"Eko gimana hubungan mu dengan Purnama?!" kata Abdul, ya sambil memajukan pion caturnya.
"Ya hubungan aku dan Purnama baiklah," kata Eko, ya sambil memajukan pion caturnya dengan baik.
"Baik toh," kata Abdul, ya sambil memajukan pion caturnya.
Abdul dan Eko terus main catur dengan baik banget. Budi dengan membawa motornya dengan baik, ya ke rumah Eko lah. Singkat waktu sampai di rumah Eko, ya Budi memarkirkan motornya dengan baik di halaman rumah Eko. Budi pun duduk.
"Ada Abdul. Kalian bedua lagi asik main catur," kata Budi.
"Iya," kata Abdul dan Eko bersamaan.
"Eko temanin aku!" kata Budi.
Setelah memajukan langkah kuda, ya Eko berkata "Mau di temanin kemana?"
Abdul masih berpikir dengan baik untuk melangkahkan bidak caturnya.
"Biasa aku dapet kenalan cewek, ya di temanin ke rumah cewek lah," kata Eko.
"Cewek lagi," kata Eko.
Abdul memajukan langkah peluncurnya dengan baik dan berkata "Urusan Budi, ya cewek lagi."
"Sebenarnya aku mau menemani Budi ke rumah cewek. Tapi?!" kata Eko.
Eko memajukan langkah pion caturnya.
"Tapi kenapa Eko?!" kata Abdul memotong omongan Eko yang sedang berpikir sih.
Abdul memajukan langkah pion caturnya.
"Ada cerita sih tentang menemani Budi ke tempat cewek," kata Eko.
Eko dengan menggunakan kudanya memakan pion caturnya Abdul.
"Apa ceritanya?" kata Abdul.
Abdul memajukan langkah kudanya dengan baik.
"Padahal cerita itu tidak penting lah," kata Budi.
"Ceritanya sih. Mau ke rumah cewek yang di kenal Budi, ya sampai nyasar sih. Di kejar anjing lagi. Dan juga pulangnya kemalaman lagi, ya tetap nyasar juga ke tempat kuburan. Ya ketemu dengan hantu lagi. Pokoknya pengalaman yang benar sial," kata Eko.
Eko memajukan langkah peluncurnya.
"Cerita itu tidak penting," kata Budi.
"Ooooo begitu toh. Sial toh urusan dengan cewek yang di kenal Budi. Atau sebenarnya ada strategi cewek untuk dekat dengan cowok," kata Abdul.
Abdul dengan menggunakan peluncurnya, ya memakan pionnya Eko.
"Strategi cewek untuk dekat dengan cowok," kata Budi.
"Ya memang ada lah Budi. Cerita di kota Bandar Lampung ini. Cewek yang jomlo mengatur strategi untuk dekat dengan cowok," kata Eko.
Eko memajukan langkah pionnya.
"Cowok mengatur strategi untuk dekat dengan cewek, ya agar jadian gitu. Ternyata cewek juga mengatur strategi agar dekat dengan cowok, ya jadian," kata Budi.
"Cewek zaman sekarang. Pada akhirnya kan jadian sama cowok, ya cepat menikah. Dengan sifat cewek yang malu-malu, tapi sebenarnya mau itulah rencana cewek, ya tegasnya strategi cewek," kata Abdul.
Abdul memajukan langkah kudanya.
"Ternyata cewek pinter ya," kata Budi.
"Cewek pinterkan di didik dengan baik sama orang tua dan juga guru di sekolah, ya sampai kuliahlah," kata Eko.
Dengan peluncurnya, ya Eko memakan pionnya Abdul.
"Memang sih aku akui. Cewek pinter. Maka itu susah di dapatkan. Jadi aku terus berkenalan dengan cewek lainnya. Kalau gagal lagi. Apa aku minta bantuan sama dukun saja ya?!" kata Budi.
"Masa urusan cewek sampai pake dukun," kata Abdul.
"Kalau terbentur di tolak cewek, ya pelariannya ke dukun gitu," kata Budi.
Abdul memajukan langkah pionnya.
"Dukun itu tidak penting. Jalan masih banyak. Sebenarnya sih. Aku sudah kenalkan dengan cewek temannya Purnama. Budinya malah tidak mau. Malah nyari cewek sesuai dengan seleranya Budi. Cewek yang cantik seperti putri raja. Anak orang kaya yang cantik dan kaya di sukai. Susah mendapatkannya. Budi kan dari keluarga, ya di bilang miskin juga enggak sih, ya sederhanalah," kata Eko.
Eko dengan kudanya memakan pion Abdul.
"Jadi selera Budi toh. Budi. Budi. Nyari cewek yang cantik dan juga kaya. Derajatnya beda dengan Budi. Padahal, ya Budi. Kan banyak cerita cewek cantik dari keluarga miskin, ya gak miskin amat sih, ya sederhana lah di nikahin sama cowok orang kaya," kata Abdul.
Abdul memajukan langkah sternya.
"Cowok kaya mendapatkan cewek cantik dari keluarga miskin. Memang sih cerita ada," kata Budi.
"Seperti cerita dongeng," kata Eko.
Eko memajukan langkah sternya.
"Saran ku sih Budi. Lebih baik sih Budi. Mengikuti cara Eko mendapatkan cewek!" kata Abdul.
Dengan peluncur, Abdul memakan pionnya Eko.
"Memang cara Eko mendapatkan Purnama seperti apa?" kata Budi.
"Ya dengan cara menjalankan ibadah dengan baik. Eeee tak di sangka dan tak di duga, ternyata cewek yang jadi jodoh ku adalah Purnama, ya tetangga aku sih," kata Eko.
Eko dengan ster memakan bentengnya Abdul dan berkata "Skak"
Abdul melihat dengan baik langkah caturnya Eko, ya ternyata Abdul kalah permainan dengan Eko, ya sampai Eko berkata "Skak".
"Aku mati langkah," kata Abdul.
"Saran Abdul dan Eko, ya aku terimalah. Dengan menjalankan ibadah dengan baik, ya jodoh pasti datang pada ku. Mendapatkan cewek sesuai dengan keinginan ku. Kan banyak cerita, ya berhasil mendapatkan jodohnya dengan ibadah dengan baik, ya seperti orang tua ku dan juga orang tua Eko dan Abdul. Dari pada dateng ke tempat dukun," kata Budi.
Abdul masih berpikir dengan baik sih untuk menjalankan bidak caturnya. Ternyata Eko tetap mematikan langkahnya bidaknya Abdul. Permainan catur di menangkan Eko.
"Aku kalah," kata Abdul.
"Main kartu remi aja!" kata Budi.
"Ok," kata Abdul.
"Ok," kata Eko.
Eko beranjak dari duduknya, ya ke dapur lah Eko untuk membuatkan kopi di dapur. Abdul membereskan catur dengan baik. Budi telah mengambil kartu remi di bawah meja dan di kocok dengan baik. Papan catur di taruh di bawah meja. Eko selesai membuat kopi di dapur, ya kopi di bawa ke depan rumah. Eko pun menaruh kopi di meja dan berkata "Kopinya Budi!"
"Iya," kata Budi.
Budi telah membagikan kartu remi dengan baik. Ketiga main kartu remi dengan baik, ya sambil makan gorengan dan minum kopilah. Permainan kartu remi yang di mainkan ketiganya, ya cangkulan lah.