"Eko. Ada beberapa tempat. Tanah yang luas punya orang kaya dan juga kantor-kantor pemerintahan yang tidak terpakai lagi karena keadaan dari sistem pemerintahan yang baru dalam bentuk birokrasi satu atap," kata Budi.
"Terus!!!!" kata Eko.
"Kalau tanah yang nganggur itu di garap dengan baik, ya jadi lapangan pekerjaan yang baik. Dan tempat-tempat kantor pemerintahan yang tidak di pakai lagi, ya di alih fungsi kan dengan baik, ya jadi berguna di lihat mata dari pada....jadinya seperti rumah hantu gitu," kata Budi.
"Kalau urusan kantor-kantor pemerintahan yang tidak di gunakan lagi karena keadaan ini dan itu, ya aku sih yang masih lulusan SMA dan masih kurang ilmu ini dan itu, ya lebih baik tidak perlu di obrolin, ya tidak bahas gitu. Kalau urusan tanah yang luas punya orang kaya, ya aku sih setuju dengan omongan Budi, ya di garap dengan baik, ya minimal di tanam sesuatu yang bermanfaat gitu. Tapi harus di perhitungkan dengan keadaan dari tanah itu, ya tingkat kesuburuan tanahnya," kata Eko.
"Tingkat kesuburan tanahnya. Mudahnya mendapatkan air, ya kan Eko?!" kata Budi.
"Memang air itu penting banget untuk urusan tanam-menanam. Kalau tanahnya di salah satu daerah, ya di sebut daerah gunung batu, ya tempat itu memang tempat mengambil batu bangunan sih, ya itu sih sulit juga untuk di tanami. Airnya juga susah. Lagian kebanyakan yang tinggal di daerah itu pun, ya orang miskin, ya karena keadaan....tanah sudah di miliki orang kaya,"kata Eko.
"Daerah gunung batu, ya memang kata orang sih begini dan begitu sih. Tanah yang aku omongin ini, ya airnya mudah sih. Cuma sayang saja tidak di garap gitu," kata Budi.
"Orang kaya, ya tanahnya di mana-mana, ya warisan nenek moyang. Biasa itu mah di Lampung. Yang susah itu orang miskin banget. Sudah numpang di tanah orang. Lingkungannya buruk. Di maling pula sama orang sekitar. Hidup, ya tambah pait banget tuh orang miskin," kata Eko.
"Ya...gimana ya. Tidak bisa di omongin sih. Akhlak manusia dari suku ini dan itu sih mempengaruhinya," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Eko dan Budi, ya menikmati minum kopi dan makan roti bakar dengan baik.
"Miskin berusaha dengan baik. Akhirnya, ya jadi hidup dengan baik, ya sederhana lah. Belum kaya. Tetap masih menikmati hidup dengan baik," kata Budi.
"Itu sih aku dan Budi!" kata Eko.
"Abdul juga, ya kan Eko," kata Budi.
"Iya!!!" kata Eko.
"Sekedar bahan obrolan yang kita omongin ini dan itu, ya kan Eko?!" kata Budi.
"Iya!!!" kata Eko.
"Lebih baik main catur!" kata Budi.
"Ok...main catur!" kata Eko.
Eko mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur lah. Eko dan Budi menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur.
"Berita di Tv. Tentang mobil mewah," kata Budi.
"Budi kepengen mengendarai mobil mewah yang supermahal gitu?!" kata Eko.
"Ya bisa di bilang begitu sih," kata Budi.
"Teman saja sama anak Pak Presiden. Kan kata orang-orang....anak Pak Presiden baik. Ya mungkin di pinjemin mobil mewahnya untuk di kendarai Budi. Jadi Budi merasakan jadi orang kaya gitu. Atau temanan dengan anak Bos apa gitu. Pasti di pinjemin mobil mewahnya, ya cuma di pake sebentar di kendarai Budi, ya untuk merasakan jadi orang kaya gitu," saran Eko.
"Omongan Eko bener sih. Ada cerita seorang pemuda yang baik. Ya di pinjemin mobil sama Bos, ya mobil mewahnya. Pemuda itu memakai mobil itu sebentar sih, ya merasakan rasanya jadi orang kaya," kata Budi.
"Cukup merasakan jadi orang kaya, ya orang miskin yang baik budi pekertinya, ya sudah cukup dengan merasakan seperti itu," kata Eko.
"Memang cukup merasakan jadi orang kaya, ya sudah cukup bagi orang miskin yang baik. Lalu orang miskinnya berusaha dengan baik, ya jadi orang kaya dengan usaha yang baik. Walaupun butuh waktu yang lama bagi orang miskin jadi orang kaya, ya karena keadaan ini dan itu," kata Budi.
Budi dan Eko main catur dengan baik, sambil menikmati minum kopi dan juga makan roti bakar yang enak banget.
No comments:
Post a Comment