"Manusia yang mempunyai kemampuan lebih, ya pasti memutuskan jadi pahlawan super. Karena manusia itu didik dengan baik sama orang tuanya," kata Budi.
"Manusia yang baik, ya memutuskan di jalan kebaikan. Beda dengan manusia yang buruk," kata Eko.
"Baik dan buruk," kata Budi.
"Realitanya kehidupan," kata Eko.
"Aku ada cerita tentang tema superhiro," kata Budi.
"Budi mau cerita, ya silakan bercerita!" kata Eko.
"Baiklah aku bercerita," kata Budi.
Budi bercerita dengan baik, ya Eko mendengarkan cerita Budi dengan baik juga lah.
Isi cerita yang di ceritakan Budi :
Edi menjalankan kehidupannya seperti biasa sebagai anak SMA. Edi anak yang cupu sih. Edi menyukai seorang gadis bernama Lira, tapi sayang sekali Lira sudah jadian sama Piter. Saat pulang sekolah, ya Edi berjalan-jalan santai menuju rumahnya. Tiba-tiba jatuh dari langit, ya sebuah batu, ya bisa di bilang meteor sebesar batu sekepel tangan lah. Edi melihatnya batu jatuh dari langit, ya Edi segera menghampiri keberadaan batu itu jatuh. Sampai di pinggir sungai, ya melihat batu tersebut.
“Batu meteor,” kata Edi.
Edi pun mengambil batu tersebut dan di masukkan ke dalam tas. Segera Edi meninggalkan tempat tersebut. Sampai di rumahnya, ya langsung ke kamar Edi. Batu meteor di taruh di dalam toples kaca. Edi mulai mempelajari dengan baik batu meteor tersebut, dan mencari data-data tentang batu meteor dari jaringan internet. Sampai waktunya makan malam. Ibu memang menyiapkan makan yang enak buat Edi. Edi segera ke ruang makan, ya makan malem bersama Ibu. Ayahnya Edi, ya tidak ada lagi. Ayah Edi meninggal karena menolong orang yang butuh pertolongan karena penjahat menganiaya orang itu. Ayah Edi, ya mati di tempat kejadian di bunuh penjahat. Ibu dan Edi, ya tegar kehilangan Ayah. Polisi mengusut tuntas kejahatan tersebut, ya menangkap penjahat yang membunuh ayah Edi. Penjahat di hukum seberat-beratnya sesuai kejahatan yang di lakukan.
Edi pun selesai makan malem bersama Ibu. Edi ke kamarnya, ya mulai Edi mengerjakan PR-nya dengan baik. Sampai larut malam, ya akhirnya PR-nya selesai. Edi tidur dengan baik di tempat tidurnya. Batu meteor mulai retak-retak dan akhirnya pecah juga. Keluarlah simbiote. Ya simbiote berusaha keluar dari dalam toples. Toples jatuh ke lantai dan pecah. Edi kaget mendengar ada beda jatuh di mejanya. Edi memeriksa dengan baik apa yang jatuh.
“Toples jatuh,” kata Edi.
Edi melihat dengan baik batu meteor hancur.
“Kaya ada isinya, terlihat dari struktur batu meteor ini,” kata Edi.
Edi pun memasukan batu meteor ke dalam toples kaca dan pecahan kaya toples, ya di masukkan ke dalam tong sampah lah. Simbote masih bersembunyi dari Edi. Edi memutuskan tidur karena larut malem sih. Simbiote mendekati Edi dengan perlahan-lahan. Edi pun terbangun karena ada benda asing yang berada di tubuh Edi, ya benda asing itu simbiote. Edi menangkap simbiote dengan tangannya. Dengan sekejab simbiote menjadi besar dan membungkus Edi. Simbiote beradaptasi dengan inangnya. Edi memang berusaha melawan sih, tapi sudah terbungkus oleh simbiote. Edi tahu-tahu berada di atas gedung tinggi. Karena memang simbiote membawa Edi keluar dalam keadaan tidak sadar. Ketika sadar, ya tahu-tahu Edi berada di atas gedung.
Simbiote menunjukkan wujutnya di hadapan Edi.
“Siapa kamu ini?” tanya Edi.
“Aku Venom,” katanya.
“Venom. Kenapa kamu menempel pada ku,” kata Edi.
“Aku membutuhkan inang,” kata Venom.
“Kaya benalu saja,” kata Edi.
Venom dan Edi, ya akhirnya berteman dengan baik. Edi memutuskan pulang sih, ya bersama Venom. Tiba-tiba ada kejahatan di kota, ya perampokan gitu di sebuah rumah mewah. Edi yang menjadi Venom, ya segera ke tempat kejadian perkara. Venom dengan cepat menghajar para penjahat dan mengikatnya dengan jaring laba-laba. Setelah itu, ya Venom meninggalkan tempat tersebut. Polisi dateng untuk menangkap penjahat, ya berdasarkan laporan dari pemilik rumah.
“Kota ini ada pahlawan yang menanggulangi kejahatan,” kata Pak Andre memeriksa kerja anak buahnya yang menangkap penjahat dan memasukkannya ke penjara.
Edi sampai di rumah. Venom, ya masih berada di tubuh Edi, ya sebagai benalu lah karena Edi inangnya. Edi pun istirahat dengan baik. Eeee tahu-tahu sudah pagi. Edi segera berbenah diri untuk sekolah. Setelah sarapan pagi, ya Edi pergi ke sekolah dengan berjalan kaki. Sampai juga sih ke di sekolah karena jarak dari rumah ke sekolah, ya dekatlah. Edi menjalankan aktivitasnya sebagai siswa SMA seperti biasanya.
Roy dan kawan-kawannya, ya bisa di bilang gengnya anak nakal di SMA gitu. Edi males berurusan dengan Roy. Edi lebih sering ke perpustakaan, ya ketika waktu jam istirahat gitu. Saat Edi melihat Lira, ya hati Edi dak dik duk. Rasa suka Edi dengan Lira itu masih ada sih. Venom mengetahui benar tentang Edi yang menyukai Lira. Venom menyuruh Edi untuk mendekati Lira dan jadian sama Lira. Edi tidak mau merusak hubungan Lira dengan Piter. Edi membiarkan perasaan sukanya sama Lira. Urusan baca di perpustakaan pun selesai, ya melanjutkan pelajaran di kelas dengan baik.
Waktu berjalan dengan semestinya. Pendidikan di sekolah, ya selesai juga. Edi pun pulang ke rumahnya dengan berjalan kaki seperti biasanya. Roy dan kawan-kawannya, ya masih berulah di suatu gang. Roy dan kawan-kawannya menegek pada remaja yang lemah gitu. Edi memang tidak mau berurusan dengan Roy dan kawan-kawan. Demi menolong orang, ya Edi berubah menjadi Venom. Segera Venom membuat takut Roy dan kawan-kawan. Karena wujud Venom, ya menyeramkan banget gitu, ya buas dan liar gitu. Venom pun menggunakan jaring laba-labanya, ya menggantung Roy dan kawan-kawan di pohon. Setelah itu, ya Venom meninggalkan tempat tersebut.
Venom pun kembali menjadi Edi. Edi pun sampai juga di rumah. Di kamarnya, Edi mulai belajar dengan baik, ya mengulas pelajaran sekolah dengan baik. Sampai waktu malam, ya Edi menikmati keindahan kota dengan wujud Venom, ya di atas gedunglah. Venom dengan kemampuannya, ya memberantas kejahatan kota. Sampai akhirnya berita tentang pahlawan bernama Venom, ya terkenal dan jadi bahan omongan orang-orang.
***
Budi selesai bercerita.
"Bagus cerita Budi. Cerita tentang Venom, ya simbiote," kata Eko.
"Cerita versi aku. Ya versinya masih kaitan SMA. Karena aku lulusan SMA sih," kata Budi.
"Ya aku paham sebagai teman baiknya Budi. Kalau begitu kita main catur saja!" kata Eko.
"Ok...main catur!" kata Budi.
Eko mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas mejalah papan catur. Eko dan Budi menyusun dengan baik, ya bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan roti yang enak gitu.