Lirik lagu yang dinyanyikan Budi dan Eko berjudul 'Bangun Pemuda Pemudi' :
Tangan bajumu singsingkan untuk negara
Masa yang akan datang kewajibanmu lah
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa
***
Budi dan Eko selesai menyanyi, ya Budi selesai main gitar dan gitar di taruh di samping kursi.
"Yang muda buka suara," kata Budi.
"Maksudnya siapa Budi?!" kata Eko.
"Kita ini kan pemuda, ya termasuk orang-orang muda yang buka suara, ya ngomong ini dan itu," kata Budi.
"Ngomongin apa?!" kata Eko.
"Ya....pemerintahan ini dan itu sampai ekonomi gitu," kata Budi.
"Maksudnya seperti orang-orang yang orasi yang menuntut ini dan itu, ya agar terjadi perubahan ini dan itu. Bisa di bilang reformasi ini dan itu," kata Eko.
"Ya bisa di bilang begitu sih," kata Budi.
"Budi. Budi. Budi. Kita ini lulusan SMA. Ilmu saja masih kurang. Yang ngomong ini dan itu, ya orasi ini dan itu kan pemuda pemudi yang kuliah. Kadang orasi pemuda pemudi itu di depan gedung DPR, ya ada yang masih masuk dalam prosedur pendidikan. Latihan mengemukan pendapat di khalayak umum gitu," kata Eko.
"Iya deh. Kita ini lulusan SMA. Dari lagu yang baru kita nyanyikan tadi. Lebih baik bekerja dari pada ngomongin ini dan itu, ya menuntut ini dan itu," kata Budi.
"Lebih baik bekerja, ya membuktikaannya dengan kemampuan kita, ya sejauh apa kita meraih masa depan yang baik dari keadaan pemerintahan yang sekarang," kata Eko.
"Tetap aja hasil dari kerja keras kita, ya kerja di masa pemerintahan sekarang, ya jawabannya relatif," kata Budi.
"Memang relatif. Yang berhasil kerja. Yang tidak berhasil kerja. Kompetisi dalam urusan mendapatkan pekerjaan di tempat kerjaan. Tetap saja solusi terakhir, ya menciptakan kerjaan, ya jadi kerja," kata Eko.
"Kadang kalau di pikir dengan baik sih. Lebih baik tinggal di tempat terpencil, ya di desa jauh dari kota," kata Budi.
Budi mengambil tahu goreng di piring, ya di makan dengan baik tahu goreng lah.
"Hidup di desa memang lebih baik dari pada di kota. Kerjaan, ya garap lahan pertanian, peternakan dan perikanan," kata Eko.
Eko mengambil tahu goreng di piring, ya di makan dengan baik tahu goreng lah.
"Setelah bekerja keras. Ya santai menikmati hidup," kata Budi.
Budi mengambil gelas beriisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah.
"Iyalah. Setelah bekerja, ya santai lah. Menikmati hidup," kata Eko.
Eko mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. Budi menaruh gelas beriisi kopi di meja.
"Kalau di kota, ya tuntuan hidup lebih banyak. Kadang tempat tinggal saja, ya punya orang, ya ngontrak. Kalau tidak kerja keras, ya tidak bisa bayar kontrakan," kata Budi.
Eko menaruh gelas berisi kopi di meja.
"Nama juga hidup di kota," kata Eko.
"Harus punya surat ini dan itu, ya untuk jati diri tentang kita, ya bisa di bilang orang baik sih," kata Budi.
"Kata orang baik. Ada cerita sih. Tentang orang yang belum buat KTP baru, ya masih pake KTP lama, ya masih berlaku sih. Tetap saja di curigain ini dan itu. Orang itu menerima keadaannya. Pada waktunya tiba, ya membuat KTP baru," kata Eko.
"Padahal cuma bentuk lama di buat baru. Data tetap saja. Nama juga manusia curiga ini dan itu," kata Budi.
"Dalam kerjaan sih. Ada cerita sebagai contoh lah. Ada OB di suatu Bank, ya OB itu orang baik terlihat dari tingkah lakunya sih. Dan juga ada OB yang bilang tidak baik dari tingkah lakunya," kata Eko.
"Memang sih ada orang baik terlihat dari tingkah lakunya. Ada yang tidak baik, ya terlihat dari tingkah lakunya. Jadinya hidup ini. Ada yang baik dan ada yang buruk tentang manusia," kata Budi menegaskan omongan Eko.
"Eeeemm," kata Eko
"Main catur saja!" kata Budi.
"Ok. Main catur!" kata Eko.
Budi telah mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur.
"Eko. Manusia yang hidup di muka bumi ini. Lebih banyak masuk neraka apa masuk surga?!" kata Budi.
"Kalau itu aku tidak tahu," kata Eko.
"Kesalahan kecil di sembunyikan manusia, ya itu kan dosa, ya kan Eko?!" kata Budi.
"Iya," kata Eko.
"Berarti. Lebih banyak manusia masuk neraka dari pada masuk surga. Gimana dengan pendapat Eko?!" kata Budi.
"Aku ini manusia biasa. Tidak tahu jawaban itu. Hanya Tuhan Yang Tahu Kebenarannya," kata Eko.
"Kan sekedar obrolan saja," kata Budi.
"Memang sekedar obrolan saja. Jadi ya sudahlah. Lebih baik serius main caturnya!" kata Eko.
"Ok!!!" kata Budi.
Budi dan Eko, ya main catur dengan baik lah dengan penuh keseriusan lah.