"Seperti biasanya kehidupan ini. Pedagang, pembeli, dan keamanan sana sini," celoteh Indro.
Indro pun ke tempat langganan satu persatu dengan baik, ya membeli barang yang di perlukan. Selang berapa saat. Indro telah mententeng dua plastik besar, ya barang yang telah ia beli.
"Aku pulang," celoteh Indro.
Indro pun segera pulang dengan naik motornya menuju rumah. Singkat waktu. Indro sampai di rumah. Indro pun membereskan semua belanjaannya di belakang.
"Semua di plastikin, ya agar praktis. Kemajuan zaman. Tapi plastik bermasalah karena sekali pakai di buang, jadinya sampah. Padahal proses plastik sekali pakai, ya menguntungkan bagi produsen pembuat plastik. Jadi minat masyarakat pada penggunaan plastik terus menerus. Keuntungan dari penjualan plastik, ya bisa membayar segala hal, ya termasuk gaji karyawan. Semua plastik sekali pakai ini aku bakar saja agar tidak jadi sampah. Kalau di buang di depan rumah, ya nunggu tukang sampah mengambilnya. Jadi prosesnya repot juga sampai ke pembuangan sampah. Setiap hari cuma ngurusin sampah ini dan itu. Daun jatuh ke tanah saja di bilang sampah. Hidup sudah kaya orang gila semuanya," celoteh Indro.
Indro membereskan semuanya dengan baik. Barulah Indro mulai memasak di dapur. Singkat waktu. Masakan yang di buat Indro jadi semua dan di taruh di lemari makan semuanya.
"Aku istirahat ah!" kata Indro.
Indro pun membuat kopi di dapur. Kopi pun jadi, ya di bawa ke ruang tengah oleh Indro. Ya Indro duduk di ruang tengah menaruh gelas kopi di meja dan mengambil remot di meja, ya segera menghidupkan Tv untuk menonton acara Tv yang bagus banget. Kasino di tempat kerjaannya, ya sedang melihat keadaan di balik jendela kaca.
"Keadaan seperti biasanya mengikuti peraturan pemerintahan yang urusannya berkaitan dengan Covid -19. Polusi debu, polusi asap sampai penyakit terbang di udara. Keadaan kehidupan sekarang ini tidak seteril lagi. Kadang lebih baik hidup seperti dulu dari pada hidup di zaman sekarang.....sakit semuanya termasuk ekonomi bagi yang masih sakit," celoteh Kasino.
Kasino pun mengerjakan pekerjaannya dengan baik di kantor. Dono sedang main sepedah, ya keliling lingkungan untuk melihat keadaan lingkungan. Dono pun berhenti menggoes sepedahnya di pinggir jalan.
"Semua seperti biasanya. Di ulang-ulang seperti biasa dengan tujuan masing-masing," kata Dono.
Roh pun muncul di sebelah kanan Dono.
"Kenyataan hidup seperti apa adanya," kata Roh.
"Kadang aku ingin hidup seperti dulu aja, ya tidak serunyem sekarang ini. Kesehatan di nomor satukan, maka itu manusia pake masker...tujuan mencegah ini dan itu," kata Dono.
"Hidup manusia itu. Ada yang jujur dan ada yang bohong. Kadang kebohongan ribuan tahun pun di jalankan demi hidup di muka bumi ini. Sedang yang jujur yang paling benar telah terabaikan dari dulu. Jadi lah hidup sekarang ini," kata Roh.
"Kenyataan memang hidup harus mengikuti keadaan. Kebohongan terus terjadi. Kejujuran telah terabaikan. Hidup memang semu segalanya. Sampai dunia ini hancur dengan kebodohan manusia itu sendiri," kata Dono.
"Manusia yang berbuat, ya manusia yang bertanggungjawab. Apa saja yang telah di bangun di muka bumi ini dengan tujuan yang di rencanakan manusia yang menjadi pemimpin di muka bumi ini," kata Roh.
"Kenyataan hidup seperti itu adanya," kata Dono.
Dono pun menggoes sepedahnya dengan baik. Ketika masuk gang menuju rumah. Dono berhenti melihat cewek yang ia sukai di depan rumahnya.
"Kenapa aku tidak bisa bersama cewek itu, padahal aku menyukainya dari dulu?" kata Dono.
"Urusan Hawa dari zaman awal manusia turun ke bumi ini untuk mengisi bumi ini tidak pernah selesai.....urusan seperti itu," kata Roh.
"Ya aku paham," kata Dono.
Dono pun menggoes sepedahnya lagi dengan baik menuju rumah. Sampai di rumah. Dono, ya duduk di ruang tamu, ya istirahat karena capek main sepedah. Indro pindah duduknya ke ruang tamu.
Dono pun bercoleteh sebuah kata "Sisi"
Indro memang mendengar omongan Dono kata 'Sisi', jadi bertanya ke Dono 'Sisi....siapa Don?"
"Sisi....cinta yang tersembunyi," kata Dono.
"Cinta yang tersembunyi. Berarti ada kisah cinta lain dong, biasanya Wulan dan Rara?!" kata Indro.
"Bisa di bilang begitu," kata Dono.
"Misteri cintanya Dono," kata Indro.
"Kenyataanya seperti itu. Laki-laki tetap tidak bisa mencintai satu cewek kan," kata Dono.
"Itu cuma alasan saja, Don," kata Indro.
"Jalan kehidupannya yang berbeda. Itulah kenyataannya," kata Dono.
"Ooooo karena jalan kehidupannya berbeda toh. Jadi tidak bersama dengan Sisi toh. Jadilah Misteri cintanya Dono," kata Indro.
"Sudah ah aku mau beres-beres diri dulu di belakang," kata Dono.
"Iya," kata Indro.
Indro pun kembali ke ruang tengah untuk menonton Tv. Dono, ya beres-beres di diri di belakang. Selang berapa saat, ya Dono telah selesai beres-beres diri. Dono pun di kamarnya, ya mulai mengetik di leptopnya dengan baik untuk membuat cerita seperti biasa dengan bahan yang di ambil dari lingkungan sekitar saja.