CAMPUR ADUK

Sunday, July 25, 2021

SADAR DAN TIDAK SADAR

Dono, Kasino dan Indro duduk di bawah pohon di atas sebuah bukit. Ketiganya melihat keadaan lingkungan dengan baik banget.

"Kasino dan Dono bagaimana dengan berita tentang PPKM di perpanjang ?" tanya Indro.

"Gimana ya?" kata Dono berpikir dengan baik.

"Ya mengikuti alur permainan saja," kata Kasino.

"Gimana Don sudah dapet yang baik untuk di omongin. Kasino sudah dapet tuh, ya cuma ikut permainan saja," kata Indro.

"1 menjadi 2. 2 menjadi 1. Ok. Sama dengan Kasino. Ikut permainan saja," kata Dono.

"Jadi Dono ikut permainan saja toh. Ya aku sih. Sebagai masyarakat kecil, ya beradaptasi dengan lingkungan dengan baik saja. Nyari aman gitu. Ikut permainan saja!" kata Indro.

"Hidup ini berusaha umur panjang tetap umur pendek. Ya berusaha sebaik mungkin menikmati dunia ini," kata Dono.

"Aku paham omongan mu Dono," kata Kasino menegaskan omongan Dono.

"Aku juga paham omongan mu Dono," kata Indro menegaskan omongan Dono.

"Karena dunia ini di bangun dengan baik. Semua manusia jatuh pada penyakit hati," kata Dono.

"Masa Don?!" kata Kasino berpikir.

"Masa..iya. Karena dunia ini di bangun jatuh pada penyakit hati," kata Indro berpikir dengan baik.

"Lihat dengan baik. Lingkungan yang kita lihat dari atas bukit. Sisi sana ada yang membangun. Sisi sana ada yang tetap tidak ada perubahan bangunan," kata Dono sambil menunjukkan tempat-tempat yang berubah dan tidak berubah.

Kasino dan Indro melihat dengan baik apa yang di tunjukkan sama Dono.

"Iya juga ya. Dunia ini di bangun. Jatuh pada penyakit hati," kata Kasino.

"Idem saja ah!" kata Indro.

"Manusia terus berusaha memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan cara tradisional maupun moderen. Mengikuti alurnya kehidupan. Sadar dan tidak sadar....dari kompetisi untuk menjadi kaya jauh dari kemiskinan. Jatuh pada penyakit hati," kata Dono.

Kasino dan Indro, ya berkata "Emmmm".

"Ujian manusia hidup di muka bumi ini, ya penyakit hati kan," kata Dono.

"Kalau ujian. Ya kenyataannya benar sih," kata Kasino.

"Ujiannya manusia hidup, ya jatuh pada penyakit hati. Contohnya : agama menunjukkan kebenaran dari agama lainnya, ya berarti jatuh pada penyakit hati. Kesombongan pada kebenaran itu sendiri," kata Indro.

"Perpecahan terjadi karena. Penyakit hati," kata Dono.

"Yang sadar. Lebih baik. Diam saja!" kata Kasino.

"Oooo diam. Berarti pilihan yang tepat," kata Indro.

Indro, Kasino dan Dono terus melihat lingkungan dengan baik, ya menikmati keadaan.

"Oooo iya. Dono, Kasino....di sini ada hantu nggak?!" tanya Indro.

"Kok..omongannya Indro. Di sini ada hantu apa enggak?!" tanya Kasino.

"Emmmm," kata Dono.

"Ya. Di Tv kan. Ada acara Tv yang menceritakan keadaan ini dan itu....ada hantunya. Apalagi kita duduk di bawah pohon rindang di atas bukit lagi. Mungkin di atas pohon ada hantunya," kata Indro.

"Pagi begini mana ada hantu. Kalau malam mungkin deh!" kata Kasino.

"Gimana ya?" kata Dono berpikir panjang.

"Cuma sekedar obrolan saja!" kata Indro.

"Aku paham...Indro," kata Kasino.

"Aku paham...Indro," kata Dono.

"Ya sudah yuk. Duduk di sini. Melihat keadaan lingkungan di sini. Pulang saja!" kata Indro.

"Ya," kata Dono dan Kasino.

Dono, Kasino dan Indro meninggalkan tempat tersebut, ya pulang ke rumahlah. Ketiganya berjalan dengan baik menuju rumah. Selang beberapa saat, ya sampai di rumah. Dono duduk di ruang tamu, ya baca bukulah. Kasino dan Indro di ruang tengah, ya asik nonton Tv dengan acara di Tv beritalah.

"Beritanya tetap sama ya. Tentang covid-19," kata Indro.

"Kenyataanya. Masih menanggulangi covid-19. Mau di kata apa?!" kata Kasino.

Kasino dan Indro terus nonton Tv dengan baik.

"Rezeki manusia tergantung dari usaha dan doa manusia itu sendiri," kata Kasino.

"Kenyataanya begitu sih. Contohnya : orang-orang yang kerja di Tv, ya memberitakan ini dan itu. Rezekinya berdasarkan usaha yang di jalankan dan juga doa untuk melancarkan semuanya dengan baik agar tujuan yang di capai tercapai dengan baik," kata Indro.

"Benar omongan Dono. Ujiannya manusia hidup di muka bumi ini karena peradaban di bangun dengan baik, ya jatuh pada penyakit hati. Sadar dan tidak sadar," kata Kasino.

"Yang sadar. Lebih baik mawas diri dan diam saja!" kata Indro.

"Ya sudahlah tidak perlu di bahas lebih jauh lagi!" kata Kasino.

"Emmmm," kata Indro.

Indro dan Kasino, ya fokus nonton Tv dengan baik. Dono tetap asik baca buku.

SISI BAIK

Hari minggu....Dono di halaman belakang sedang baca buku, ya sambil minum teh dan juga makan keripik pisang. Kasino dan Indro duduk di ruang tengah sedang asik nonton acara Tv sambil minum kopi dan makan keripik pisang. Acara Tv yang di tonton Kasino dan Indro, ya nonton beritalah dengan baik. Seperti biasa acara berita memberitakan seputar ini dan itu dengan baik.....pokoknya tetap menarik untuk di tonton.

"Kasino," kata Indro.

"Apa?" kata Kasino.

"Hari ini....acara Olimpiade Tokyo 2020 tetap bagus ya kan Kasino ?!" kata Indro.

"Olimpiade Tokyo 2020 tetap bagus karena menayangkan orang-orang yang berkualitas di bidang olahraga. Bintangnya olahraga," kata Kasino.

"Kita ini masyarakat kecil. Sekedar menilai dari sisi yang baik saja menonton sesuatu kan?!" kata Indro.

"Memang menilai sesuatu dengan baik pada akhirnya jadi baik," kata Kasino.

"Ada kata orang tua. Jika kita menghargai usaha orang demi mengharumkan nama negeri ini, maka kita pun akan di hargai dengan baik," kata Indro.

"Orang tua itu banyak benernya kalau memberikan kebijaksanaan pada anaknya untuk menjalankan kehidupan ini dengan baik," kata Kasino.

Kasino dan Indro terus menonton Tv dengan baik.

"Oooo iya....Indro. Hari ini beli Madu?!" tanya Kasino.

"Ada teman dateng ke rumah. Ya kerjaannya seles gitu. Aku sebenarnya tidak ingin membeli Madu yang di jajakin teman ku itu. Karena aku inget dengan keadaan sekarang....masih menangani covid-19. Madu baik untuk kesehatan jadi aku beli, ya niat juga nolong sih," kata Indro.

"Indro baik sama teman. Jadi Indro membeli Madu itu," kata Kasino.

"Kan lubang rezeki ada tiga. Jadi masalah ekonomi di rumah ini kan bisa di tanggulangi dengan baik," kata Indro.

"Memang sih rezeki di rumah ini ada tiga lubang karena di usahakan dengan baik. Ekonomi di rumah ini masih baiklah. Beda dengan orang-orang yang terkena imbas dari program pemerintah yang di jalankan dengan tujuan menanggulangi covid-19. Kaya di berita di Tv!" kata Kasino.

Kasino dan Indro terus menonton Tv dengan baik.

"Obat tradisional itu mujarab dalam hal menyembuhkan orang yang sakit kan?!" kata Indro.

"Obat tradisional itu mujarab menyembuhkan orang sakit. Contoh seperti ini : ada orang yang sakit, ya dianosa sama Dokter, ya di rawat di rumah sakit. Orang itu tidak ada hasil perubahan dari kesehatannya. Tahu-tahu orang itu dapet informasi tentang obat tradisional yang mujarab. Di konsumsilah dengan baik, ya obat tradisional tersebut. Pada akhirnya usahanya berhasil, ya sembuh deh dari penyakitnya," kata Kasino.

"Aku membeli Madu untuk kesehatan baik dong ya Kasino?!" kata Indro.

"Iya baik," kata Kasino.

"Semoga orang-orang yang jadi seles itu....jualan laris manis. Ya tujuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Apalagi dengan keadaan sekarang ini," kata Indro.

"Amin. Semoga orang jadi seles ini dan itu....laris manis jualannya demi memenuhi kebutuhan keluarganya dengan baik," kata Kasino.

"Ya sudahlah Kasino. Tidak perlu di bahas lagi lebih jauh. Sekedar obrolan saja. Fokus nonton Tv!" kata Indro.

"Iya," kata Kasino.

Kasino dan Indro, ya fokus nonton Tv dengan baik. Dono tetap asik baca bukunya di halaman belakang.

SETAN DAN PETANI

Yoga setelah pulang dari kerjaanya jadi seles jualan madu gitu. Yoga duduk di ruang tamu.

"Hari melelahkan. Usahaku hari ini menjual madu, ya ada hasilnya. Ada yang membeli madu, ya untuk kesehatan," kata Yoga.

Yoga melihat buku di meja dan mengambilnya.

"Buku siapa ya?" kata Yoga berpikir dengan baik.

Yoga membuka buku tersebut dengan baik.

"Jangan-jangan buku teman baik ku Eko yang ketinggalan," kata Yoga.

Yoga memutuskan membaca buku tersebut dengan baik.

Isi buku yang di baca Yoga :

Petani sangat geram. Ladang miliknya lagi-lagi rusak. Itu akibat ulah binatang yang ada di hutan. Setiap malam, binatang-binatang itu bisa dengan leluasa mengambil buah yang di tanam petani.

"Aku harus membuat jebakan untuk menangkap binatang-binatang itu,” ucap Petani.

Petani lalu menggali sebuah lubang yang dalam. Saat sedang bekerja, ada setan yang mendatanginya. Setan lalu menawarkan diri untuk membantu Petani, tetapi dengan sebuah syarat.

“Aku akan membantumu, tetapi kita bagi dua binatang yang masuk ke dalam perangkapmu.” ujar Setan.

“Baiklah, aku akan membagi dua denganmu,” jawab Petani. 

Ia menyetujui usul Setan. Ia takut dengan Setan.

“Tidak, akulah yang akan membuat peraturan. Binatang betina yang masuk perangkap ini akan menjadi milikku, sedangkan binatang jantan yang masuk ke dalam perangkap ini akan menjadi milikmu,” ucap Setan.

Petani tak bisa menolak permintaan Setan. Setan akan sangat marah jika keinginannya tak di penuhi. Akhirnya mereka pun sepakat dengan syarat tersebut. Keesokan harinya, sudah ada beberapa binatang yang masuk perangkap. Binatang yang masuk perangkap rupanya binatang jantan semua. Hal itu membuat petani senang. Itu artinya akan ada banyak persediaan daging di rumahnya. Sementara Setan tak mendapatkan apa-apa hari itu. Hari berikutnya pun sama. Lagi-lagi hanya binatang jantan yang masuk perangkap. Hal itu membuat Petani senang.

“Tentu raja hanya binatang jantan yang masuk perangkap. Binatang jantanlah yang mencari makan, sementara binatang betina menunggunya di sarang mereka,” gumam Petani.

Petani sangat senang dengan apa yang ia dapatkan. Tanaman miliknya kini tak ada yang rusak lagi. Selain itu, ia mendapatkan persediaan makanan yang cukup banyak. Hingga suatu hari, musim panen tiba. Petani mengajak istrinya pergi ke ladang. Istrinya tak tahu bahwa di ladang terdapat lubang jebakan untuk binatang. Istri petani itu terperosok masuk ke dalam jebakan. Setan sangat girang.

“Akhirnya aku mendapatkan hewan betina,” ujar Setan.

“Itu bukan hewan, itu adalah manusia! Dia adalah istriku.” seru Petani.

“Aku tak peduli! Dia adalah hewan betina,” balas Setan.

Sungguh sedih hati Petani. Ia bingung bagaimana cara menyelamatkan istrinya dari Setan. 

Dari dalam lubang, sang istri berseru, “Bapak, biarkan Setan mendapatkan haknya.”

“Kau dengar apa yang dia katakan?” ujar Setan.

Setan sangat senang. Ia langsung masuk ke dalam lubang itu untuk mengambil istri Petani. Tetapi, tiba-tiba istri Petani berseru,

“Bapak, ada binatang jantan yang masuk ke dalam perangkap! Jadi dia adalah milikmu!”

Setan tak mau menjadi budak Petani. Akhirnya ia pun melepaskan istri petani itu. Kecerdikan istri petani membuatnya selamat dari Setan.

***

Yoga terus membaca buku dengan baik sampai pesan moral yang di tulis di buku "Jangan pernah takut dengan masalah yang kamu hadapi. Hadapilah dengan tenang agar mendapatkan solusi yang baik."

Yoga memahami dengan baik apa yang telah ia baca dan buku di tutup, ya di taruh di meja.

"Cerita yang bagus, ya asalnya dari Kongo tertulis di buku sih," kata Yoga.

Yoga berpikir dengan kerjaanya menjadi seles jualan madu dan berkata "Semoga usahaku jualan madu besok, ya berhasil lagi menjual madu," kata Yoga.

Yoga pun beranjak dari duduknya dan ke kamarnya untuk menjalankan ibadah karena memang sudah waktunya sholat. Di luar rumah terdengar suara adzan.

ANAK YANG BANDEL

Anjas duduk di teras depan rumahnya. Ada buku di meja.

"Buku siapa ya?" kata Anjas.

Anjas mengambil buku tersebut.

"Jangan-jangan buku milik adik Lia," kata Anjas.

Anjas membuka buku tersebut dan membacanya buku tersebut dengan baik.

Isi buku yang di baca Anjas :

Pada suatu ketika, adalah seorang anak laki-laki yang kasar dan tidak mau taat kepada ibunya. Dia akan pergi jalan-jalan, tanpa makan dulu di rumah. Dia tidak akan kembali sampai larut malam, sekitar pukul sepuluh atau sebelas malam. Ibunya selama itu terus menunggu dan mengkhawatirkannya.

"Apa yang telah kamu lakukan, Nak?" tanya ibunya. "Ibu menahan tidur menunggumu, kamu tidak memperhatikan apapun yang ibu katakan, ibu akan mengirimmu ke ayah angkatmu. Kamu sama sekali tidak memperhatikan yang ibu katakan." Sang ibu akhirnya menemui pemuka agama di tempatnya yang merupakan ayah angkat si anak.

"Bapak, apa yang bisa dilakukan kepada anak ini? Dia adalah seorang bajingan dan tidak mematuhi saya. Anda adalah seorang imam, dan anda dapat menasihati dan mendisiplinkan anak ini, saya tidak dapat melakukan apapun terhadap dia. Bujuklah dia pak. Biarkan dia datang ke sini bersamamu untuk melihat apakah dia akan belajar untuk bersikap baik."

"Baiklah, mintalah dia kemari, kita lihat apakah dia mau melakukan apa yang saya katakan padanya? Saya akan mengajari anak ini untuk bekerja. Jangan khawatir bu, anak ini akan mematuhi saya." Demikian kata sang ayah.

Sang Ibu akhirnya mengatakan pada sang anak, "Pergilah dengan ayah angkatmu anakku, dia akan mengajarimu, karena kamu tidak mau mematuhi saya, pergi dan bekerjalah di sana."

"Baiklah, ibu, saya akan pergi ke rumah ayah angkat saya. Karena saya tidak berguna bagi ibu, saya akan pergi dan bekerja dengan ayah angkat saya."

Kemudian tibalah anak itu di tempat ayah angkatnya. "Saya datang, ayah, apa yang bisa saya lakukan untuk anda? Tinggal bersama ayah angkatmu, begitu ibu saya berkata, karena itulah saya datang ke sini untuk ayah."

"Baiklah, anakku," kata ayah angkat itu kepadanya, "Kamu akan bekerja untuk saya."

"Baiklah ayah, saya akan bekerja, saya akan melakukan apapun yang ayah katakan kepada saya; semua yang ayah katakan kepada saya, akan saya lakukan."

"Baiklah, sekarang aku akan memberitahumu sesuatu," kata ayah angkat. "Kamu besok pagi sekali menyapu, jam tiga pagi aku tidak akan membangunkanmu, aku hanya akan memberitahumu sekarang."

"Baiklah," kata anak laki-laki itu. Saat fajar dia pergi dan menyapu. Setelah selesai menyapu, dia pergi menemui ayah angkatnya.

"Ayah, aku sudah selesai menyapu semua tempat, jadi aku datang untuk memberitahumu."

"Baiklah, saya senang kamu sudah menyelesaikannya. Sekarang istirahatlah." Hari lain berlalu dan ayah angkat memberinya tugas berikutnya "Sekarang, saya akan memberi tahu kamu apa yang harus kamu lakukan besok pagi, kamu akan membunyikan bel pada pukul enam sebanyak tiga kali dan saat kamu selesai, datang dan beritahu aku."

"Baiklah," kata anak laki-laki itu. Keesokan harinya di pagi hari anak laki-laki itu membunyikan bel. Kemudian dia mendatangi ayahnya.

"Ayah, saya telah membunyikan bel tiga kali," katanya pada sang ayah.

"Baiklah," kata sang ayah. Hari yang lain sudah berakhir dan sang ayah sekali lagi berbicara kepada anaknya "Sekarang aku akan memberitahumu sekali lagi apa yang harus kaulakukan besok."

"Baiklah," kata anak laki-laki itu.

"Bunyikan bel lagi pada pukul tiga pagi."

"Baiklah," kata anak laki-laki itu. 

Anak laki-laki itu bangkit dan teringat akan membunyikan bel. Dia pergi untuk membunyikan bel, tapi ayah angkatnya akan memberikan ujian kepada anak itu. Dia meninggalkan jerangkong tengkorak di tempat bel berada. Kita anak ini sampai di sana pada pukul tiga pagi, dia menemukan jerangkong kerangka manusia yang menyeramkan berdiri menghalangi jalannya. 

Dia berkata kepada kerangka itu "Pergilah, aku datang untuk membunyikan bel, jangan menghalangiku, jauhi jalanku karena ayahkumenyuruhku membunyikan bel. Pergilah dari jalanku atau aku akan membunuh kamu!"

Kerangka itu tidak menyingkir, dia tidak bergerak dan dia tidak menjawab. "Jawab, atau kau ingin aku membunuhmu?" Anak laki-laki itu berteriak keras pada kerangka itu.

"Jika untuk ketiga kalinya kamu tidak menjawab saya, saya akan menghancurkan kamu hingga berkeping-keping. Itulah yang kamu inginkan, itulah akibat kamu menghalangi saya, jadi sekarang kamu akan mati, saya akan buang kamu jauh-jauh dari sini." Dan dia mendorong kerangka itu. Ketika dia berhasil memecahkan kerangka itu, dia kemudian membunyikan bel. Dia pergi ke kamar ayah angkatnya dan mengetuk pintu untuk membangunkannya. 

Sang ayah terbangun dan berkata "Apa itu?" tanya sang ayah kepada anak laki-laki itu.

"Bangun yah, saya sudah membunyikan bel," kata anak laki-laki itu kepada ayahnya tersebut. Sang ayah mendengar ini dan terkejut.

"Oh, apakah kamu yang membunyikan bel?" tanya sang ayah.

"Ya, saya membunyikan bel ayah," kata anak laki-laki itu.

"Apa kau tidak melihat sesuatu di jalan?" tanya ayah.

"Ya, ayah," jawab anak itu, "saya melihat sesuatu."

"Apa yang kamu lihat?" tanya pendeta ayah kepada anak laki-laki itu.

"Saya melihat seseorang yang menghalangi saya dan mencegah saya untuk membunyikan bel," jawab anak itu.

"Oh, jadi apa yang kamu lakukan?" tanya ayah. "Apa kau tidak takut padanya?

"Tidak ayah."

"Jadi apa yang kamu lakukan?"

"Saya mendorongnya dan dia terjatuh dan pecah di lantai."

Kemudian sang ayah berkata, "Demikianlah nak, itu yang akan terjadi bila kita menjadi anak yang tidak menurut, tidak mau mendengar dan tidak mematuhi perintah orang tua. Itu selayaknya seperti tulang kerangka yang dengan mudah akan hancur sia-sia."

***

Anjas selesai membaca bukunya.

"Cerita bagus berasal dari Brazil di tulis di buku. Apa benar apa tidak berasal dari Brazil, ya aku cuma pembaca saja!" kata Anjas.

Anjas menutup buku dan di buku di taruh di meja. Handoko dateng ke rumah Anjas, ya membawa motor sih. Handoko mengajak Anjas main ke rumah Heru. Anjas mau main ke rumah Heru, ya jadi Anjas naik motornya Handoko. Ya Handoko membawa motornya dengan baik menuju arah rumah Heru dan Anjas duduk dengan santai di belakang motorlah.

AYAM YANG BERMIMPI HARI KIAMAT

Beni duduk di ruang tamu dan mengambil buku di mejanya. Beni membaca bukunya dengan baik.

Isi buku yang di baca Beni :

Heny adalah seekor ayam yang tinggal di hutan. Ia suka bertengger di dahan pohon oak pada malam hari. Suatu hari Heny bermimpi tentang kiamat yang telah dekat. Heny sangat takut sekali, terlebih saat sebuah suara berkata, "Selamatkan dunia. Pergilah ke Gunung Drove dan berdoalah di sana! Kiamat tidak akan terjadi."

Mimpi yang sangat menyeramkan. Aku harus pergi ke Gunung Dovre dan berdoa di sana agar kiamat tidak terjadi, kata Heny dalam hati. Ia kemudian mempersiapkan bekal dan mulai berjalan ke Gunung Dovre. Perjalanan ke Gunung Dovre sangat jauh. Heny menempuhnya sendirian. Ketika ia baru saja menempuh seperempat perjalanan, Heny bertemu dengan Keny, seekor ayam jago.

"Selamat pagi, Heny! Kau mau pergi ke mana pagi-pagi sekali," tanya Keny.

"Aku akan pergi ke Gunung Dovre, Keny," jawab Heny.

"Tempat itu sangat jauh. Apa yang akan kau lakukan di sana?" Keny bertanya sambil mengernyitkan alisnya.

"Aku akan berdoa."

"Berdoa untuk apa?"

"Aku akan kepada berdoa kepada Tuhan untuk menunda terjadinya kiamat,"  Heny menjelaskan.

"Hah, kiamat akan datang? Cepat sekali. Siapa yang memberi tahumu, Heny?" tanya Keny lagi.

"Mimpiku! Aku bermimpi kiamat akan dekat dan sebuah suara mengatakan kepadaku untuk pergi ke Gunung Dovre dan berdoa bagi keselamatan dunia," cerita Heny.

"Kau baik sekali, Heny. Perjalanan ke Gunung Dovre sangat jauh. Banyak sekali bahaya yang menghadang. Aku akan menemanimu pergi ke sana," ujar Keny. 

Heny tersenyum dan mengangguk, mengizinkan Keny ikut dengannya. Heny dan Keny melanjutkan perjalanan ke Gunung Dovre. Sesaat kemudian mereka bertemu dengan Ducky, seekor bebek.

"Selamat pagi, Ducky? Bagaimana kabarmu?" tanya Keny.

"Aku baik-baik saja, Keny. Kalian hendak pergi ke mana?" tanya Ducky.

"Aku dan Heny akan pergi ke Gunung Dovre," kata Keny.

"Apa yang akan kalian lakukan di sana? Bertemu dengan saudara atau kenalan?" Ducky bertanya lagi.

"Bukan, Ducky. Kami akan berdoa untuk mencegah datangnya kiamat," jawab Keny.

"Kiamat akan datang? Siapa yang mengatakan hal itu, Keny?" Ducky bertanya, tidak percaya.

"Heny yang menceritakan hal itu," jawab Keny sambil menunjuk Heny.

Ducky kemudian bertanya kepada Heny, "Siapa yang telah menceritakannya kepadamu, Heny?"

Heny terdiam sejenak, kemudian menjawab, "Suara dalam mimpiku semalam, Ducky." Heny lalu menceritakan mimpi dan suara yang dia dengar kepada Ducky.

"Gunung Dovre adalah tempat paling tinggi yang aku tahu. Seorang bijak pernah berkata, kalau kita memanjatkan doa di tempat yang tinggi, besar kemungkinan doa kita akan dikabulkan. Gunung Dovre memang tempat yang paling tepat untuk berdoa. Aku akan ikut kalian untuk berdoa di Gunung Dovre," kata Ducky menawarkan diri.

Heny, Keny, dan Ducky segera meneruskan perjalanan ke Gunung Dovre. Mereka tidak ingin menunda perjalanan karena ingin segera sampai di Gunung Dovre. Baru saja mereka berjalan, tiba-tiba seekor angsa bernama Sweety memanggil Ducky.

"Ducky, kau akan pergi ke mana?" tanya Sweety, sambil menghampiri Ducky.

"Aku dan teman-temanku akan pergi ke Gunung Dovre," jawab Ducky.

"Apa yang akan kalian lakukan di sana?" Sweety tampak ingin tahu.

"Kami akan berdoa, memohon agar kiamat bisa ditunda," kata Ducky.

Sweety kaget mendengar penuturan Ducky. "Benarkah kiamat akan segera datang, Ducky? Siapa yang memberitahumu?"

"Keny yang memberitahuku." Ducky menunjuk Keny.

Pandangan Sweety beralih pada Keny, lalu dia bertanya, "Kau tahu dari siapa, Keny?"

"Heny," jawab Keny, lalu mengalihkan pandangan kepada Heny.

Sweety semakin penasaran. Dia pun bertanya lagi, "Heny, siapa yang memberitahumu?"

"Aku mengetahuinya dari suara dalam mimpiku semalam, Sweety" jawab Heny.

"Ouuhhh... Aku belum mau mati sekarang," Sweety berkata, panik, "aku, aku, ikut berdoa bersama kalian, ya." Heny, Keny, dan Ducky mengangguk bersamaan, mengizinkan Ducky untuk ikut bersama mereka. Mereka pun kembali meneruskan perjalanan.

Setelah berjalan cukup jauh, mereka berpapasan dengan Foxy, seekor serigala. Foxy pun menyapa salah satu dari mereka, "Ducky, kau dan teman-temanmu mau pergi ke mana?"

"Foxy, kami mau pergi ke Gunung Dovre untuk berdoa," jawab Ducky.

Dahi Foxy berkerut, merasa aneh. "Kenapa kalian harus jauh-jauh pergi ke Gunung Dovre untuk berdoa?"

"Karena doa kita akan cepat diterima di tempat paling tinggi, dan tempat tertinggi itu adalah Gunung Dovre. Kami ingin doa kami segera diterima agar kiamat tidak terjadi," Ducky menjelaskan.

Foxy semakin mengerutkan dahinya. "Ducky, memangnya kiamat akan datang? Siapa yang bercerita kepadamu?"

Ducky mengangguk lalu menjawab, "Sweety."

"Sweety, dari mana kau mendapat cerita ini?" tanya Foxy semakin penasaran.

"Keny yang menceritakannya kepadaku."

Foxy mulai bingung, "Lalu siapa yang memberitahumu, Keny?"

"Heny."

Foxy mulai lelah bertanya. "Heny, apakah kau sumber cerita kiamat dunia ini?" tanya Foxy, gemas.

Heny mengangguk, lalu menjelaskan, "Iya, Foxy. Aku bermimpi kiamat akan datang. Dalam mimpiku aku mendengar suara yang menyuruhku pergi ke Gunung Dovre dan berdoa di sana untuk mencegah kiamat terjadi."

"Omong kosong! Kiamat mungkin sudah dekat, tetapi tidak akan terjadi sekarang. Kalian tidak perlu ke Gunung Dovre hanya untuk berdoa. Tuhan akan mendengar doa kalian di mana pun kalian berada," kata Foxy bijak. 

Heny, Keny, Sweety, dan Ducky terdiam dan saling berpandangan mendengar perkataan Foxy. Foxy memandang Ducky dan teman-temannya dengan iba. 

"Hari sudah mulai gelap, bagaimana kalau kalian menginap di rumahku? Letaknya tidak jauh dari sini," tawar Foxy, "rumahku cukup hangat dan lebih baik dari pada kalian kedinginan di sini."

Heny dan kawan-kawannya setuju untuk menginap di rumah Foxy. Mereka pun berjalan bersama menuju rumah Foxy yang tidak begitu jauh. Rumah Foxy tidak terlalu besar tetapi cukup nyaman untuk ditinggali. Heny, Keny, Sweety, dan Ducky merasa senang menginap di sana. Mereka juga dijamu dengan baik oleh Foxy. Banyak makanan lezat yang dihidangkan Foxy. Heny, Keny, Sweety, dan Ducky makan sampai kenyang. Tidak lama kemudian mereka mulai mengantuk karena kekenyangan dan kecapaian.

Ducky dan Sweety memilih tidur di dekat perapian, sedangkan Keny dan Heny tidur di atas plafon. Ketika mereka semua telah lelap tertidur, Foxy berjalan mengendap-endap ke arah Ducky dan Sweety. Ia kemudian membekap Sweety dan membunuhnya tanpa bersuara. Ia memanggang Sweety yang malang itu dan memakannya. 

Bau yang sangat menyengat membuat Heny terbangun. Ia melihat asap tipis memenuhi ruangan. Dengan terheran-heran ia bertanya, "Huek, asap apa ini? Bikin sesak napas! Baunya benar-benar menjijikkan."

Foxy sedikit terkejut melihat Heny bangun, namun dia segera berbohong, "Heny, aku sedang membersihkan perapian. Sepertinya ada yang menyumbat cerobong asap. Sekarang kembalilah tidur. Ini masih tengah malam."

Heny sudah kembali tertidur namun Foxy masih terjaga. Perutnya masih lapar. "Daging angsa itu cukup lezat tetapi belum cukup untuk mengisi perutku," gumam Foxy, "ehmmm, bebek itu mungkin bisa mengenyangkan perutku." Foxy kemudian berjalan mengendap-endap, menangkap Ducky dan memanggangnya.

Heny kembali terbangun karena mencium bau yang sangat menyengat. Ia melihat asap tipis memenuhi ruangan lagi. Ia menggerutu sendirian, "Huek, kotoran apa yang menyumbat cerobong asap Foxy ini? Asap dan baunya benar-benar mengganggu! Aku tidak bisa tidur kalau begini terus-menerus. Aku akan turun ke bawah dan membantunya saja."

Heny melompat turun dari plafon dan terkejut ketika mendapati Foxy sedang memakan daging panggang. Dia juga melihat bulu-bulu Sweety dan Ducky bertebaran di lantai. Heny berpikir cepat sebelum Foxy menyadari kehadirannya. Ia menyusun rencana untuk melarikan diri sebelum menjadi santapan Foxy. 

Ketika Foxy hampir menyelesaikan makannya, Heny berjalan ke arah jendela dan berkata tiba-tiba, "Foxy, kenapa banyak sekali angsa di bukit itu? Apa yang sedang mereka lakukan di sana."

Tanpa berpikir panjang, Foxy yang masih memikirkan makanan langsung berlari keluar. Ia ingin menangkap dan memangsa angsa-angsa itu. Heny yang melihat Foxy pergi segera membangunkan Keny dan menceritakan semuanya.

"Rubah itu benar-benar licik," kata Keny, kesal, setelah mendengar cerita Heny.

"Iya, dia memang licik sekali. Tapi, Keny, sekarang kita harus pergi dari rumah ini, sebelum Foxy kembali. Dia pasti akan segera kembali ketika tahu jika tak ada angsa di bukit," ujar Heny. Keny mengangguk, setuju.

Heny dan Keny berjalan mengendap-endap keluar rumah Foxy. Mereka tetap bersiaga dan berjaga-jaga, seumpama Foxy muncul di hadapan mereka dengan tiba-tiba. Namun, itu tak terjadi. Heny dan Keny bisa keluar dengan selamat dari rumah Foxy. Mereka pun bergegas kembali ke hutan, tempat mereka tinggal. 

***

Beni selesai membaca bukunya.

"Ceritanya bagus dari asal Norwegia di tulis di buku," kata Beni.

Beni menutup bukunya dengan baik dan buku di taruh di meja dengan baik pula. Toto selesai dengan kerjaannya dan duduk di ruang tamu. 

"Main catur!" kata Toto.

"Ayo!" kata Beni.

Beni dan Toto sepakat main catur. Toto mengambil papan catur di bawah meja dengan baik. Keduanya mulai menyusun pion dengan baik di papan catur dan mainlah catur dengan baik keduanya.

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK