Kasino dan Indro sedang nonton Tv di ruang tengah. Acara di Tv menceritakan orang-orang suku pedalaman yang hidup dengan penuh keharmonisan dengan alam, ya dengan baik. Orang-orang suku pedalaman mengadakan acara yang sifatnya ritual gitu untuk ucap syukur pada Tuhan dengan acara kurban kambing, ya penyembelihan gitu yang di pimpin oleh pendeta yang mampu mendengarkan suara Roh. Daging kambing kurban tersebut pun di masak dengan baik, ya sampai mantang dan di makan sama orang-orang suku pedalaman. Acara berjalan dengan baik banget dengan penuh kegembiraan gitu.
"Kasino," kata Indro.
"Apa?" kata Kasino.
"Cerita orang suku pedalaman bagus ya Kasino," kata Indro.
"Iya," kata Kasino.
"Pendeta yang bisa mendengarkan Roh. Sama di sebut utusan Tuhan kan?!" kata Indro.
"Iya memang sih. Pendeta itu sama di sebut utusan Tuhan. Pendetanya kan membimbing orang-orang untuk menyembah Tuhan, ya berdasarkan arahan dari Roh yang di dengar sama Pendeta," kata Kasino.
"Bisa saja di bilang Pendeta itu Nabinya untuk orang-orang suku pedalaman," kata Indro.
"Ya bener omongan Indro," kata Kasino menegaskan omongan Indro.
"Jadi bentuk dari agamanya orang-orang suku pedalaman dong," kata Indro.
"Iya," kata Kasino.
"Jadi orang terpilih jadi Pendeta atau Utusan Tuhan atau Nabi, ya harus mampu mendengarkan suara Roh," kata Indro.
"Benerlah omongan Indro," kata Kasino menegaskan omongan Indro.
"Bagaimana dengan Dono yang bisa mendengarkan suara Roh?" kata Indro.
"Di bilang sama jadi keruh. Di bilang tidak sama bingung juga. Ya sudahlah. Sama aja. Cuma obrolan saja kan," kata Kasino.
"Berarti kedudukannya sama toh," kata Indro.
Indro dan Kasino terus nonton Tv dengan baik sampai filmnya habis dan di ganti acara berita. Dono di ruang tamu sedang baca Al-Qur'an dengan baik banget. Di luar rumah, ya lingkungan gitu. Terdengar suara anak-anak sedang main petasan. Meledak sana meledak sini. Dono tetap jojong baca Al-Qur'an dengan baik banget. Kasino dan Indro, ya tetap asik nonton Tv.