CAMPUR ADUK

Friday, July 30, 2021

ANDAI TETANGGA ARTIS

 
Kasino dan Indro duduk di teras depan sambil menikmati makan gorengan dan juga minum kopi. Dono duduk di  di dalam rumah, ya di ruang tamu sedang baca buku sih. Indro melihat tetangganya di depan  rumah sih. 

"Kasino," kata Indro.

"Apa?" kata Kasino. 

"Andai tetangga depan rumah kita.....artis ya Kasino?!" kata Indro.

Kasino sedang minum kopinya dengan asik, ya menaruh gelas kopi di meja.

"Andai tetangga depan rumah kita....artis. Kenyataanya kan bukan gitu," kata Kasino.

"Kasino. Andai-andai saja. Asik obrolannya," kata Indro.

"Ooooo begitu. Boleh lah. Andai-andai saja!" kata Kasino.

"Obrolan kita ini bisa di bilang.....podcast gitu," kata Indro.

"Podcast. Kita di teras depan rumah. Harus di studio gitu kaya podcast para artis gitu yang aku tonton di Tv dan juga di Youtobe," kata Kasino.

"Gaya...kitalah. Ngapain ikut orang," kata Indro.

"Omongan Indro. Bener. Gaya kita. Cuma mainan saja!" kata Kasino menegaskan omongan Indro.

Indro dan Kasino mengambil gelas kopi meja, ya segera di minum dengan baik. Dono menghentikan baca bukunya dan buku di taruh di meja, ya Dono ke teras depan rumah dan mengambil gorengan di piring. Dono duduk agak jauh dari Kasino dan Indro, ya sambil makan gorengan dan nonton Youtobe di Hp-nya. Indro dan Kasino sudang minum kopinya, ya menaruh gelas di meja lagi.

"Indro mau membicarakan artis penyanyi Pop apa penyanyi Dangdut?" tanya Kasino.

"Aku maunya artis penyanyi Dangdut," kata Indro.

"Aku maunya artis penyanyi Pop. Ya sudahlah kita suit saja untuk menentukannya!" kata Kasino.

"Ok," kata Indro.

Indro dan Kasino terus suit dengan baik. Dono telah hambis makan gorengan, ya ngambil gorengan lagi di piring. Dono kembali duduk sambil makan gorengan dan nonton Youtobe di Hp. Suit yang di mainkan Indro dan Kasino, ya yang menang.....adalah Indro.

"Aku yang menang. Obrolan kita tentang artis penyanyi Dangdut," kata Indro.

"Yang kalah mengikuti maunya yang menang lah," kata Kasino menegaskan omongan Indro.

"Di depan rumah kita. Ya tetangga....artis penyanyi Dangdut, ya Lesti aja deh!" kata Indro.

"Mustahillah," kata Kasino.

"Kan cuma seandainya saja!" kata Indro.

"Ok. Seandainya. Tetangga depan rumah kita...artis penyanyi Dangdut...Lesti," kata Kasino menegaskan omongan Indro.

Indro mengambil gorengan di piring dan makannya dengan baik, ya begitu juga dengan Kasino.

"Aku pasti main ke rumah Lesti, ya sekedar bertamu saja. Silaturahmi, kaya lebaran gitu salam-salaman dan menikmati kue buatan Lesti yang enak, ya buatan artis gitu," kata Indro.

"Kue buatan Lesti, ya artis. Enak kali rasanya," kata Kasino.

"Enak rasa kuenya," kata Indro.

Dono mengambil gorengan di piring lagi dan berkata "Indro dan Kasino dari tadi ngomongin tetangga depan rumah?"

Dono makan gorengannya.

"Iya Don," kata Indro dan Kasino bersamaan.

"Tetangga depan kan ada cewek cantik," kata Dono.

"Kalau itu aku tahu. Tetangga depan...ada cewek cantik," kata Indro.

"Aku juga tahulah. Tetangga depan...ada cewek cantik," kata Kasino.

"Kasino dan Indro....mulai kelain hati ya?!" kata Dono.

"Don cuma obrolan saja!" kata Indro.

"Seperti biasanya. Obrolan cowok saja!" kata Kasino.

"Aku laporan dengan Saskia dan Selfi apa enggak ya?!" kata Dono yang niatnya becanda gitu.

"Dasar tukang lapor!" kata Indro.

"Dono tukang lapor!" kata Kasino.

"Becanda tahu!" kata Dono.

"Aku paham gaya mu Don!" kata Indro.

"Gaya becandaan anak kecil," kata Kasino.

Dono ke dalam rumah, ya untuk minum air putih sih di dapur. 

"Oooo Kasino...apa tanggapan mu dengan artis yang talak istrinya...gitu?!" kata Indro.

"Aku sukalah. Jadi aku punya kesempatan untuk masuk dan melamarnya tuh cewek. Janda ku terima dengan baik," kata Kasino.

"Emmmmm. Maunya Kasino...permainan janda ku terima dengan baik. Beritanya...artisnya kelanjutannya....nikah kembali," kata Indro.

"Aku gagal bersama dia lagi. Padahal ada kesempatan....jandanya itu," kata Kasino.

"Kalau menyukai cewek itu. Ya gadis di terima. Janda juga di terima. Bener omongan Kasino. Jadi jandanya gagal deh!' kata Indro.

Indro dan Kasino mengambil gelas kopi di meja, ya di minum dengan baik. Dono sedang asik main game di Hp-ya, ya di ruang makan. Kasino dan Indro menaruh gelas kopi di meja.

"Tetangga depan rumah kita kalau artis. Ya aku dekatin dengan baik....jadi pacar gitu," kata Indro.

"Aku juga ikut bersaing jugalah. Mendapatkan cewek di depan rumah kalau dia artis lah," kata Kasino.

"Rival mendapatkan cinta...artis, ya tetangga depan rumah," kata Indro.

"Pastinya....Dono ikutan juga. Jadinya serulah bersaing mendapatkan cinta cewek depan rumah, ya artis," kata Kasino.

"Kenyataanya. Cewek depan rumah...bukan artis. Cewek biasa-biasanya," kata Indro.

"Kenyataanya...memang begitu," kata Kasino.

"Awalnya juga. Artis itu. Orang biasa saja, ya tidak populer gitu," kata Indro.

"Maka itu. Cowok yang menyukai artis cewek itu. Ya menyukai diri tuh cewek saat ia belum populer apa sudah populer....yang lebih baik?!" kata Kasino.

"Sebelum tuh cewek populerlah. Menyukai cewek itu. Kaya tetangga di depan rumah kita!" kata Indro.

"Pilihan Indro tepat," kata Kasino.

"Kenyataanya. Aku tidak jadian dengan cewek depan rumah," kata Indro.

"Kenyataan tetap kenyataan," kata Kasino yang tegas.

"Sudah..Kasino main seandainya...tetangga depan rumah kita artis!" kata Indro.

"Ya. Permain selesai!" kata Kasino.

"Main game ah!" kata Indro.

"Idem," kata Kasino.

Kasin dan Indro main game di Hp-nya dengan baik. Dono di ruang makan, ya masih main game di Hp-nya.

KUCING GUNUNG DOVRE

Jarwo selesai bermain dengan Sopo di lapangan, ya main layangan gitu. Jarwo duduk santai di rumah, ya di teras depan rumah sambil menikmati minum kopi dan gorengan gitu. Jarwo teringat dengan buku yang ingin ia baca, ya di pinjem dari Adit. Jarwo langsung ke dalam rumah mengambil buku tersebut. di cari dengan baik, ya ketemu sih bukunya di atas meja makan.

"Buku ini yang ingin aku baca. Adit anak sekolah....pinter karena banyak baca buku sih," kata Jarwo.

Jarwo membawa bukunya, ya ke teras depan rumah. Duduk santailah Jarwo sambil membaca bukunya dengan baik.

Isi buku yang di baca Jarwo :

Dahulu kala di Denmark hiduplah seorang raja yang arif dan bijaksana. Ia memerintah dengan baik sehingga rakyatnya dapat hidup dengan layak. Rakyat Denmark sangat menyukai raja tersebut. Mereka seringkali mengirimkan berbagai macam hadiah kepada Sang Raja sebagai tanda bakti dan sayang. Jack, seorang pria yang tinggal di Finmark, ingin memberikan hadiah kepada raja tersebut. Ia memikirkan hadiah yang sesuai bagi Sang Raja. Jack kemudian datang ke sebuah kedai minum dan bertanya kepada teman-temannya tentang hadiah bagi Sang Raja. 

"Kamu bisa menghadiahkan sekeranjang ikan kepada Sang Raja," usul salah satu teman Jack.

"Tapi, ikan akan cepat busuk," sanggah temannya yang lain, "lagipula kalau Raja ingin makan ikan, pelayan-pelayannya bisa membelinya di pasar."

Teman-teman Jack yang lain tertawa mendengar perkataan temannya itu. 

"Bagaimana kalau kau menghadiahkan sebuah pedang kepada Sang Raja, Jack?" pemilik kedai minum ikut memberi saran, "Raja jarang sekali berperang, tetapi pedang yang bagus akan membuatnya tampak berwibawa."

Jack terlihat berpikir sejenak, kemudian ia berkata, "Harga pedang yang bagus sangat mahal. Lagipula tidak ada pandai besi yang baik di sekitar sini."

Mereka semua terdiam, mencari ide untuk membantu Jack. Tiba-tiba salah seorang dari mereka berseru, "Kalau kau ingin yang murah, kenapa tidak kau tangkap beruang kutub yang besar dan menghadiahkannya kepada Sang Raja? Bukankah banyak sekali beruang kutub di sekitar sini? Aku yakin Raja akan sangat menghargai hadiahmu karena tidak pernah ada beruang kutub di Denmark!"

"Ide yang bagus, temanku! Hadiah yang benar-benar unik dan tidak mahal!" kata pemilik kedai minum sambil tersenyum, "Raja akan selalu mengingatmu saat ia melihat beruang kutub itu, Jack."

"Iya, itu memang ide yang bagus. Aku akan segera berkemas. Siapa yang mau menemaniku berburu?" tanya Jack. 

"Aku ingin membantumu tetapi aku alergi bulu beruang, Jack."

"Aku mau membantumu tapi hidungku sering berdarah jika kena udara dingin."

"Aku ingin ikut denganmu tetapi kapalku besok akan pergi berlayar."

Tak ada seorang pun teman Jack yang mau ikut berburu beruang kutub. Akhirnya Jack pun berburu beruang sendirian. Jack menyadari bahwa berburu beruang kutub bukanlah hal yang mudah, apalagi menangkapnya dalam kondisi hidup. Ia lalu bertanya kepada para tetua di desanya bagaimana cara menangkap beruang kutub. Ia juga mendatangi dan mengamati tempat-tempat di mana beruang kutub sering terlihat. Kesabaran Jack akhirnya membuahkan hasil. Ia berhasil menangkap seekor beruang kutub hidup-hidup. Orang-orang di desanya terkejut melihat keberhasilan Jack. Mereka mengagumi hasil tangkapannya, seekor beruang kutub yang besar dan berbulu seputih salju. 

Mereka memberikan ucapan selamat dan menyemangati Jack agar segera membawa beruang tersebut kepada Sang Raja. Pagi itu Jack berangkat ke Denmark dengan beruang kutubnya. Mereka melakukan perjalanan cukup panjang, melintasi beberapa tempat, salah satunya Gunung Dovre. Jack dan beruang kutubnya sampai di tempat Gunung Dovre tepat sehari sebelum Natal. Malam menjemput Jack dan beruangnya saat mereka sampai di Gunung Dovre. Cuaca yang gelap dan dingin memaksa Jack untuk mencari tempat berteduh. Ia memandang ke segala arah hingga ia melihat cahaya dari sebuah rumah. Jack dan beruangnya bergegas berjalan ke rumah tersebut. 

"Tok... tok... tok," Jack mengetuk pintu rumah, lalu berkata, "selamat malam! Adakah orang di rumah ini?" "Selamat malam," jawab Halvor, pemilik rumah, sambil membuka pintu.

Ia lalu mempersilakan Jack bersama beruangnya masuk ke dalam rumah.

"Terima kasih sudah mengizinkan kami masuk ke rumahmu. Namaku Jack," kata Jack memperkenalkan diri.

"Aku Halvor," jawab Halvor.

Ia kemudian bertanya kepada Jack, "Kau hendak ke mana di malam Natal seperti ini?"

"Aku hendak pergi ke Denmark, Halvor. Aku akan menghadiahkan beruang kutub ini kepada Sang Raja. Kami sudah tidak kuat berjalan lebih jauh. Apalagi suasana begitu gelap dan cuaca sangat dingin di luar sana. Jadi, bolehkah kami menginap di rumahmu malam ini?" tanya Jack, penuh harap.

Halvor menatap Jack sejenak, lalu ia berkata dengan sedih, "Kau dan beruangmu bisa berteduh sementara di rumah ini, tetapi kalian harus pergi sebelum tengah malam."

Jack mengernyit, berbagai pertanyaan muncul di pikirannya, "Kenapa? Kenapa kami harus pergi sebelum tengah malam? Apa kau takut dengan beruang ini? Apakah kau takut ia akan melukaimu saat kau tidur? Halvor, aku berani menjamin bahwa beruangku ini tidak akan menyakitimu."

"Jack, bukan itu yang aku khawatirkan," Halvor berkata, terlihat tak enak hati.

"Atau kau ingin aku membayar sewa kamar kepadamu? Baiklah, aku akan membayarmu, Halvor! Berapa biaya sewa kamarmu selama semalam?" tanya Jack lagi.

"Bukan, bukan itu maksudku," jawab Halvor.

"Jika bukan karena beruangku atau sewa kamar, kenapa engkau melarangku menginap, Halvor?"

"Aku senang kau datang berkunjung, Jack! Aku tidak keberatan jika kalian ingin menginap di rumahku. Tetapi jangan malam ini. Nyawamu bisa terancam kalau kau memaksa untuk tetap menginap," Halvor mencoba menjelaskan.

Jack semakin menautkan alisnya saat mendengar penjelasan Halvor. Ia pun memutuskan untuk bertanya lagi, "Aku jadi ingin tahu kenapa nyawaku bisa terancam jika aku menginap di rumahmu malam ini, Halvor?"

"Jack, ada beberapa Troll (Mahluk Jahat Buruk Rupa) di sekitar sini. Mereka tinggal di hutan. Awalnya aku mengundang mereka untuk merayakan Natal, tetapi mereka malah mengacaukan pestaku. Sejak itu, setiap malam Natal mereka akan datang ke sini. Mereka akan berpesta, menghabiskan semua makanan dan minumanku," Halvor berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "jika aku tidak mengadakan pesta untuk mereka, mereka akan merusak peternakan dan ladangku sepanjang tahun!"

"Jadi, karena itu kau melarangku untuk menginap di sini malam ini?" tanya Jack.

"Benar, Jack. Surga tidak akan menolongku jika aku berbohong kepadamu. Aku hanya tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa dirimu," Halvor berkata, tulus.

Jack terdiam selama beberapa saat. Tiba-tiba ia berkata, "Halvor, izinkan aku untuk tetap tinggal di rumahmu malam ini. Apa pun yang terjadi terhadap diriku adalah tanggung jawabku sendiri. Aku lelah dan aku yakin beruangku juga merasakan hal yang sama. Aku tidak tega untuk memaksanya terus berjalan di tengah cuaca dingin ini."

Halvor terlihat panik, "Tapi..."

"Tenanglah, Halvor. Aku bisa menjaga diriku sendiri," kata Jack sambil tersenyum, "sekarang tunjukkan padaku di kamar mana aku bisa tidur."

"Kau tidur dengan beruangmu, Jack?"

"Tentu tidak, Halvor. Biarkan ia tidur di dekat perapian itu," ujar Jack, sambil menunjuk perapian di pojok ruang makan. Halvor mengangguk, mengiyakan perkataan Jack, dan mengantar Jack ke kamar belakang.

Ia kemudian kembali ke ruang makan untuk menyiapkan sajian bagi para Troll. Menu yang disajikan Halvor cukup lengkap, mulai dari bubur ayam, sup ikan, sosis sapi panggang, sampai minuman jahe yang hangat dan menyegarkan. Setelah selesai menyiapkan makanan, Halvor pergi meninggalkan rumahnya. Ia mengungsi ke sebuah gua yang tidak jauh dari rumahnya. Selama perjalanan, Halvor berdoa supaya tidak terjadi sesuatu yang buruk terhadap Jack dan beruangnya. Tepat tengah malam, berbagai macam Troll keluar dari hutan. Bentuk mereka sungguh aneh, bahkan terkadang menyeramkan. Ada troll yang bertubuh pendek, cukup kekar, dan memiliki kulit berwarna tembaga. Dan, ada troll yang berkaki serupa dengan kuda dan memiliki ekor. Mereka berjalan bersama-sama menuju rumah Halvor. 

Sesampai di rumah Halvor, troll-troll tersebut memulai pesta mereka. Mereka memakan semua makanan yang disediakan Halvor dngan sangat rakus. Mereka juga minum minuman jahe dan menumpahkannya di lantai. Kehadiran mereka membuat rumah Halvor sangat berantakan malam itu. Saat mereka sedang bersukaria, salah seorang troll melihat beruang kutub milik Jack yang sedang berbaring di dekat perapian. Troll itu belum pernah melihat beruang kutub seumur hidupnya. Ia pun mengira beruang kutub itu adalah seekor kucing yang besar. Tiba-tiba troll itu mendapatkan ide untuk menggoda beruang kutub milik Jack. Ia tersenyum membayangkan kegaduhan yang terjadi karena keusilan yang akan dia lakukan. Ia pun bergumam sendirian, "Kucing besar itu pasti akan panik. Ia akan berlari ke sana kemari dan menubruk apa saja! Pasti sangat lucu sekali."

Troll yang usil itu tampak mengambil sepotong sosis, menjepitnya dengan garpu, lalu mengibas-ngibaskannya di depan hidung beruang kutub. Ia kemudian berkata, "Pus, Pus, mau sosis ini tidak? Enak lho, Pus." 

Beruang itu menggeliat sebentar, menguap, lalu kembali tidur. Troll usil itu kembali menggoda, tetapi beruang itu tetap tertidur. Beberapa kali troll itu menggoda, tetapi hasilnya tetap saja sama, beruang kutub milik Jack masih tertidur lelap. Akhirnya troll usil itu jengkel karena usahanya tidak berhasil. Ia mengibaskan potongan sosis di depan beruang kutub itu sekali lagi, tapi kali ini dia juga menusuk hidung beruang itu dengan garpu. Beruang kutub sontak terbangun. Ia spontan berdiri sambil menggeram, marah. Ia meraih troll usil itu, mengangkatnya ke atas, lalu membantingnya ke lantai dengan keras. Troll usil itu mengerang kesakitan. Semua Troll terkejut melihat kejadian tersebut. Mereka segera menolong temannya dan mengeroyok beruang kutub. Troll-troll mencoba menggigit, memukul, dan menendang beruang. 

Tetapi beruang kutub itu membuat semua Troll yang mengeroyoknya jatuh terjengkang hanya dengan satu kibasan tangan. Troll-troll tersebut berusaha bangkit. Mereka akan mengeroyok beruang kutub itu lagi, tetapi beruang kutub segera menyerang dan mencakar beberapa Troll. Teriakan dan jerit kesakitan terdengar. Beruang kutub itu memburu semua Troll yang ada di rumah Halvor. Ia mencari Troll di semua sudut rumah. Troll-troll yang melihat kelakuan beruang kutub itu bergidik ketakutan. Mereka memutuskan untuk segera pergi dari rumah Halvor. Troll-troll berusaha keluar dari rumah Halvor dengan berbagai cara. Ada yang merangkak keluar melalui pintu, melompati jendela, bahkan memanjat cerobong atap. Keesokan harinya, Halvor sangat terkejut melihat kondisi rumahnya. Meja makannya terbelah menjadi dua, pecahan piring dan gelas memenuhi lantai, jendela-jendelanya jebol, serta banyak kekacauan-kekacauan lain. Apa yang dilakukan para Troll semalam? Aku belum pernah melihat kekacuan seperti ini, kata Halvor dalam hati. Halvor kemudian membangunkan Jack. Dengan penasaran, dia bertanya, "Jack, apa kau tahu apa yang terjadi semalam?"

Jack memerhatikan kondisi di dalam rumah Halvor. Ia heran dengan apa yang dilihatnya. Rumah Halvor sangat berantakan, seperti baru saja digoncang gempa bumi. 

"Aku tidak tahu, Halvor. Aku tertidur cukup lelap hingga tidak terbangun ketika kekacauan ini terjadi," jawab Jack sambil menggelengkan kepala.

"Lihatlah Jack, tidak ada lagi barang yang utuh di rumah ini kecuali perapian dan beruang milikmu," ujar Halvor di tengah kebingungannya.

Jack tampak berpikir sejenak, lalu sebuah senyum muncul di bibirnya, "Aku rasa aku tahu apa yang terjadi, Halvor! Sepertinya beruangku telah menghajar troll-troll pengganggu itu."

***

Setahun kemudian, sore hari menjelang Natal, Halvor pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar. Sayup-sayup ia mendengar namanya dipanggil. 

"Halvor, Halvor, Halvor..."

"Iya, aku dengar," jawab Halvor.

Ia tahu bahwa troll-troll itu yang memanggilnya.

"Apakah kamu masih memelihara kucing putih yang besar itu?" tanya suara tanpa wujud itu.

Halvor terdiam, berpikir. Ia melihat ada satu kesempatan untuk lepas dari gangguan troll-troll usil tersebut. Ia kemudian berkata, "Iya, aku masih memelihara kucing itu. Ia suka sekali tidur di dekat perapian. Kucing itu juga telah melahirkan tujuh anak kucing. Mereka seperti ibunya, bertubuh besar dan lincah," Halvor terdiam lalu bertanya, "Apa kau mau melihatnya?" Suasana hening selama beberapa saat.

Tiba-tiba suara tanpa wujud itu berkata, "Halvor, sudah saatnya kami berpamitan kepadamu. Terima kasih atas semua kebaikanmu selama ini. Selamat tinggal, Halvor."

Selesai berkata demikian, makhluk-makhluk itu tak pernah datang ke rumah Halvor lagi. Hutan itu kembali lengang. Halvor menghela napas, lega. Dia pun bergegas pulang untuk merayakan Natal dengan sukacita, tanpa Troll-Troll usil di rumahnya. 

***

Jarwo selesai baca bukunya.

"Benar-benar ceritanya bagus, ya dari asal cerita dari Norwegia," kata Jarwo.

Jarwo menutup bukunya dan menaruh bukunya di meja.

"Baca buku itu banyak manfaatnya. Dari tidak tahu menjadi tahu. Jadinya pinter deng....kaya Adit," kata Jarwo.

Jarwo mengambil gelas kopi di meja dan di minum dengan baik.

"Enak kopi ini," kata Jarwo.

Jarwo selesai minum kopi, ya di taruh di meja gelas yang masih ada isi kopinya sih.

"Cerita asal Indonesia juga banyak sih." kata Jarwo. 

Sopo dateng ke rumah Jarwo

"Assalamualaikum," kata Sopo.

"Waalaikumsalam," kata Jarwo.

Sopo duduklah dan ngajakin main catur sama Jarwo. Ya Jarwo setuju main caturlah. Jadi Jarwo dan Sopo, ya main catur dengan baiklah.

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK