Budi dan Eko duduk di bawah pohon rindang di pinggir pantai. Ya Budi dan Eko menikmati minum teh gelas dan makan roti yang murah meriah.
"Seandainya," kata Budi.
"Emmmm. Seandainya. Permainannya Budi," kata Eko.
"Aku lagi rasa kepingin gitu. Maklum jomlo kan harapannya bersama cewek yang di sukai," kata Budi.
"Rasanya. Rasa buah. Keinginan Budi?" kata Eko.
"Ya rasa sih bukan rasa buah. Rasa ingin dekat saja dengan cewek di sukai. Ya seandainya itu artis cewek, Happy Asmara saja. Aku bersama Happ Asmara, ya di pantai gitu. Bergembira gitu. Happy Asmara, ya bawa ponakannya yang masih balita. Aku suka juga suka dengan balita juga. Suasana gembira banget. Tanggapan orang-orang yang melihat hubungan aku dan Happy Asmara, ya keluarga kecil bahagia. Padahal cuma teman spesial paket telor gitu," kata Budi.
"Budi sama Happy Asmara. Berarti gimana dengan Denny Caknannya?" kata Eko.
"Iya juga ya gimana Denny Caknannya? Gini saja. Yang terbaik yang dapat menyenangkan hati Happy Asmara, ya pemenangnya," kata Budi.
"Ya menang pastinya balita kan Budi?" kata Eko.
"Ponakan Happy Asmara, ya balita cowok. Aku di kalahkan sama balita," kata Budi.
"Terima kekalahan dengan baik Budi. Berjiwa besar," kata Eko.
"Aku terima dengan baik kekalahanku. Berjiwa besar," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Permainan seandainya selesai. Ya sekedar obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Ya memang sekedar obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Ngomongin berita di Tv," kata Budi.
"Terus," kata Eko.
"Hidup ini penuh dengan ujian. Di sini baik. Di sana buruk. Di sini tidak ada bencana. Di sana ada bencana," kata Budi.
"Takdir hidup ini, ya ada hidup ada juga mati. Ada yang tidak kena bencana alam. Ada yang kena bencana alam. Keputusan Tuhan mutlak tidak bisa di ganggu gugat," kata Eko.
"Bagi terkena musibah. Ya harus tolong menolong dengan baik lah. Dengan harta dan juga tenaga untuk meringankan beban manusia yang terkena musibah," kata Budi.
"Omongan Budi benar," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Kalau begitu, ya aku mancing saja!" kata Eko.
"Ya aku baca buku ah!" kata Budi.
Eko membawa pancingannya ke tempat yang baik untuk memancing. Budi mengambil buku di dalam tas, ya buku di buka dengan baik, ya cerpen di pilih dengan baik yang ingin di baca. Terpilih salah satu cerpen yang di pilih Budi. Eko berada di tempat memancing yang baik, ya berharap dapat ikan dari memancing lah.
Isi cerita yang di ceritakan Budi :
Detroit Tigers melakukan perjalanan ke New York untuk memainkan seri akhir musim melawan New York Yankees. Pada 63-97, tim telah lama tersingkir dari pertarungan playoff dan bermain hanya untuk kebanggaan melawan Yankees, yang memiliki kesempatan untuk merebut Liga Amerika Timur dengan kemenangan.
Di suite hotelnya di Manhattan, pelempar Billy Chapel berusia 40 tahun menunggu pacarnya Jane Aubrey, ya tetapi dia tidak muncul. Jane adalah seorang ibu tunggal dengan putri remaja Heather yang dikenal Billy. Keesokan paginya, Billy diberitahu oleh pemilik Tigers, Gary Wheeler, bahwa tim tersebut telah dijual dan langkah pertama pemilik baru adalah mengakhiri masa jabatan Billy selama 19 tahun dengan Tigers dengan menukarnya ke San Francisco Giants. Billy mengetahui dari Jane bahwa dia akan pergi pada hari yang sama untuk menerima tawaran pekerjaan di London.
Billy adalah pelempar yang terkenal dan ulung, ya tetapi memiliki rekor kekalahan musim ini, mendekati akhir karirnya, dan sedang dalam pemulihan dari cedera tangan. Wheeler mengisyaratkan bahwa Billy harus mempertimbangkan untuk pensiun dari pada bergabung dengan tim lain. Saat dia pergi ke Yankee Stadium untuk memulai tahun terakhirnya, Billy mengenang Jane, merinci bagaimana mereka bertemu lima tahun sebelumnya. Kilas balik ini diselingi di dalam game, bersama dengan sekilas Jane menonton pertandingan di televisi di bandara.
Saat permainan berlangsung, Billy mendominasi pemukul Yankees, sering berbicara sendiri tentang cara melempar masing-masing. Saat berada di ruang istirahat beristirahat di antara babak, Billy merefleksikan bagaimana dia menutup Jane dari hidupnya setelah dia menderita cedera yang mengancam karier di luar musim. Rasa sakit saat melempar semakin buruk saat permainan berlangsung.
Billy begitu tenggelam dalam pikirannya sehingga dia tidak menyadari bahwa dia sedang melempar permainan yang sempurna sampai dia melihat papan skor di bagian bawah inning kedelapan. Teman dan penangkap Gus Sinski menegaskan bahwa tidak ada yang mencapai basis, dan bahwa seluruh tim bersatu di belakang Billy untuk melakukan apa pun untuk mempertahankan tawaran permainan yang sempurna tetap hidup. Nyeri bahu Billy semakin parah, dan setelah dia melempar dua lemparan pertamanya dari sumur inning keluar dari zona serang, manajer Macan Frank Perry menelepon untuk menghangatkan dua pelempar bantuan di bullpen. Hitungannya menjadi 3-0 sebelum Billy ingat melempar ke ayahnya (sekarang sudah meninggal) di halaman belakang. Dia melakukan reli dan melakukan pukulan, lalu mengeluarkan adonan di lemparan berikutnya.
Sebelum Macan mengambil lapangan untuk bagian bawah inning kesembilan, Billy memiliki perenungan terakhir tentang kariernya dan cintanya pada Jane. Dia menandatangani bola bisbol untuk Wheeler, yang sudah seperti ayah baginya selama bertahun-tahun. Bersamaan dengan tanda tangan, Billy mengukir bola dengan "Katakan pada mereka bahwa saya sudah selesai. Demi kecintaan pada permainan." Ken Strout muncul mewakili kesempatan terakhir untuk New York. Strout memotong bagian tengah tepat di luar jangkauan Kapel, menuju lapangan tengah. Shortstop Macan menyelam dan melempar ke posisi pertama untuk menghentikan Strout, memberi Chapel permainannya yang sempurna.
Billy duduk sendirian di kamar hotelnya saat kesadaran meresap bahwa semua yang telah dan dilakukannya selama 19 tahun terakhir telah berakhir. Terlepas dari pencapaiannya yang luar biasa, Billy menangis tidak hanya karena kehilangan baseball, ya tetapi juga untuk cinta lain dalam hidupnya, Jane.
Keesokan paginya, Billy pergi ke bandara untuk menanyakan tentang penerbangan ke London. Jane ketinggalan penerbangannya malam sebelumnya sehingga dia bisa menonton akhir dari permainannya yang sempurna. Dia menemukannya di sana menunggu pesawatnya dan mereka berpelukan dan berdamai.
***
Budi selesai membaca buku, ya buku di taruh di dalam tas. Eko dari hasil memancing telah dapet ikan dan memancing lagi dengan baik gitu. Abdul membawa alat pancing, ya menghampiri Budi yang duduk di bawah pohon di pinggir pantai.
"Budi mancing yuk!" kata Abdul.
"Ayuk!!!" kata Budi.
Budi membawa alat pancingannya, ya begitu dengan Abdul. Budi dan Abdul mencari tempat memancing dengan baik. Di tempat masing-masing, ya keduanya memancing dengan baik, ya berharap dapat ikan lah. Eko telah dapet ikan lagi, ya terus memancing dengan baik gitu.