Berbulan-bulan setelah kejadian di Vol City, Ryuga Dogai baru saja membunuh Horror Murado ketika dia mulai menderita akibat akumulasi energi jahat di dalam baju besi. Untungnya Rian mengetahui Pendeta Makai di Line City yang dapat memurnikan baju besi, mencari kota sambil menemukan kios kebabe milik D Ringo. Ryuga dan Rian akhirnya menemukan tempat tinggal penduduk Line City Makai Priestess Ryume. Ryume mengambil baju besi Garo dari Ryuga untuk memurnikannya selama dua hari, Ksatria Makai meyakinkan bahwa tidak ada Horor di dalam Line City yang perlu dikhawatirkan. Saat Ryuga dan Rian makan di stand D Ringo, mereka melihat lukisan yang dijelaskan pemiliknya sebagai patung penjaga yang menghilang secara misterius. Saat pesona D Ringo mulai bertingkah,
Ryuga dan Rian datang ke reruntuhan untuk menemukan sekelompok Pendeta Makai tewas sebelum menjadi sosok yang bertanggung jawab. Sosok itu mulai membuat Ryuga dan Rian kewalahan sebelum melarikan diri dari mereka, dengan Ryuga menemukan barang yang jatuh darinya. Keduanya kembali ke Ryume, yang mengungkapkan objek yang dicuri sosok itu adalah lengan bawah Horror Degol yang dia kendalikan dengan kekuatannya. Berpisah dengan Rian untuk menutupi tanah, Ryuga mengunjungi D Ringo yang memberinya Madou Tome kuno yang merinci seorang Pendeta Makai bernama Sotatsu yang menggunakan keterampilan keahliannya untuk membuat Madogu humanoid bernama Ago. Ryuga menyadari bahwa sosok itu adalah Ago saat Rian menemukannya saat sedang memperbaiki dirinya sendiri. Saat Ago mengalahkan Rian, dia menjelaskan mimpinya adalah dunia tanpa Horor dan sampai pada kesimpulan sebelum pergi. Setelah bertemu,
Keduanya menyadari bahwa Ago berencana untuk menggunakan cara Ryume untuk mencegah Horror menyerang Line City untuk memusnahkan semua orang di kota dengan energi Degol. Tapi Ago telah mengalahkan Ryume, dengan D-Ringo membawa Ryuga dan Rian ke hub pusat sambil memberi mereka senjata Makai yang dia peroleh dari pasar gelap. Melawan Ryuga saat Rian membebaskan Ryume, Ago mengungkapkan tujuannya untuk menciptakan dunia tanpa Horor adalah dengan memusnahkan umat manusia itu sendiri. Saat pertempuran mereka akhirnya mencapai jalan raya, Ryuga menjelaskan bahwa dia dan Rian berbagi mimpi Ago tetapi menolak untuk mengakui membunuh manusia untuk mencapainya. Pada saat itulah Degol terbangun, mengungkapkan dirinya sebagai Horor yang membunuh Sotatsu sejak lama saat dia mengkonsumsi tubuh Ago untuk menciptakan kembali bentuk fisiknya. Untunglah, Ryuga memperoleh versi Garo Armor yang dimurnikan dan ditingkatkan sehingga dia bisa melawan Horor sambil mencapai Ago. Akhirnya memahami niat penciptanya, Ago menggunakan kekuatan yang tersisa untuk menahan Dregor sambil memberikan senjatanya kepada Ryuga untuk menghancurkan Horor. Ryuga hanya menemukan sebagian dari Ago, memahami kebenaran di balik kata-kata Ago tetapi merasa dunia seperti itu tanpa manusia akan menjadi sebuah tragedi. Nanti, setelah Ryume memberi Zaruba upgrade agar mereka bisa mencari bantuannya, melihat D-Ringo di jalan keluar, Ryuga dan Rian pergi.
***
Budi selesai baca cerpen, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja. Eko datang ke rumah Budi, ya memarkirkan motornya di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
"Ngopi," kata Budi.
"Budi kan ngopi. Di meja ada gelas berisi kopi di meja. Aku kan baru datang," kata Eko.
"Maksud ku itu, ya ngopinya sambil melihat sesuatu yang menyenangkan gitu," kata Budi.
"Memang kalau ngopi di depan rumah Budi, ya tidak ada apa-apanya. Keadaan tenang begini. Ibarat kaya kuburan. Sunyi," kata Eko.
"Khayalankan bisa kan Eko. Keadaan jadi rame, ya seperti suatu acara hiburan dangdutan yang nyanyi artis terkenal, ya seperti Rara, Tasya dan kawan-kawan penyanyi dangdut gitu. Kita nonton acara tersebut, ya duduk di warung kopi, ya ngopi-ngopi gitu," kata Budi.
"Kalau khayalan nonton acara dangdut sih, ya suasana rame tidak perlu lah Budi. Kenyataan kan, ya tinggal nonton Tv saja, ya sudah cukup. Sambil ngopi-ngopi," kata Eko.
"Kalau itu sih. Hal biasa. Nonton Tv, ya nonton acara dangdutan sambil ngopi-ngopi. Sama halnya nonton Tv, ya acara sepak bola atau olahraga lain," kata Budi.
"Ya memang hal biasa nonton Tv. Nama juga hiburan. Sederhana saja!" kata Eko.
"Ya sudah ah. Main permainan Jumanji saja!" kata Budi.
"OK. Main permainan Jumanji!" kata Eko.
Budi mengambil permainan Jumanji di bawah meja, ya di taruh di atas meja. Ya Eko dan Budi main permainan Jumanji.
"Andai-andai," kata Budi.
"Andai-andai apa?" kata Eko.
"Biasa, ya cowok yang kita omongin tentang andai-andai.....manusia yang dapat melampaui batasan mendengarkan Roh," kata Budi.
"Kan cowok itu Budi, ya andai-andai mampu menguasai ilmu yang dapat mendengarkan Roh," kata Eko.
"Memang aku, ya cowok itu, ya andai-andai yang aku omongin kemarin-kemarin sekedar bahan obrolan lulusan SMA saja. Maksud ku itu, ya gimana kalau....andai-andai yang mampu mendengarkan Roh itu cewek?" kata Budi.
"Cewek," kata Eko.
"Iya...cewek. Gimana?" kata Budi.
"Hawa yang membangkitkan ilmunya, ya sampai mendengarkan Roh," kata Eko.
"Hawa itu, ya pendampingnya Adam," kata Budi.
"Adam dan Hawa, ya cerita awal manusia. Kalau ada yang membangkitkan ilmu yang mendengarkan Roh, ya sebutannya...Hawa saja," kata Eko.
"Kalau sebutan Hawa tidak masalah. Kalau begitu kedudukan di dunia ini, ya Nabi dan Istrinya atau Raja dan Ratu," kata Budi.
"Kalau urusan kedudukan di dunia, ya Raja dan Ratu saja!" kata Eko.
"Ratu toh!" kata Budi.
"Lebih cenderung urusan cewek yang di berikan petunjuk sama Roh," kata Eko.
"Iya juga sih. Petunjuknya di berikan sama Roh, ya urusan cewek," kata Budi.
"Ada keseimbangan antara kedudukan cowok dan cewek, ya Raja dan Ratu untuk urusan jadi pemimpin di dunia ini," kata Eko.
"Keseimbangan toh!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Sudah ngomongin andai-andai. Lebih baik fokus main permainan Jumanji!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Keduanya main permainan Jumanji dengan baik gitu.