CAMPUR ADUK

Friday, October 15, 2021

JIMAT INI DAN ITU

Budi dan Eko duduk di depan rumah Budi, ya sedang menikmati minum kopi dan makan gorengan.

"Apakah orang Lampung masih percaya dengan jimat?" kata Budi.

"Ada yang percaya ada juga yang tidak. Kalau aku ingat baik, ya ada sih teman kerja, ya make jimat, ya isinya ayat-ayat al-quran di bungkus dalam sebuah kain dan jadi kan kalung, ya untuk melindungi diri dari hal-hal yang buruk," kata Eko.

"Apa bedanya dengan kalung yang di tulis nama Tuhan?!" kata Budi.

"Bedalah. Kalau kalung yang bertuliskan nama Tuhan kan di beli dari orang yang menjual. Sedang jimat, ya isinya ayat-ayat al-quran di bungkus dalam sebuah kain dan jadi kalung, ya dari orang pinter sih. Nama orang pinterkan bisa di bilang namanya Mbah sampai namanya Kyai," kata Eko.

"Oooo bedanya pemberian dari orang pinter toh, ya untuk nolak balak," kata Budi.

"Di Lampung ini bermacam suku tinggal di Lampung, ya masih mempertahan kan ilmu-ilmu ini dan itu. Sampai ke anak muda sih menjalankan ilmu ini dan itu," kata Eko.

"Sampai-sampai, ya aku dengar sih dari omongan orang-orang sih, ya pering petuk gitu," kata Budi.

Budi mengambil bakwan goreng di piring, ya di makan dengan baik.

"Pering petuk. Banbu yang penuh dengan mistik kata orang-orang. Bisa juga di jadikan jimat pering petuk. Kalau di jual pering petuk, ya harganya mahal gitu," kata Eko.

Eko mengambil bakwan tahu goreng di piring, ya di makan dengan baik.

"Yang percaya pering petuk sih orang-orang tua sampai anak muda, ya ingin jadi kaya gitu," kata Budi.

"Nama juga manusia. Ingin kaya dan jauh dari kemiskinan," kata Eko.

Eko mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi.

"Pemuda yang memiliki ilmu gaib. Ya melihat pering petuk itu, ya kosong tidak ada isinya," kata Budi.

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi. Eko menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Pemuda yang memiliki ilmu gaib itu berani menyatakan pering petuk itu kosong, ya tidak ada isi sama sekali," kata Eko.

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Kalau ada orang yang marah tentang pering petuk dan benda-benda di jadi kan jimat, ya isi kosong. Pemuda itu malah menatangnya dengan cara, ya orang-orang pinter itu kirimin saja ilmu santet pada pemuda itu," kata Budi.

"Jadi pemuda yang memiliki ilmu gaib, ya menantang orang-orang pinter yang ada di Lampung ini, ya mengirimi ilmu santet. Jadinya perang ilmu gaib dong," kata Eko.

"Apakah hal itu akan terjadi perang ilmu gaib? Kan banyak orang pinter, ya namanya Mbah sampai namanya Kyai, ya ilmunya kan bohongan saja!" kata Budi.

"Iya sih, nama orang pinter itu, ya ilmunya bohongan. Tipu muslihatnya manusia. Ya tujuannya sih nyari uang dengan jalan ilmu mistik. Nolong orang dari masalah ini dan itu," kata Eko.

"Sebenarnya orang yang menjalankan ilmu mistik itu, ya jadi orang pinter agamanya apa?!" kata Budi.

"Agamanya adat istiadat, ya aliran kepercayaan. Ilmu sih bisa di bilang camur aduklah," kata Eko.

"Aku bertemu dengan pengikut ajaran itu. Ya orang itu di undang di acara pengajian, eeee orang itu ya tidak mengikuti pengajian gitu," kata Budi.

"Orang yang telah menjalankan ilmu ini dan itu, ya mistik gitu. Tidak mau mendekati pengajian lah. Takut ilmunya luncur dan hancur," kata Eko.

"Zaman telah maju dengan teknologi dan juga informasi cepat banget di jaringan internet. Masih ada orang-orang seperti itu," kata Budi.

"Nama juga ilmu itu di turunin dengan baik dan di percayain dengan baik," kata Budi.

"Sudah ngomongin tentang hal-hal yang berkaitan dengan jimat ini dan itu, ya ilmu mistik. Lebih baik main catur saja!" kata Eko.

"Ok main catur!" kata Budi.

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh papan catur di atas meja. Budi dan Eko menyusun bidak catur di atas papan catur dengan baik.

"Pemuda itu berani menantang pada orang-orang pinter yang punya ilmu mistik, ya di kirimin santet. Pemuda itu punya pelindung yang kuat banget," kata Eko.

"Pelindungnya pemuda itu kan roh, ya malaikat dan juga setan. Tuhan bersama pemuda itu," kata Budi.

"Ya sudahlah fokus main catur!" kata Eko.

"Emmmm," kata Budi.

Budi dan Eko, ya main catur dengan baik lah.

KEINDAHAN PAPUA

Indro mengeluarkan keris pusaka warisan kakeknya Indro lah. Dengan keris pusaka, ya Indro pun pindah tempat dari keberadaannya di rumah, ya di Jakarta ke daerah Papua sih, ya teleportasi gitu. Indro berada di atas bukit.

"Daerah ini indah banget," kata Indro. 

Indro berjalan dengan baik, ya menurunin bukit lah. Sampai di tujuannya Indro, ya ketemu dengan suku pedalaman Papua. Ya di sambut dengan baik sama suku perdalaman Papua, ya layaknya saudara jauh dan juga tamu gitu. Seperti biasa sih Indro di jamu dengan makanan khas Papua. Indro menghormati suku Papua dengan baik, ya menikmati jamuan itu dengan baik.

Setelah urusan jamuan itu selesai. Indro menikmati keadaan dengan baik. Denias, anak suku Papua mengajak Indro ke suatu tempat. Indro dan Denias berjalan dengan baik menuju sebuah bukit sih. Di jalan Indro dan Denias bertemu dengan babi liar. Mau gak mau Indro menghadapi babi liar. Sedangkan Danias yang takut dengan babi liar, ya ukurannya besar sekali sih. Denias naik pohon, ya agar selamat dan tidak di seruduk babi liar. Indro menggunakan keris pusakanya menghadapi babi liar. Pertarungan sengit sih. Pada akhirnya Indro berhasil membunuh babi liar tersebut.

"Denias. Daging babi ini mau di apakan?!" kata Indro.

"Daging babi ini buat jadi babi panggang saja!" kata Denias.

"Kalau mau Denias seperti itu. Aku bantu untuk memasak daging babi ini," kata Indro.

Indro dan Denias mulai memasak daging babi, ya di buat daging panggang. Singkat waktu. Daging babi telah masak. Denias makan daging babi. Indro tidak makan daging babi, ya malahan makan buah-buahan yang Indro temukan di hutan. Daging babi pun jadikan bekal oleh Denias sih. Perjalan Indro dan Denias di lanjutkan dengan baik. Sampai di atas bukit. Indro dan Denias melihat pemandangan yang indah banget. 

Denias pun menunjukkan tempat yang sudah maju, ya karena manusia mengikuti perkembangan zaman seperti bangunan gelangang olahraga di mana manusia menunjukkan kebolehannya dengan segala bidang olahraga. Indro melihat dengan daerah Papua yang telah berkembang dengan baik, ya mengikuti perkembangan zaman di mana manusia sudah mengerti informasi dan teknologi untuk kemajuan negerinya.

Indro dan Denias telah cukup melihat keindahan negeri Papua dari atas bukit. Indro dan Denias pun memutuskan untuk pulang ke rumah Denias lah. Perjalan Indro dan Denias, ya di jalanin dengan penuh hati-hati menurunin bukit sih. Ya Denias membawa bekal daging babi, ya di makan dengan baik sambil jalan. Indro, ya menikmati makan buah yang di temukan hutanlah.

Indro dan Denias sampai juga di rumah Denias. Daging babi yang di bawa Denias, ya di bagikan pada teman-temannya. Semua anak-anak menikmati makan daging babi itu. Indro senang melihat keceriaan anak-anak Papua. Indro pun pamitan dengan kepala suku pedalaman Papua, ya pulang ke rumahlah.

Dengan menggunakan keris pusaka, ya Indro, ya pindah tempatlah dari Papua ke Jakarta, ya teleportasilah. Indro sampai di rumah. Keris pusaka pun di taruh di simpan dengan baik sama Indro. Ya Indro keluar dari kamarnya menuju ruang tamu, ya ada Kasino yang sedang main game di ruang tamu. Kasino pun berhenti dari main gamenya.

"Indro dari mana?!" kat Kasino.

"Main," kata Indro.

"Main kemana?!" kata Kasino.

"Ke Papua," kata Indro.

"Jauh amat main ke Papua," kata Kasino.

"Lagi ingin melihat Papua saja," kata Indro.

"Pasti menggunakan keris pusaka, ya teleportasi dari sini ke Papua," kata Kasino.

"Iyalah Kasino," kata Indro.

"Gimana keadaan Papua?!" kata Kasino.

"Papua banyak kemajuannya. Aku di tunjukkan sama Denias, ya daerah-daerah yang telah maju dengan peradaban manusia, ya mengikuti perkembangan zaman. Informasi dan teknologi," kata Indro.

"Denias, anak Papua yang menemani Indro melihat keindahan negeri Papua," kata Kasino.

"Ya sudah lah Kasino. Ngobrol tentang negeri Papua. Aku ingin main game di Hp ku!" kata Indro.

"Aku juga mau melanjutkan main game aku di Hp ku!" kata Kasino.

Kasino dan Indro main game di Hp-nya masing-masing. Denias tetap hidup dengan baik bersama keluarganya, ya suku pedalaman Papua sih. Dono yang masih di Batam, ya memeriksa kiriman vidio dari temannya Dono, ya tentang Rara yang hidup bahagia dengan suaminya.

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK