CAMPUR ADUK

Saturday, February 9, 2019

AKHIRNYA SAYA MENGERTI

Suasana hari sangat baik sekali. Indro sedang duduk di ruang tamu sambil membaca buku tentang musik dengan penuh asiknya. Dono yang dari tadi di dapur berusaha membuat mie ayam dan akhirnya berhasil juga di buat segera mencobanya.

"Enak," celoteh Dono.

Dono pun mulai menyajikan 2 mangkok mie ayam dan di bawa ke ruang tamu.

"Indro makan mie ayam buatan saya," kata Dono.

Dono  menaruh 2 mangkok mie ayam di meja.

"Jadi juga masakan kamu Don," saut Indro langsung menutup buku tentang musik.

Indro mengambil  1 mangkok meja dan segera mencoba masakan Dono. Begitu juga Dono.

"Enak..Dono. Jadi kamu jualan mie ayam," kata Indro.

"Siapa yang mau jualan?" tanya Dono.

"Kamu..Don. Kan sudah pinter masak buat mie ayam yang enak ini," kata Indro.

"Cuma...hoby aja...sama kaya kamu Indro....hoby masak juga," penjelasan Dono.

"Oooo...saya..kirain," kata Indro.

Dono dan Indro menikmati makan mie ayam dengan asik banget.

"Indro tumben..kamu.....baca buku musik. Ada gerangan apa?" tanya Dono.

"Ah..cuma meningkatkan wawasan aja tentang musik. Agar saya jauh lebih mengerti tentang musik. Itu saja," penjelasan Indro.

"Ohhhh," saut Dono.

"Don...kira-kira..sudah berapa lama kamu di tinggal Wulan menghadap illahi?" tanya Indro.

Dono sontak terkejut sekali dengan omongan Indro. 

"Kira-kira...1 tahun lebih. Tapi tumben kamu nanyain Wulan ada apa..Indro?"

"Cuma kangen sebagai sahabat. Padahal saya lebih tahu kamu Don yang merasakan jauh lebih kehilangan Wulan orang paling kau cinta dan kau sayangi melebihi dirimu sendiri," kata Indro.

"Ia benar. Tapi memang jalan ini yang terbaik. Wulan lebih tenang di alam yang lain. Dan saya masih teringat kata terakhirnya Wulan saat saya bersamanya menungguin dia di rumah sakit yaitu Mas Dono jangan bersedih demi Wulan lagi. Ikhlaskan kepergian Wulan untuk selamanya." cerita Dono.

"Pupus juga cinta dan harapan ya..Don."

"Iya. Tapi akhirnya saya mengerti bahwa saya menjadi pria yang menjaga Wulan dari sehat sampai akhirnya hidupnya dia menutup mata dan tidak melangkah lagi di dunia ini. Saya benar-benar Ikhlas dan memahami bahwa ajal ketentuan dari Alloh SWT," kata Dono.

"Bener-bener kamu pria yang tegar. Pantes kamu pernah nulis di Blog...Don. Bahwa sekali pun jalan wanita itu salah menjadi pelacur kamu.....memaafkannya dan ingin menolongnya agar terbebas dari lumpur kehidupan,"  tambahan dari Indro.

"Semua karena Wulan dan akhirnya cinta yang sebenarnya saya jauh lebih mengerti dari siapa pun..Indro!?"

"Saya..tahu kamu Don. Beda dengan orang-orang di luar sana yang membesarkan masalah demi uang. Sampai penistaan agama berkembang informasinya di masyarakat pada hal lebih baik di maafkan. Tokoh ini awalnya diam karena ada dekingan dari pihak yang lebih tinggi jabataannya maka berani berkoar apa pun!?. Dan akhirnya hancur karena mulutnya sendiri. Setelah saya pelajari malah intrik di dalam politiknya," 

"Kalau itu sih saya sudah tahu. Nama juga manusia tidak luput dari dosa di dunia ini. Lebih baik lupakan dan jalan hidup dengan lembaran baru," kata Dono.

"Ya..bener..kamu Don," kata Indro.

Kasino pun pulang dari kerjaanya dan langsung masuk rumah tak lupa mengucap salam.

"Asalamualikum," kata Kasino.

"Waalaikum salam," jawab Dono dan Indro bersamaan.

"Wiiiiii. Asik banget makan mie. Bagi dong," kata Kasino.

"Ambil di belakang di meja makan saya tutup pake tudung saji. Itu mie ayam untuk kamu," kata Dono.

"Ok...Don," saut Kasino yang senang.

Kasino langsung mengambil mangkok di meja makan dan segera memakan mie ayam.

"Emmmm...enak..Don. Beli di mana?" teriak Kasino.

"Buat sendiri," saut Dono dengan suara keras.

"Oh..begitu. Kalau begitu kapan-kapan saya bisa masukin rep baru untuk kedai saya untuk menarik pelanggan yang banyak? Ok Don rencana saya,"

"Insyaalloh...Kasino," kata Dono dengan suara keras lagi.

"Sip," celoteh Kasino.

Kasino melanjutkan makan mie ayam yang enak buatan Dono. Sedangkan Dono pun selesai memakan mie ayam dan segera di bawa di kebelakang untuk di cuci. Indro pun baru selesai makan mie ayamnya dan ikutan membawa mangkoknya ke belakang untuk di cuci. Setelah itu Indro kembali membaca buku tentang musik di ruang tamu. Sedangkan Dono keluar rumah untuk bertemu dengan Rara karena sudah janjian untuk berbincang-bincang.


Karya: No

TIORI PEMBANGUNAN

Pagi cerah di pinggir pantai. Setelah sholat subuh. Dono langsung mandi pagi selanjutnya duduk di pinggir pantai dan asik membaca buku yang cukup tebal. Kemudian Indro baru selesai mandi pagi  juga dan duduk bersama Dono memandang pantai yang indah. 

"Pagi-pagi gini kamu masih sibuk belajar. Padahal kita ini lagi menikmati liburan..Don."

"Cuma penasaran aja baca buku ini....Indro."

"Kamu baca buku apa sih?" tanya Indro.

"Nie...baca sendiri," kata Dono.

Dono menyerahkan buku yang di bacanya ke Indro.

"Tiori Pembangunan. Buku yang berat untuk..tingkat Sarjana ...Don. Padahal kamu SD gak lulus," kata Indro.

"Ngeledek.....atau ngejek..itu..Indro."

"Ngeledek...Don. Becanda. Kenapa kamu membaca buku Tiori Pembangunan?"

"Alasannya sih. Sebentar lagi ada debat Presiden yang ke dua. Tema yang di usung dan di terbitkan di media elektronik. Saya langsung terpikir dengan buku ini tentang Tiori Pembangunan. Karena memang buku ini tepat untuk menjawab dari tema yang di usung untuk debat Presiden... Indro."

"Hasilnya sudah ketahuan sebelum debat kalau di pandangan kamu Don," kata Indro.

"Belum tentu juga. Saya memprediksinya saja. Karena maksud dan tujuan tema yang di usung debat ada pada Tiori Pembangunan. Isinya menjelaskan proses dari awal dan akhir lalu di proses kembali atau di evaluasi dengan baik dan berusaha tidak ada kesalahan. Jadi Perfeck," penjelasan Dono.

"Lebih simpelnya jadi membangun SDA dan SDMnya secara berkesinambungan secara teratur dan akhirnya pembangunan segala bidang. Berarti visi dan misi yang di usung ke dua calon Presiden ya...berhasil semuanya," kata Indro yang menyambung omongan Dono.

"Berhasil semua," kata Dono.

"Tapi..itukan cuma Tiori saja," kata Indro.

"Tiori itu asalnya dari Praktek yang di susun rapih pada tulisan yang di konsep dengan baik dan punya bagan kerangka pikir yang fleksibel. Artinya bisa di sesuaikan dengan keadaan sosial dan ekonomi," kata Dono.

"Entar..dulu. Omongan kamu...kaya seperti orang Dosen. Pada hal kamu SD gak lulus," kata Indro.

"Ngeledek atau ngejek ini....Indro."

"Ngeledek..Don. Becanda. Tapi setelah kamu membaca buku Tiori Pembangunan dan menceritakan isinya pada saya. Hal debat Presiden yang ke dua benar-benar membuka wawasan dari para calon Presiden. Kecerdasan Intelektual mereka keluar semuanya. Karena dari time rekord kerja Joko Widodo dan Prabowo berhasil semua. Dan  mereka pantes untuk menjadi Presiden di Indonesia ini priode selanjutnya," kata Indro.

"Tepat sekali. Semakin mereka berkecimpung di dalam proses pembangunan dan menjadi pelaksananya sampai berhasil membangun diri, keluarga, teman, suku, golongan, dan agama. Tanda mereka punya kualitas dan kuantitas dalam membangun negeri ini. Walau sudut padang orang-orang bermacam-macam tentang Joko Widodo dan Prabowo yang ini dan itu..sampai yang paling extrim menjatuhkan nama mereka. Namanya hidup ada yang baik dan ada yang buruk. Wajar, Tawakal, dan Sabar," kata Dono.

"Apa yang kamu omongin Don banyak benarnya," kata Indro.

"Terima kasih Indro."

"Masalahnya......Don. Arah tujuan pembangunan yang akan di bangun di Indonesia ini?" kata Indro.

"Arah pembangunan di Indonesia? Masalahnya banyak konsep sih yang di pake di negeri ini dalam proses membangun negeri. Seperti mengikuti kemajuan negara lain ini dan itu yang maju dan berkembang cepat tapi harus di sesuaikan dengan sosial dan ekonomi di Indonesia. Pada akhirnya proses pembangunan di Indonesia masih mengekor bukan pelopor sih. Contoh proyek reklamasi di teluk Jakarta," kata Dono.

"Jadi...mencontoh keberhasilan dari negara maju dari segi ekonomi dan sosialnya di jaga dengan baik untuk pembangun jangka pendek, menengah, dan panjang," Indro sambung omongan Dono.

"Tepat sekali...kamu Indro."

"Ya....kalau begitu. Pemilu Presiden tahun ini berhasil dengan baik. Karena kita mendapatkan pemimpin yang punya kualitas dan kuantitas di lihat dari Tiori Pembangunan di buku yang kamu baca Don."

"Yo.i," kata Dono.

Kasino setelah menyelesaikan urusannya lewat telpon langsung duduk di samping Dono. Mereka berjejer seperti pentol korek api sambil memandangi indahnya pemandangan pantai di pagi hari.

"Ngobrol apaan sih?" tanya Kasino.

"Tentang Tiori Pembangunan," kata Dono.

"Nie..bukunya," saut Indro memberikan buku kepada Kasino.

"Tiori Pembangunan ini.....kan tingkat Sarjana. Kalian berduakan SD gak lulus," kata Kasino.

"Ngeledek atau ngejek..itu," kata Dono dan Indro bersamaan.

"Ngejek.......eeeeee gak ding...... ngeledek. Becanda Don. Becanda Indro," kata Kasino.

"Iya..saya tahu," kata Dono.

"Cuma becanda...kan Kasino," saut Indro.

"Iya..becanda. Kenapa kalian berdua ngobrol tentang Tiori Pembangunan?" kata Kasino.

"Tanya sama Dono?" kata Indro.

"Kenapa Don?" kata Kasino.

"Karena....ada kaitannya dengan debat Presiden yang selanjutnya," kata Dono.

"Oh..begitu. Ya..sudahlah ayo pulang. Saya sudah lapar di pinggir pantai gak ada yang jual makanan," kata Kasino.

"Bener..juga...saya juga lapar. Ayo pulang," kata Indro.

"Kita pulang. Sudah nginep semalaman di pinggir pantai," kata Dono

Dono, Kasino, dan Indro bergerak ke mobilnya untuk pulang ke rumah dan mencari sarapan pagi di pinggir jalan karena perut mereka bertiga sudah keroncongan.


Karya: No

MALAM MINGGUAN

Malam yang dingin di pinggir pantai. Dono seperti biasa sibuk mengetik di leptopnya. Sedangkan Kasino lagi sibuk nelpon sambil main air laut di pinggiran. Indro sibuk membuat bumbu masak dan di olesin ke ikan yang di beli pasar baru deh di panggang. Ternyata api dari areng mati. 

"Don..udah dulu ngetiknya. Bantuin saya untuk memanggang bakar ikan ini," teriak Indro.

"Iya," saut Dono.

Dono langsung mematikan leptopnya dan tidak lupa menyimpan hasil tulisannya, lalu leptop di masukkan dalam tas dengan baik. Keluarlah Dono dari mobil dan tidak lupa menguncinya. 

"Apa yang bisa saya bantu Indro?" kata Dono sambil mendatangi Indro.

"Tolongin bantuin saya hidupin arang yang mati ini saya mau bakar ikan," kata Indro.

"Ok beres."

Dono segera menghidupkan areng dengan kertas. Lama ke lamaan areng terbakar dan jadilah areng yang membara.

"Indro...sudah jadi.api pada areng," kata Dono.

"Pinter..Don. Dari tadi saya..susah menghidupkannya," kata Indro.

"Pake tiori dong..langsung praktek..dong....Indro."

"Iya..deh anak..kuliahan," pujian Indro.

"Terima kasih Indro."

"Iya..Don."

Indro mulai membakar ikan dengan baik. Dono dapet telpon dari Rara langsung jawabnya dengan memencet tombol pada Hp.

"Halo..asalamualaikum," kata Dono.

"Walaikum salam," jawab Rara.

""Adek Rara..ada apa nelpon?" tanya Dono.

"Kangen," kata Rara.

"Kangen Band atau kangen beneran?" tanya Dono lagi.

"Beneran....mas. Adek..kangen..mas Dono."

"Kangen benaran toh.," kata Dono.

"Mas Dono lagi ngapain malam minggu gini kok gak ngapel ke rumah Rara?" tanya Rara.

"Kakak..lagi.....malam mingguan dengan teman-teman di pantai. Maaf gak ngajak Rara..ya. Masalahnya....di sini cuma ada laki-laki aja. Kan gak enak kalau Rara ikut..kan," jawab Dono.

"Iya deh Rara ngerti. Tapi lain kali Rara di ajaknya..malam mingguan...ya," kata Rara.

"Insyaalloh...dek Rara...kalau gak sibuk ya."

"Iya. Asalamualaikum."

"Waalaikum salam," jawab Dono.

Dono memasukan Hpnya ke saku celananya. Indro pun selesai bakar ikannya dan mulai menyajikannya di atas piring.

"Makan Don," ajakan Indro.

"Iya..Indro," kata Dono.

Dono dan Indro menikmati makan ikan bakar yang enak sambil melihat pemandangan laut saat malam hari.

"Bener-benar..enak ikan bakar masakan kamu Indro," pujian Dono.

"Terima kasih...Don," saut Indro.

Kasino pun selesai menelpon dan berlari menuju Dono dan Indro yang duduk di tiker sambil menikmati makan malam mereka berdua.

"Kalian berdua duluan. Gak nunggu saya," kata Kasino.

"Kamunya sibuk...sih Kasino," kata Indro.

"Sibuk bener..tuh," sambung Dono.

"Lumayan kerjaan. Lobian saya berhasil," kata Kasino.

Kasino mulai memakan ikan bakar buatan Indro.

"Enak..nie..ikan bakarnya. Siapa yang masak?" kata Kasino.

"Saya," kata Indro.

"Hebat..kamu Indro..masak ikan bakar yang enak," pujian Kasino.

"Terima kasih..Kasino," kata Indro.

Dono, Kasino, dan Indro menikmati makan ikan bakar sambil memandang laut di malam hari.

"Dono...gimana tulisan Blog kamu?" tanya Indro.

"Baik-baik aja..Indro."

"Kadang saya baca Blog kamu Don. Terkadang sekarang ini kamu jauh lebih berani alias extrim menyudutkan seseorang lewat menggunakan namanya. Takutnya yang baca bisa tersinggung Don," kata Indro.

"Kalau yang baca tersinggung oleh tulisan saya ya konsekwen saya menjadi seorang penulis. Tandanya saya berhasil membuat tulisan yang membuat orang berubah karakteristiknya gara-gara tulisan saya. Toh saya pun ingin orang mengkeritik tulisan saya. Tandanya saya ingin membangun citra tulisan saya jauh lebih baik lagi. Kalau bisa mengalahkan semua penulis hebat yang punya nama," penjelasan Dono.

"Optimis kamu cukup tinggi. Jadi kamu tidak takut menghadapi ujian dari cacian dan makian berkenaan dengan tulisan kamu yang mungkin lebih menyudutkan orang-orang yang di pakai namanya," kata Indro.

"Ya. Alloh SWT bersama saya," kata Dono.

"Bener...kamu Don. Alloh SWT bersama kamu dan saya juga. Kan kamu menulis juga ada nilai baiknya dan kekuranganya pun bisa di perbaiki," saut Kasino membenarkan omongan Dono.

"Sip. Itu baru teman saya, " pujian Dono sambil mengacungkan jempol ke Kasino.

"Terima kasih Don," kata Kasino.

"Alloh SWT bersama kita semua," kata Indro.

"Amin...," jawab Dono dan Kasino bersamaan.

Dono, Kasino, dan Indro menikmati makan malamnya sampai perut kenyang. Baru deh mereka bernyanyi bersama-sama dengan permainan gitar dari Kasino untuk menikmati malam mingguan di pinggir pantai.


Karya: No

SELEBARAN

Dono asik minum es cincau  dan duduk di pinggir jalan. Indro kesana kesini mencari Dono.

"Dono.....malah santai minum es cincau," kata Indro.

Indro langsung menghampiri Dono.

"Mang pesen satu gelas," permintaan Indro.

"Iya..mas," saut mamang penjual es cincau. 

Indro duduk di sebelah Dono.

"Orang sibuk-sibuk beres-beres nurun barang dari truk ke dalam rumah kamu malah ngilang. Di cariin malah minum es?" kata Indro.

"Saya hasus. Mempung mamang es cincau ini lewat saya beli. Jadi melariskan jualannya," kata Dono.

Mamang penjual es cincau memberikan gelas yang berisi es pada Indro.

"Silakan mas..minumannya."

"Iya."

Indro segera mengambil gelas es cincau dari mamang penjual dan meminum es.

"Segernya. Rasa haus saya hilang dan rasa capek saya hilang," kata Indro.

"Segerkan......," saut Dono.

Angin bertiup dengan kencang dan menerbangkan selebaran yang tadi tergeletak di jalan dan jatuh tepat di muka Dono.

"Aduh.....apa ini saya tidak bisa melihat," kata Dono yang heboh.

"Bentar Don," kata Indro yang mengambil selebaran yang menempel di wajah Dono.

Sedangkan mamang penjual es cincau tertawa yang di sembunyikan dengan ke dua tangannya melihat keadaan Dono. 

"Sudah di lepas dari wajahmu yang ganteng," kata Indro.

"Hampir saja saya gak bisa bernafas...Indro."

"Don jangan heboh gitu. Cuma isiden kecil aja kok."

"Iya..cuma masalah kecil..Indro."

Indro membaca dengan seksama selebaran tersebut.

"Gak penting selebaran ini," kata Indro dan ingin membuangnya.

"Gak penting isinya. Coba saya liat dulu..Indro."

"Nie," kata Indro sambil memberikan selebaran pada Dono.

Dono membaca seksama selebaran tersebut.

"Haaaaa.............PDI kalau di tendang D di ganti K jadi apa? PKI," kata Dono terkejut.

"Gak penting....kan Don."

"Nyenehnya keterlaluan banget. Jangan-jangan isu yang berkembang di masyarakat berkenaan Jokowi  di kaitkan PKI ini maksudnya!?...ya Indro."

"Mungkin. Ulah orang yang iseng untuk membuat keruh suasana agar perpolitikan di Indonesia biar lebih panas gitu...," penjelasan  Indro."

"Mungkin juga. Padahal dulunya keluarga saya ada kaitan dengan PKI sampai kacau ceritanya yang ini dan itu. Entah benar gaknya. Tetap jadi pioritas utama untuk tidak ikut campur maksudnya menghindar," cerita Dono.

"Kalau cerita..tentang keluarga kamu di kaitan dengan PKI sih sudah saya dengerin berulang kali. Toh hasilnya kamu adem ayem saja kehidupan sehari-hari kamu. Jadi semua hanya sejarah aja sebagai pembelajaran di bangku sekolah. Bahwa..demi membangun negeri ini ada yang menghancurkan dari dalam. Dengan alasan yang paling utama PKI," Indro yang memberikan masukan pada Indro.

"Iya..juga..lupakan. Berpikir untuk maju membangun diri untuk masa depan," kata Dono.

"Itu yang bener," saut Indro.

Dono asik minum es cintau lagi dan membuang selebaran yang gak penting. Indro pun menikmati es cintaunya. Kasino baru pulang dari beli makan dan minuman untuk di makan bersama sampai di dalam rumah Dono dan Indro gak ada. Kasino mencari kesana dan kesini sampai ke dalam truk tidak ada Dono dan Indro.

"Kemana kalian pergi hai teman-teman?" teriak Kasino di atas mobil truk.

"Woy.....Kasino jangan teriak-teriak jam segini nanti di kirain orang gila," saut Indro dengan suara keras.

Kasino pun melihat Dono dan Indro yang asik minum es cintau dan duduk di pinggir jalan.

"Dono dan Indro..teman baik..ku," kata Kasino.

Kasino bergerak mendekati Dono dan Indro.

"Asik banget kalian berdua...minum di sini?" tanya Kasino.

"Haus dan capek," jawab Dono dan Indro bersamaan.

"Saya membelikan kalian makan dan minuman untuk menghilangkan rasa lapar dan haus," kata Kasino.

"Telat. Saya sudah mati kehausan dari tadi. Maka beli es cincau yang enak," kata Dono.

"Saya..ikutan. Alias idem..Kasino."

"Ya..sudah..lah nanti aja makan dan minuman yang saya bawa di nikmati," kata Kasino.

"Iya," jawab Dono dan Indro bersamaan.

Kasino pun memesan minuman es cincau kepada mamang penjual es cincau. Dengan senang hati mamang penjual es cincau menerima permintaan Kasino dengan segera gelas yang berisi es cincau di berikan kepada Kasino.

"Geseran dong duduknya. Saya mau menikmati minum es cincau sama kalian berdua," kata Kasino.

"Iya," jawab Indro.

"Nanti jatoh lagi.kalau di geser," kata Dono.

"Jatoh di gimana? Kalian berdua nongrong di pinggir jalan," kata Kasino.

"Buka kartu..nie.....gak jadi lawakkan," kata Dono.

"Tapi Don...kita bertiga kaya pentol korek tahu...kalau berjejer. Males ah....agak jauhan dikit," kata Indro.

"Iya...," saut Kasino sambil menikmati es cincau yang enak dan seger.

"Ah..jojong..aja," kata Dono.

"Kalian ngobrol apa di sini kayanya asik banget?" tanya Kasino.

"PKI," jawab Dono dan Indro bersamaan.

"Oh...PKI. Partai Kacau Indonesia," saut Kasino sambil asik minum es cincau.

"Kok...Partai Kacau Indonesia. ....Kasino..bukannya Partai Komunis Indonesia," kata Indro.

"Iya..kok..Partai Kacau Indonesia!? Kasino," kata Dono.

"Kan..bener....kalau di pelesetin K nya jadi Kacau. Hampir partai politik kan pada Kacau. Demi ini dan itu agar memajukan negeri ini. Itukan misi dan visi awalnya.....selanjutnya kan kacau. Kaya PKI," penjelasan Kasino.

"Sebenernya..memang bener-bener kacau sih. Tapikan masa lalu dan sekarang masa depan berbeda banget. Jadi ya..gak kacau-kacau banget partai yang berkembang di Indonesia," tambahan Indro.

"Terserah..kalian berdua. Dasar....nyeleneh," kata Dono.

Dono menyelesaikan minum esnya dan gelasnya di berikan ke mamang penjual es tak lupa membayarnya dengan uang cukup besar. Dan mamang es cincau mau menyusukan uangnya.

"Ini..mas uang kembalian..nya," kata mamang penjual es cincau.

"Gak usah....saya niat sodakoh...uang kelebihan dari bayaran saya minum es cincau," kata Dono.

"Terima kasih mas."

"Iya..sama-sama."

Dono bergerak untuk masuk ke dalam rumah. Indro pun ikutan dengan ulahnya Dono dengan membayar uang yang cukup besar dan juga kembalikannya di sodakohin. Indro pun mengejar Dono.

"Saya di tinggalin," kata Kasino.

Kasino segera menyelesaikan minum es cincaunya dan gelasnya di berikan ke mamang penjual es cincau. Tak lupa Kasino membayarnya dengan uang yang cukup besar. Dan lagi-lagi kembaliannya di sodakohin ke mamang penjual es cincau. Kasino langsung mengejar Dono dan Kasino.

"Alhamdulilah..rezeki anak istri saya. Masih banyak orang yang baik di negara Indonesia ini," ucap syukur mamang penjual es cincau.

Mamang es cincau bergerak lagi dengan mendorong gerobak esnya untuk menjajakan jualannya lagi. Dono, Kasino, Indro segera membereskan pekerjaan di dalam rumah yang belum beres sampai beres bener. Baru deh sore harinya temannya Kasino dateng untuk melihat kerjaan pindahan rumah. Segera Kasino mendapatkan bayaran yang pantes dari temannya. 

Barulah Dono, Kasino, dan Indro meninggalkan rumah tersebut tak lupa pamitan dengan teman Kasino.

"Beres...deh kerjaan hari ini..jadi kita malam mingguan," kata Dono.

"Yo.i...," saut Indro.

"Ayo..kita pulang," kata Kasino yang mulai menancap gas mobil truk dan di kendarain dengan baik.

Dono, Kasino, dan Indro pulang ke rumah sebelum itu mengembalikan mobil truk sewaan tersebut.


Karya: No

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK