CAMPUR ADUK

Thursday, September 28, 2023

CHENNAI EXPRESS

Budi duduk di depan rumahnya. 

"Baca cerpen ah!" kata Budi. 

Budi mengambil buku di bawah meja, ya buku di buka dengan baik dan di baca cerpen yang ceritanya menarik banget gitu. 

Isi cerita yang di baca Budi :

Rahul Mithaiwala adalah seorang bujangan kaya berusia 40 tahun yang tinggal di Mumbai, ya yang ayah dan ibunya meninggal ketika dia masih kecil. Sepeninggal orang tuanya, ia diasuh oleh kakek dan neneknya sejak usia delapan tahun, kakek Rahul YY Mithaiwala adalah seorang pengusaha yang memiliki jaringan toko gula-gula. Sebelum perayaan ulang tahun YY yang ke-100, teman Rahul, Bobby dan Baman, mengundangnya untuk menemani mereka berlibur di Goa, ya yang diterimanya. Sementara itu, YY meninggal pada malam perayaan, tepat ketika dia menyaksikan Sachin Tendulkar di TV dalam pertandingan krilet dikeluarkan dari pertandingannya yang ke-99. Setelah pemakaman YY, nenek Rahul, Neetu, memberi tahu Rahul bahwa YY ingin abunya dibagi menjadi dua bagian—satu bagian dibenamkan di Sungai Gangga, dan bagian lainnya di Rameswaram. Dia meminta Rahul untuk membawa abunya ke Rameswaram dan membubarkannya. Dengan enggan, dia menerima permintaannya tetapi juga ingin menghadiri perjalanan ke Goa.

Rahul, Bobby, dan Baman berencana membuang abunya di Goa namun Neetu ingin mengantarnya pergi, sehingga memaksa Rahul melakukan perjalanan dengan kereta api. Dia memesan satu tiket di Chennai Express, berencana bertemu Bobby dan Baman di sepanjang jalan, di stasiun Kalyan Junction. Namun, Rahul lupa mengambil abunya, dan dia hampir ketinggalan kereta saat kembali untuk mengambilnya. Saat Rahul mencoba meninggalkan kereta, dia melihat seorang wanita muda berlari untuk menaikinya. Dia membantunya dan empat orang lainnya naik kereta yang bergerak, tapi kereta meninggalkan stasiun sebelum dia bisa turun.

Rahul mencoba menggoda wanita tersebut, yang mulai berkomunikasi dengan menyanyikan parodi lagu film Hindi, dan menjelaskan bahwa keempat pria tersebut mencoba menculiknya. Rahul meminjamkan ponselnya agar dia bisa menghubungi teman-temannya, tapi pria yang bersamanya mengambilnya dan membuangnya dari kereta. Rahul kesal tapi diam saja karena orang-orang itu membawa senjata. Rahul memberi tahu Pemeriksa Tiket Perjalanan tentang mereka, tapi mereka mendorong inspektur itu ke sungai di bawah jembatan. Karena panik, Rahul mengetahui bahwa keempat pria itu adalah sepupunya dan nama aslinya adalah Meenalochni "Meenamma" Azhagusundaram. Dia melarikan diri dari pernikahan paksa dengan seorang don bernama Tangaballi. Ayah Meenamma, Durgeshwara "Durgesh" Azhagusundaram, adalah gembong mafia dan tuan tanah yang kuat di Tamil Nadu. 

Meenamma membawa Rahul ke Durgesh dan memperkenalkan Rahul sebagai kekasihnya. Tangaballi menantang Rahul untuk berduel yang tanpa disadari Rahul menerimanya, karena kurangnya pengetahuannya dalam bahasa Tamil. Pada malam duel, Rahul melarikan diri dengan bantuan polisi setempat, Shamsher, tapi dia berakhir di kapal bersama teroris dan penyelundup Sri Lanka. Baku tembak pun terjadi antara kepolisian dan teroris. Ketika petugas polisi menyelidiki dan menahan Rahul, dia menceritakan kisahnya dan berakhir kembali di Komban.

Ketakutan dan sekali lagi dikelilingi oleh kaki tangan Durgesh yang memegang sabit, Rahul berpura-pura menyandera Meenamma dan melarikan diri bersamanya di mobil Durgesh, melawan anak buah Durgesh. Saat mobil mogok, Rahul dan Meenamma bertengkar dan berpisah. Rahul, tidak tahu ke mana harus pergi, kembali ke Meenamma, yang membawanya ke desa Vidhamba. Meenamma memberi tahu penduduk desa bahwa mereka adalah pasangan suami istri yang membutuhkan perlindungan dan istirahat, yang disetujui oleh penduduk desa.

Meenamma kemudian menyadari bahwa dia telah jatuh cinta pada Rahul. Ketika Rahul berencana untuk menyelinap pergi, bantahnya, tidak ingin menimbulkan ketidakpercayaan penduduk desa. Tangaballi menangkap Rahul saat dia mencoba pergi, namun penduduk desa membantu mereka melarikan diri lagi. Meenamma membujuk Rahul untuk membubarkan abu Bhishambhar dan pergi bersamanya ke Rameswaram, tempat mereka menyelesaikan ritualnya. Dalam perjalanan pulang, Rahul menyadari bahwa dia telah jatuh cinta pada Meenamma, dan tidak memberitahunya kemana tujuan mereka. Dia membawa Meenamma kembali ke Durgesh dan mencoba membuatnya memahami dan menghormati keinginan Meenamma. Dia juga memberitahu Meenamma bahwa dia mencintainya.

Rahul memberi tahu Tangaballi dan anak buahnya bahwa dia siap bertarung kali ini. Dalam pertarungan berikutnya, Rahul terluka parah namun muncul sebagai pemenang. Durgesh dan Tangaballi melakukan reformasi, menerima bahwa cinta orang biasa seperti Rahul lebih besar daripada kemampuan fisik dan pengaruh politik mereka. Durgesh mengizinkan Rahul menikahi Meena. Rahul kemudian meninggalkan pesan bahwa cinta tidak mengenal batasan daerah atau bahasa dan bahwa dengan hati yang kuat, tidak ada batasan untuk apa yang dapat dicapai oleh orang biasa.

***

Budi selesai baca cerpen, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja. Eko menikmati minum kopi dan makan singkong rebus. Eko datang ke rumah Budi, ya di parkirkan dengan baik motor di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi. 

"Hidup ini tetap sama," kata Budi. 

"Realitanya," kata Eko. 

"Asam garamnya dunia ini, ya orang tua," kata Budi. 

"Ya orang tua yang lahir duluan," kata Eko. 

"Antara baik dan buruk," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Yang buruk, ya belum tentu bisa berubah jadi baik walau jadi tua," kata Budi. 

"Ya ada ceritanya itu mah. Hidup ini," kata Eko. 

"Apalagi tentang pemahaman agama yang di yakini, ya sekedar agama saja tapi tidak melaksanakan aturannya," kata Budi. 

"Ya kalau itu sih ada ceritanya tentang orang tua yang di maksud, ya sekedar saja agama tapi tidak menjalankan," kata Eko. 

"Kalau kelakuannya seperti itu, ya orang tua seperti itu, ya tidak bisa jadi contoh baik," kata Budi. 

"Tinggalin aja orang tua seperti itu," kata Eko. 

"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi. 

"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko. 

"Kalau ngomongin hal ini. Gimana ya?" kata Budi berpikir panjang.

"Apa sih yang ingin Budi bicara kan?" kata Eko. 

Eko mengambil singkong di piring, ya singkong rebus di makan dengan baik gitu. 

"Orang yang suku China," kata Budi. 

"Ooooo," kata Eko. 

Eko mengambil aqua gelas di bawah meja, ya tepatnya di dalam dus. Aqua gelas di minum dengan baik sama Eko. 

"Kalau orang yang suku China beragama Kristen, ya ketika pindah agama ke agama Islam. Aku merasa ragu-ragu gitu," kata Budi. 

"Penilaian Budi. Ragu-ragu," kata Eko. 

Eko menaruh gelas aqua di meja. 

"Ya bisa saja balik lagi keagamanya lagi, ya Kristen dan meninggalkan Islam," kata Budi. 

"Hal seperti itu, ya bisa terjadi karena beberapa alasan gitu," kata Eko. 

"Ya seperti biasa kita ngomong secara umum, ya manusia menjalankan hidup ini. Jadi hidup ini memang pilihan orang yang menjalankan hidup ini!" kata Budi. 

"Ya memang hidup ini. Pilihan manusia yang menjankan hidup ini!" kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Main catur saja!" kata Eko. 

"Oke!" kata Budi. 

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Eko dan Budi menyusun bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik gitu. 

"Kalau orang yang beragama Kristen di sanjung tentang agama yang di yakini, ya baik. Senangnya bukan main," kata Budi. 

"Nama juga manusia. Apa yang di yakini, ya berkaitan dengan agama, ya senang di nilai baik," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Hidup ini kan, ya tetap antara baik dan buruk yang menjalankan agama Kristen. Jadi orang-orang yang kelakuan buruk, ya mencoreng dari penilaian baik itu. Ya contoh saja : dari tingkah lakunya," kata Eko. 

"Ya terlihat sih, ya kelakuan buruk ini dan itu," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

Eko dan Budi terus main catur dengan baik gitu.

"Orang yang beragama Kristen, ya terlihat menyatakan agama yang di yakini benar," kata Budi.

"Emmm," kata Eko.

"Ketika di suruh buktikan kebenaran lewat kitab ajarannya. Hanya diam," kata Budi.

"Kalau diam. Berarti tidak bisa membuktikan kebenaran," kata Eko.

"Ya hanya penyampai pesan berdasarkan kitab ajaran, ya tujuannya untuk manusia lain, ya menyarankan berjalan di jalan baik berdasarkan kitab ajaran," kata Budi.

"Sesuai kitab ajaran. Jika keluar dari kitab ajaran, ya menyalahi aturan," kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

"Ngomong-ngomong di suruh membuktikan dengan cara apa, ya orang yang beragama Kristen?" kata Eko.

"Ya dengan cara. Melampaui batasan manusia, ya sampai mendengarkan Roh pake kitab ajaran kitab Kristen!" kata Budi. 

"Hal yang mustahil," kata Eko. 

"Memang mustahil," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

Eko dan Budi main catur dengan baik. 

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK