Budi duduk di depan rumahnya, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan, ya kali ini gorengan ya Budi buat sendiri.
"Aku nyanyi saja ah!" kata Budi.
Budi mengambil gitarnya yang di taruh di kursi, ya segera di genjreng gitar, ya Budi bernyanyi dengan baik banget.
Lirik lagu yang di nyanyikan Budi dengan judul 'Sewo Kutho' :
Sewu ati tak takoni
Nanging kabeh
Podo rangerteni
Lungamu neng endi
Pirang tahun anggonku nggoleki
Seprene durung biso nemoni
Nglaliake
Jenengmu soko atiku
Sak tenane aku ora ngapusi
Isih tresno sliramu
Lilo aku lilo
Yo mung siji dadi panyuwunku
Aku pengin ketemu
Senajan waktumu mung sedhela
Kanggo tombo kangen jroning dodo
Nglaliake
Jenengmu soko atiku
Sak tenane aku ora ngapusi
Isih tresno sliramu
Lilo aku lilo
Yo mung siji dadi panyuwunku
Aku pengin ketemu
Senajan sak kedeping moto
Tak nggo tombo kangen jroning dodo
Tak nggo tombo kangen jroning dodo"
Pada tahun 1935, Foshan adalah pusat seni bela diri Tiongkok Selatan, tempat siswa berbagai sekolah bersaing satu sama lain. Ip Man, seniman bela diri paling terampil di kota, tetap rendah hati sambil membangun reputasi keterampilan melalui kompetisi tertutup yang bersahabat dengan master lain. Suatu hari, pembuat onar lokal bernama Yuan kehilangan layang-layangnya, yang mendarat di pohon di halaman belakang keluarga Ip. Saat mengambilnya, Yuan menyaksikan Ip mengalahkan sesama master kung fu Liu dalam pertandingan sparring, dan menyebarkan berita ke seluruh kota, secara tidak sengaja mempermalukan Liu. Saudara Yuan, Lin, seorang pemilik restoran dan murid Liu, secara terbuka mempermalukan Yuan saat dia mencoba mengatur pertandingan ulang antara Liu dan Ip, dan Yuan kabur dari rumah.
Selama Perang Sino-Jepang Kedua, Ya Ip dan keluarganya terpaksa pindah ke apartemen jompo setelah Tentara Kekaisaran Jepang menyita rumah mereka untuk digunakan sebagai markas militer. Kehabisan barang berharga untuk dijual untuk makanan, Ip mendapat pekerjaan di tambang batu bara bersama Lin, yang berharap untuk berdamai dengan saudaranya tetapi sejauh ini gagal melacaknya. Jenderal Miura, seorang master Karate Jepang, ya mendirikan sebuah arena di mana seniman bela diri Cina dapat menantang peserta pelatihan militernya untuk sekantong beras. Mantan petugas polisi Li Zhao, yang sekarang menjadi juru bahasa Jepang, mengunjungi tambang untuk merekrut siapa saja yang mau berperang. Ip pada awalnya menolak untuk berpartisipasi, tetapi setuju untuk pergi ketika Lin gagal untuk kembali dari pertandingan.
Di arena, Ip menyaksikan Liu ditembak di bagian belakang kepala oleh wakil sadis Miura, Kolonel Sato, karena mengambil sekantong beras dari kemenangan sebelumnya setelah menyerah pada pertandingan kedua melawan tiga karateka. Menyimpulkan bahwa Lin terbunuh dalam pertarungannya melawan Miura, Ip menuntut pertandingan dengan sepuluh karateka sekaligus, yang dia kalahkan secara brutal. Keahliannya membangkitkan minat Miura, yang bersikeras agar Ip kembali secepat mungkin. Menolak untuk menerima karung beras yang ditawarkan untuk kemenangannya, Ip diam-diam mengambil tas bernoda darah Liu dan memberikannya kepada keluarganya yang masih hidup.
Jin Shanzhao, ya seorang master seni bela diri Cina Utara, ya yang sangat terampil yang pernah mengalahkan semua master di Foshan kecuali Ip, sekarang memimpin geng bandit dan mengganggu para pekerja di pabrik kapas yang dijalankan oleh teman Ip, Chow Ching-chuen. Ip setuju untuk melatih para pekerja di Wing Chun untuk membela diri. Para pekerja dapat menghentikan geng ketika mereka kembali cukup lama untuk Ip tiba dan mengalahkan Jin dan Yuan, sekarang menjadi bagian dari geng. Setelah menjalankan geng Jin keluar dari Foshan, Ip menghadapkan Yuan dan memberinya kaleng kecil milik Lin setelah memberitahu dia tentang kematian saudaranya. Yuan membuka kaleng dan menemukan layang-layangnya di dalam, ya inilah memotivasi Yuan untuk meninggalkan geng.
Ketika Ip tidak kembali ke arena, Miura mengirim Sato dan dua tentara untuk melacaknya. Setelah mengalahkan mereka di apartemen, Ip dan keluarganya melarikan diri dan bersembunyi di rumah Li. Orang Jepang belajar tentang pabrik kapas dan menyandera para pekerja. Terlepas dari peringatan Li, Ip menyerahkan diri kepada Jepang sambil mengatur agar istri dan putranya dikirim ke Hong Kong untuk perlindungan. Miura meminta Ip untuk melatih tentara Jepang dalam seni bela diri Cina, tetapi Ip menolak dan menantang Miura untuk bertanding. Meskipun Sato bersikeras untuk mengeksekusi Ip, Miura menerima tantangan untuk menegakkan kehormatannya dan menghancurkan semangat Cina, ya Sato mengancam Ip dengan kematian jika dia tidak membiarkan Jenderal menang.
Dengan orang-orang dari Foshan menonton, Ip mengalahkan Miura setelah perjuangan panjang dan keras. Melihat ke kerumunan yang bersorak dan melihat istri dan putranya, Ip ditembak di bahu oleh Sato. Saat kerumunan membanjiri tentara Jepang, Li berhasil membunuh Sato dengan senjatanya sendiri. Ip dibawa pergi oleh Chow di tengah kekacauan dan berhasil melarikan diri bersama keluarganya ke Hong Kong. Sebuah montase penutup dan keterangan mengungkapkan bahwa Ip menghabiskan sisa hidupnya bekerja untuk menyebarkan ajaran Wing Chun, mendirikan sekolah dan melatih beberapa siswa, termasuk Bruce Lee.
***
Budi telah membaca dengan baik cerita, ya sampai selesai gitu.
"Cerita yang bagus," kata Budi, ya memuji gitu.
Budi menutup bukunya dan buku di taruh di bawah meja. Eko dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan Budi. Eko pun duduk dekat Budi lah.
"Eko apa pendapatmu tentang sesuatu?" kata Budi.
"Suatu apa? Atau jangan-jangan sesuatu itu urusan cewek, ya Budi?" kata Eko.
"Ya bukan urusan cewek sih," kata Budi.
"Ooooo bukan urusan cewek toh. Jadi apa?" kata Eko.
"Pemuda yang mendengar Roh. Seandainya sih, ya bukan benaran gitu, ya seandainya. Jika pemuda itu meninggal dunia, ya meninggal di usia muda dan ilmu tidak pernah di turunkan pada siapa pun? Jadi ilmu pemuda yang mendengarkan Roh itu, ya anggap menghilang, ya kan Eko?" kata Budi.
"Ya bisa dianggap menghilang sih. Kaya cerita masa lalu, ya banyak cerita tentang ilmu yang tidak sempat di warisan, ya jadi ilmu itu menghilang lah. Ya kemungkinan dari setiap ajaran agama berkembang di Indonesia, ya ada orang yang mampu lagi untuk mendengarkan Roh, ya membangkitkan ilmu yang di titipkan Tuhan dengan tujuannya membimbing manusia di jalan kebaikkan," kata Eko.
"Berarti pake kemungkinan yang lain toh," kata Budi.
"Emmmm," kata Eko.
"Kalau begitu main catur saja!" kata Budi.
"Ok main catur!" kata Eko.
Budi mengambil papan catur di bawa meja, ya di taruh di atas meja papan catur. Budi dan Eko menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik lah.