Di Berlin, backpacker dan fotografer Australia Clare bertemu dengan guru bahasa Inggris lokal Andi. Mereka menghabiskan hari bersama, lalu berhubungan seks di apartemen Andi. Keesokan paginya, Clare menemukan dirinya terkunci. Sekembalinya Andi, dia bilang dia lupa meninggalkan kunci, dan dia menghabiskan satu malam lagi setelah mereka pergi berdansa.
Keesokan harinya, Clare menemukan dia telah menulis meine (bahasa Jerman untuk 'milikku') di bahunya dan mengambil kartu SIM dari teleponnya. Mencoba untuk menghancurkan jendela, dia menemukan bahwa jendela itu berpanel ganda dan diperkuat dengan kaca plexiglass. Dia sadar bahwa apartemen lain di gedung itu telah ditinggalkan. Ketika Andi kembali, Clare memintanya untuk melepaskannya tetapi dia mulai menahannya ke tempat tidur saat dia sedang bekerja, meninggalkannya untuk mengotori dirinya sendiri.
Saat makan malam bersama ayahnya, Erich, Andi memberitahunya bahwa dia berkencan dengan Clare. Erich bertanya apa yang terjadi dengan mantan pacarnya Natalie, dan Andi mengatakan dia kembali ke Kanada. Malam itu, Andi membiarkan Clare mandi dan dia menemukan gumpalan rambut pirang panjang di selokan. Andi mengirim pesan kepada ibu Clare yang menyamar sebagai dia, memberi tahu dia bahwa dia baik-baik saja.
Clare menemukan obeng di bawah sofa dan, ketika Andi pulang, dia menikam tangannya dan melarikan diri dari apartemen. Andi menangkapnya di halaman bawah, mematahkan jarinya dan membawanya kembali ke dalam. Murid Andi, Franka, muncul dan menggodanya, tetapi ketika dia melihat Clare sebentar, Andi mengatakan bahwa dia adalah pacarnya dan mengancam akan melaporkan perilakunya, menyebabkan dia pergi.
Perilaku aneh Andi terus berlanjut, termasuk memotret Clare dalam posisi mengganggu, memotong rambutnya, dan mundur ke kamar terkunci. Tertekan karena mengetahui ayahnya telah meninggal, dia menghabiskan seminggu di rumah ayahnya, meninggalkan Clare di apartemen dengan listrik mati. Ketika dia kembali, dia menghiburnya dan mereka berhubungan seks. Menjelang liburan, suasana hati Clare tampak cerah ; dia belajar memainkan akordeon dan membuat kue untuk Andi. Dia menghadiahkan anjing ayahnya, tetapi beberapa hari kemudian menjadi cemburu dengan ikatan mereka dan membunuhnya.
Andi membawa Clare keluar untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, ke hutan tempat dia berencana membunuhnya dengan kapak. Mereka diganggu oleh dua anak laki-laki, salah satunya kakinya terluka. Clare diam-diam memohon kepada yang lain untuk mendapatkan bantuan tetapi dia tidak mengerti bahasa Inggris. Pada Malam Tahun Baru, Andi menghadiri pesta kerja dan Clare masuk ke ruang terkunci dan menemukan album foto seorang wanita pirang. Seorang pria di luar menyorotkan senter ke jendela; dia berteriak minta tolong dan dia berusaha menyelamatkannya, tapi Andi kembali dan membunuhnya dengan linggis. Andi meminta Clare membantunya membungkus tubuhnya dengan plastik, dengan mengatakan bahwa dialah yang mati karena kesalahannya. Dia membakar tubuh di tempat sampah di halaman.
Semakin banyak waktu berlalu dan Clare tampaknya menikmati hidup bersama Andi. Ketika dia melihat dia menilai buku kerja siswa, dia menyembunyikan foto di Franka's. Franka menemukan foto Clare terikat dan disumpal. Dia melarikan diri dari ruangan dan menjatuhkan foto itu, yang diedarkan oleh siswa lain. Saat Andi menyadari apa yang terjadi, dia meninggalkan sekolah dengan panik. Dia tiba di rumah untuk menemukan pintu halaman terbuka dan kotak terkunci milik Clare terbuka dan kosong. Franka telah mengendarai sepedanya ke apartemen dan menemukan Clare tepat sebelum Andi tiba. Clare memikat Andi, bersembunyi di lantai atas apartemennya. Ketika dia masuk ke apartemen, dia memanggil namanya dan, sebelum dia bisa bereaksi, dia menguncinya di dalam. Clare menyelamatkan Franka dari lantai atas. Clare naik taksi gratis melalui jalan-jalan Berlin.
***
Budi selesai baca bukunya, ya buku di taruh di bawah meja. Ya Budi menikmati minum kopi dan makan gorengan gitu. Eko dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi. Di meja ada sebuah botol kaca bekas, ya berupa lampu sentir, ya buatan Budi gitu.
"Budi. Lampu sentir ini?" kata kata Eko sambil menunjuk tuh lampu gitu.
"Ya lampu sentir, ya memang buatan aku. Kreatif saja sih," kata Budi.
"Lampu sentir, ya terbuat dari botol kaca bekas. Di gunakan pada masa lalu. Yang menggunakan sih orang miskin. Karena zaman dulu, ya orang miskin, ya ada yang tidak masang listrik gitu di rumahnya karena tidak mampu gitu," kata Eko.
"Kadang juga pada masa lalu sudah masang listrik, ya tetap sering mati lampu gitu. Ya jadi alternatif untuk mengatasi masalah gelap keadaan di rumah, ya sentir terbuat botol kaca. Jadi keadaan terang deh," kata Budi.
"Hidup prihatin keadaan orang miskin masa lalu," kata Eko.
"Ya memang orang miskin selalu prihatin dengan keadaan hidupnya. Beda dengan hidup orang kaya, ya keadaannya cukup ini dan itu," kata Budi.
"Keadaan miskin. Ya kalau ingat dengan baik, ya ada cerita tentang seorang miskin, ya kerjaannya seorang Ustad, ya tetap membimbing dengan baik, ya anak-anak dengan baik untuk paham ilmu agama Islam dengan baik. Berjalan di jalan hidup ini dengan jalan baik," kata Eko.
"Cerita itu. Ya aku masih ingat sih cerita kenyataan hidup ini lah," kata Budi.
"Anak-anak didik Ustad, ya telah dewasa. Sampai sekarang masih berjalan di jalan baik," kata Eko.
"Memahami ilmu yang di ajarkan, ya berjalan di jalan baik gitu," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Kalau sekedar untuk permainan kita, ya lampu sentir siapa yang menjaga?" kata Budi.
"Obrolan urusan berkaitan cerita babi ngepet," kata Eko.
"Ya memang cerita babi ngepet. Misteri," kata Budi.
"Emmmm," kata Eko.
"Semua manusia itu, ya ingin kaya. Tidak ingin menderita dari kemiskinan. Jika manusia jauh dari ilmu agama. Ya pasti mencari cara cepat untuk kaya. Pilihan seperti cerita babi ngepet. Pesugihan babi ngepet. Atau cerita lain dengan tujuan ingin cara cepat kaya, ya dengan muja ini dan itu," kata Budi.
"Sebaiknya itu, ya hidup ini di jalanin seperti kita, ya menerima keadaan dari keluarga miskin. Ya sama halnya orang-orang yang terlahir di keluarga miskin seperti cerita di Tv. Tetap berjuang dengan baik mengubah nasif dengan baik. Ya dekat dengan ilmu agama," kata Eko.
"Ketika sadar memahami ilmu agama. Pasti berkata seperti kita 'Cukup'....," kata Budi.
"Cukup makan dan minum, ya hati tenang sudah cukup," kata Eko.
"Kesederhanaan yang kita jalanin hidup ini," kata Budi.
"Sederhana," kata Eko.
"Main kartu remi saja!" kata Budi.
"OK. Main kartu remi!" kata Eko.
Ya Budi mengambil lampu sentir di meja di taruh di bawah meja dan mengambil kartu remi yang di taruh di kotak kardus di bawah meja, ya kartu remi di kocok dengan baik dan di bagikan dengan baik gitu. Budi dan Eko, ya main kartu remi dengan baik gitu, ya main permainannya main cangkulan gitu.
No comments:
Post a Comment