Dono lagi asik mengetik di leptopnya berada ruang tamu. Indro pun baru pulang dari main dan langsung masuk rumah duduk bersama Dono.
"Dono..gimana keadaan Wulan?" tanya Indro.
"Baik," saut Dono yang asik ngetik.
"Gimana dengan Putri cewek yang kamu sukai pada masa kecil?"
"Baik."
"Gimana dengan Lesti yang sudah di anggap seperti adik sendiri?"
"Baik."
"Gimana dengan Selfi....cinta terlarang kamu?"
"Baik."
"Gimana degan Rara.....yang di jodohin kamu?"
"Baik."
"Gimana dengan Aulia yang jadi teman curhat kamu. Tapi ada rasa gitu...?"
"Baik."
"Gimana dengan Siti Badriah......yang...gimana ngomongnya ya....?"
"Baik. Indro.....nyelenehnya cukup. Saya lagi konsentrasi mengetik nanti buyar ini isi kepala ini."
"Jangan serius-serius amat Dono....banyak becandanya," kata Indro.
Dono menghentikan ketikannya. Lalu Indro mulai berleha-leha di sofa sambil membaca koran Indonesia Barokah.
"Indro...gimana dengan Saskia?" tanya Dono.
"Baik," jawab Indro sambil membaca koran.
"Gimana dengan Gysel...kenalan kamu yang ada rasa gitu...?"
"Baik."
"Gimana dengan Inul Daratista...yang kamu jadi penggembar beratnya?"
"Baik."
"Gimana dengan Nikita Willy ...kamu suka tapi selama ini di sembunyikan perasaan kamu?"
"Baik.
"Gimana dengan Presiden Joko Widodo yang di ajak kamu main catur?"
"Baik.
"Gimana dengan Pak Prabowo....yang memperbolehkan kamu main ke rumahnya?"
"Baik. Tapi...entar dulu. Kok omongannya urusan dengan pemimpin di Indonesia. Kenapa gak sekalian dengan pemimpin di Amerika... sekalian aja...Don?"
"Kan cuma becanda atau nyeleneh ganggu kamu yang sedang baca koran. Tapi jika maunya urusan dengan pemimpin di Amerika sih gak ada masalah? Gimana dengan Presiden Donald Trump........kenalan kamu yang pernah di ajak makan hamburger di gedung putih."
"Baik. Tapi malas dengan Presiden Donald Trump..gayanya kaya anak manja...ngambekan. Sampai sistem kerja pemerintahan di tutup cukup lama banget. Saya gak bisa ngurusin buat KTP."
"Kalau begitu saya mau istirahat. Makan siang dulu. Laper," kata Dono.
Dono menaruh leptopnya di meja dan bergerak ke dapur untuk membuat mie rebus.
"Dono...mainannya..cuma segini aja?" tanya Indro.
"Iya," saut Dono dengan berteriak.
"Gimana dengan Halilintar.....yang mau di tanyangkan di bioskop?"
Dono pun berpikir dan berceloteh setelah pertanyaan yang diajukan Indro "Halilintar......film." Dono langsung berteriak keras "Halilintar itu.....Facebook penulis yang lama."
Indro terkejut mendengar omongan Dono "Kenapa jawabannya ......Facebook..si penulis...kacau deh?" Indro tidak lagi mengajukan pertanyaan mainan malah melanjutkan baca koran Indonesia Barokah.
Selang berapa lama jadi juga masakan Dono dan segera di santapnya di meja makan. Kasino pun pulang dan langsung rumah dan duduk bersama Indro yang sibuk membaca.
"Serius amat Indro..," tanya Kasino.
"Iya," saut Indro.
Kasino memperhatikan baca Indro dengan seksama.
"Indonesia Barokah....Koran yang jadi hit di bicarakan di berbagai media elektronik....karena kontrafersinya," kata Kasino.
"Iya," saut Kasino.
"Dapet..dari mana koran Indonesia Barokah?" tanya Kasino kembali.
"Koran ini....saya temukan di mesjid saat saya sholat dzuhur....Kasino."
"Jadi..apa isinya benar-benar kontrafesi..Indro?"
"Lumayan sih kontrafersinya...tapi gak penting......karena saya mantan mahasiswa. Jadi saya tahu yang aslinya tentang pergolakan politik di Indonesia."
"Penting ilmu...di sini. Gak bisa di bohongin oleh media apa pun ya..Indro?"
"Yo.i," jawab Indro.
Kasino pun beranjak dari duduknya menuju kamar untuk berganti pakaian. Dono selesai makan dan segera ke ruang tamu untuk melanjutkan ketikannya. Indro pun beranjak dari berleha-leha di sofa dan mengeletakan koran di atas meja begitu saja.
"Mau..kemana Indro?" tanya Dono.
"Mau....baut makanan. Saya laper," jawab Indro.
Indro ke dapur dan langsung membuat mie rebus. Dono pun asik mengetik lagi di leptopnya sampai menyelesaikan tulisannya.
Karya: No