; dia berteriak minta tolong dan dia berusaha menyelamatkannya, tapi Andi kembali dan membunuhnya dengan linggis. Andi meminta Clare membantunya membungkus tubuhnya dengan plastik, dengan mengatakan bahwa dialah yang mati karena kesalahannya. Dia membakar tubuh di tempat sampah di halaman.

Semakin banyak waktu berlalu dan Clare tampaknya menikmati hidup bersama Andi. Ketika dia melihat dia menilai buku kerja siswa, dia menyembunyikan foto di Franka's. Franka menemukan foto Clare terikat dan disumpal. Dia melarikan diri dari ruangan dan menjatuhkan foto itu, yang diedarkan oleh siswa lain. Saat Andi menyadari apa yang terjadi, dia meninggalkan sekolah dengan panik. Dia tiba di rumah untuk menemukan pintu halaman terbuka dan kotak terkunci milik Clare terbuka dan kosong. Franka telah mengendarai sepedanya ke apartemen dan menemukan Clare tepat sebelum Andi tiba. Clare memikat Andi, bersembunyi di lantai atas apartemennya. Ketika dia masuk ke apartemen, dia memanggil namanya dan, sebelum dia bisa bereaksi, dia menguncinya di dalam. Clare menyelamatkan Franka dari lantai atas. Clare naik taksi gratis melalui jalan-jalan Berlin.

***

Budi selesai baca bukunya, ya buku di taruh di bawah meja. Ya Budi menikmati minum kopi dan makan gorengan gitu. Eko dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi. Di meja ada sebuah botol kaca bekas, ya berupa lampu sentir, ya buatan Budi gitu. 

"Budi. Lampu sentir ini?" kata kata Eko sambil menunjuk tuh lampu gitu. 

"Ya lampu sentir, ya memang buatan aku. Kreatif saja sih," kata Budi.

"Lampu sentir, ya terbuat dari botol kaca bekas. Di gunakan pada masa lalu. Yang menggunakan sih orang miskin. Karena zaman dulu, ya orang miskin, ya ada yang tidak masang listrik gitu di rumahnya karena tidak mampu gitu," kata Eko.

"Kadang juga pada masa lalu sudah masang listrik, ya tetap sering mati lampu gitu. Ya jadi alternatif untuk mengatasi masalah gelap keadaan di rumah, ya sentir terbuat botol kaca. Jadi keadaan terang deh," kata Budi. 

"Hidup prihatin keadaan orang miskin masa lalu," kata Eko. 

"Ya memang orang miskin selalu prihatin dengan keadaan hidupnya. Beda dengan hidup orang kaya, ya keadaannya cukup ini dan itu," kata Budi. 

"Keadaan miskin. Ya kalau ingat dengan baik, ya ada cerita tentang seorang miskin, ya kerjaannya seorang Ustad, ya tetap membimbing dengan baik, ya anak-anak dengan baik untuk paham ilmu agama Islam dengan baik. Berjalan di jalan hidup ini dengan jalan baik," kata Eko.

"Cerita itu. Ya aku masih ingat sih cerita kenyataan hidup ini lah," kata Budi. 

"Anak-anak didik Ustad, ya telah dewasa. Sampai sekarang masih berjalan di jalan baik," kata Eko. 

"Memahami ilmu yang di ajarkan, ya berjalan di jalan baik gitu," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Kalau sekedar untuk permainan kita, ya lampu sentir siapa yang menjaga?" kata Budi. 

"Obrolan urusan berkaitan cerita babi ngepet," kata Eko. 

"Ya memang cerita babi ngepet. Misteri," kata Budi. 

"Emmmm," kata Eko. 

"Semua manusia itu, ya ingin kaya. Tidak ingin menderita dari kemiskinan. Jika manusia jauh dari ilmu agama. Ya pasti mencari cara cepat untuk kaya. Pilihan seperti cerita babi ngepet. Pesugihan babi ngepet. Atau cerita lain dengan tujuan ingin cara cepat kaya, ya dengan muja ini dan itu," kata Budi. 

"Sebaiknya itu, ya hidup ini di jalanin seperti kita, ya menerima keadaan dari keluarga miskin. Ya sama halnya orang-orang yang terlahir di keluarga miskin seperti cerita di Tv. Tetap berjuang dengan baik mengubah nasif dengan baik. Ya dekat dengan ilmu agama," kata Eko. 

"Ketika sadar memahami ilmu agama. Pasti berkata seperti kita 'Cukup'....," kata Budi. 

"Cukup makan dan minum, ya hati tenang sudah cukup," kata Eko. 

"Kesederhanaan yang kita jalanin hidup ini," kata Budi. 

"Sederhana," kata Eko. 

"Main kartu remi saja!" kata Budi. 

"OK. Main kartu remi!" kata Eko. 

Ya Budi mengambil lampu sentir di meja di taruh di bawah meja dan mengambil kartu remi yang di taruh di kotak kardus di bawah meja, ya kartu remi di kocok dengan baik dan di bagikan dengan baik gitu. Budi dan Eko, ya main kartu remi dengan baik gitu, ya main permainannya main cangkulan gitu. 

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK