CAMPUR ADUK

Tuesday, February 8, 2022

TEMA SMA

Budi dan Eko duduk di depan rumahnya Budi. Ya Budi memainkan gitarnya dengan baik, ya sambil menyanyikan sebuah lagu lama dengan judul "Galih Ratna". Eko bernyanyi juga lah.

Lirik lagu yang dinyanyikan Budi dan Eko :

"Dua sejoli menjalin cinta
Cinta bersemi dari SMA
Galih dan Ratna mengikat janji
Janji setia setia abadi

Oh Galih oh Ratna
Cintamu abadi
Wahai galih duhai Ratna
Tiada petaka merenggut kasihmu

Dua sejoli menjalin cinta
Cinta bersemi dari SMA
Galih dan Ratna mengikat janji
Janji setia setia abadi

Oh Galih oh Ratna
Cintamu abadi
Wahai galih duhai Ratna
Tiada petaka merenggut kasihmu

Dua sejoli menjalin cinta
Cinta bersemi dari SMA
Galih dan Ratna mengikat janji
Janji setia setia abadi

Oh Galih oh Ratna
Cintamu abadi
Wahai galih duhai Ratna
Tiada petaka merenggut kasihmu

Oh Galih oh Ratna
Cintamu abadi
Wahai galih duhai Ratna
Tiada petaka merenggut kasihmu

Oh Galih oh Ratna
Cintamu abadi
Wahai galih duhai Ratna
Tiada petaka merenggut kasihmu

Oh Galih oh Ratna
Cintamu abadi
Wahai galih duhai Ratna"

***


Budi dan Eko, ya selesai menyanyi dan Budi menaruh gitar di kursi yang kosong. Budi dan Eko menikmati minum kopi dan juga gorengan lah. 

"Acara Tv," kata Budi.

"Ada apa dengan acara Tv?!" kata Eko.

"Ya...acara Tv-nya. Dari sinetron sampai lawak, ya acara mengambil tema anak sekolahan," kata Budi.

"Anak sekolahan. Maksudnya...Si Doel Anak Sekolahan?!" kata Eko.

"Bukan Si Doel Anak Sekolahan. Yang aku maksud sih. Temanya SMA gitu, ya acara Tv dari sinetron sampai lawak!" kata Budi.

"SMA. Mungkin ceritanya trennya SMA," kata Eko.

"Gimana dengan kita Eko?!" kata Budi.

"Kalau kita sih. Mantan anak SMA!" kata Eko.

"Masih ada kaitannya, ya Eko kan?!" kata Budi.

"Masih sih. Ilmu aku dan Budi kan, ya masih lebih banyak menggunakan ilmu-ilmu SMA," kata Eko.

"Termasuk Abdul kan Eko?!" kata Budi.

"Iya!" kata Eko.

"Yang beda itu....Erwin dan Putri, ya melanjutkan pendidikannya ke Universitas di Jakarta, ya ilmunya anak kuliahan. Kaya cerita Si Doel Anak Sekolahan gitu," kata Budi.

"Kuliah itu. Tujuannya, ya mencapai masa depan yang lebih baik dari bidang keilmuan," kata Eko. 

"Realita kenyataannya begitu," kata Budi. 

"Masa depan yang baik. Bisa jadi pemimpin, ya dari lulusan Universitas, ya kan Eko?!" kata Budi. 

"Contoh yang tepat itu.... Pak Presiden, ya lulusan Universitas. Jadi pemimpin untuk negeri ini. Ya membangun negeri ini dengan jiwa dan raganya, ya tujuan kemajuan ini dan itu," kata Eko. 

"Hasil pembangunan ini dan itu, ya di rasakan sampai rakyat kecil," kata Budi. 

"Kata berita di media ini dan itu, ya sampai kata orang-orang, ya sampainya ke telinga kita lah. Ya iya sih dirasakan hasil pembangunan ini dan itu," kata Eko. 

"Sekedar obrolan lulusan SMA, ya kan Eko?!" kata Budi. 

"Iya....sekedar bahan obrolan lulusan SMA, ya karena masih kurang ilmu ini dan itu. Ya beda orang-orang lulusan Universitas," kata Eko. 

"Kalau begitu sih....main catur saja!" kata Budi. 

"Ok...main catur!" kata Eko. 

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas mejalah papan catur. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur.

"Artikel yang di buat lulusan Universitas, ya kerjaan jadi wartawan di media ini dan itu. Artikelnya bagus-bagus gitu," kata Budi. 

"Berkualitas maksudnya Budi?!" kata Eko. 

"Iya...maksudnya....berkualitas!" kata Budi. 

"Emmmm," kata Eko. 

Eko dan Budi main catur dengan baik, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan lah. 

CUKUP MERASAKAN JADI ORANG KAYA

Malam yang tenang di kediaman rumah Eko. Ya Budi dan Eko duduk di depan rumah, ya sambil menikmati minum kopi dan juga roti bakar, ya beli Budi lah. Rezeki Budi lagi bagus gitu, ya jadinya bagi-bagi rezeki sama Eko, ya biasa makan bareng dengan teman baik gitu.

"Eko. Ada beberapa tempat. Tanah yang luas punya orang kaya dan juga kantor-kantor pemerintahan yang tidak terpakai lagi karena keadaan dari sistem pemerintahan yang baru dalam bentuk birokrasi satu atap," kata Budi.

"Terus!!!!" kata Eko.

"Kalau tanah yang nganggur itu di garap dengan baik, ya jadi lapangan pekerjaan yang baik. Dan tempat-tempat kantor pemerintahan yang tidak di pakai lagi, ya di alih fungsi kan dengan baik, ya jadi berguna di lihat mata dari pada....jadinya seperti rumah hantu gitu," kata Budi.

"Kalau urusan kantor-kantor pemerintahan yang tidak di gunakan lagi karena keadaan ini dan itu, ya aku sih yang masih lulusan SMA dan masih kurang ilmu ini dan itu, ya lebih baik tidak perlu di obrolin, ya tidak bahas gitu. Kalau urusan tanah yang luas punya orang kaya, ya aku sih setuju dengan omongan Budi, ya di garap dengan baik, ya minimal di tanam sesuatu yang bermanfaat gitu. Tapi harus di perhitungkan dengan keadaan dari tanah itu, ya tingkat kesuburuan tanahnya," kata Eko.

"Tingkat kesuburan tanahnya. Mudahnya mendapatkan air, ya kan Eko?!" kata Budi.

"Memang air itu penting banget untuk urusan tanam-menanam. Kalau tanahnya di salah satu daerah, ya di sebut daerah gunung batu, ya tempat itu memang tempat mengambil batu bangunan sih, ya itu sih sulit juga untuk di tanami. Airnya juga susah. Lagian kebanyakan yang tinggal di daerah itu pun, ya orang miskin, ya karena keadaan....tanah sudah di miliki orang kaya,"kata Eko.

"Daerah gunung batu, ya memang kata orang sih begini dan begitu sih. Tanah yang aku omongin ini, ya airnya mudah sih. Cuma sayang saja tidak di garap gitu," kata Budi.

"Orang kaya, ya tanahnya di mana-mana, ya warisan nenek moyang. Biasa itu mah di Lampung. Yang susah itu orang miskin banget. Sudah numpang di tanah orang. Lingkungannya buruk. Di maling pula sama orang sekitar. Hidup, ya tambah pait banget tuh orang miskin," kata Eko.

"Ya...gimana ya. Tidak bisa di omongin sih. Akhlak manusia dari suku ini dan itu sih mempengaruhinya," kata Budi.

"Emmm," kata Eko.

Eko dan Budi, ya menikmati minum kopi dan makan roti bakar dengan baik.

"Miskin berusaha dengan baik. Akhirnya, ya jadi hidup dengan baik, ya sederhana lah. Belum kaya. Tetap masih menikmati hidup dengan baik," kata Budi.

"Itu sih aku dan Budi!" kata Eko.

"Abdul juga, ya kan Eko," kata Budi.

"Iya!!!" kata Eko.

"Sekedar bahan obrolan yang kita omongin ini dan itu, ya kan Eko?!" kata Budi.

"Iya!!!" kata Eko.

"Lebih baik main catur!" kata Budi.

"Ok...main catur!" kata Eko.

Eko mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur lah. Eko dan Budi menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur.

"Berita di Tv. Tentang mobil mewah," kata Budi.

"Budi kepengen mengendarai mobil mewah yang supermahal gitu?!" kata Eko.

"Ya bisa di bilang begitu sih," kata Budi.

"Teman saja sama anak Pak Presiden. Kan kata orang-orang....anak Pak Presiden baik. Ya mungkin di pinjemin mobil mewahnya untuk di kendarai Budi. Jadi Budi merasakan jadi orang kaya gitu. Atau temanan dengan anak Bos apa gitu. Pasti di pinjemin mobil mewahnya, ya cuma di pake sebentar di kendarai Budi, ya untuk merasakan jadi orang kaya gitu," saran Eko.

"Omongan Eko bener sih. Ada cerita seorang pemuda yang baik. Ya di pinjemin mobil sama Bos, ya mobil mewahnya. Pemuda itu memakai mobil itu sebentar sih, ya merasakan rasanya jadi orang kaya," kata Budi.

"Cukup merasakan jadi orang kaya, ya orang miskin yang baik budi pekertinya, ya sudah cukup dengan merasakan seperti itu," kata Eko.

"Memang cukup merasakan jadi orang kaya, ya sudah cukup bagi orang miskin yang baik. Lalu orang miskinnya berusaha dengan baik, ya jadi orang kaya dengan usaha yang baik. Walaupun butuh waktu yang lama bagi orang miskin jadi orang kaya, ya karena keadaan ini dan itu," kata Budi.

Budi dan Eko main catur dengan baik, sambil menikmati minum kopi dan juga makan roti bakar yang enak banget.

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK