Eko duduk di depan rumah Budi. Ya Budi sedang membeli makan berupa roti di warung di gitu. Eko menunggu Budi, ya duduk santai sambil menikmati minum kopi yang di buat Budi, ya sebelum Budi pergi ke warung untuk beli roti gitu. Ya Eko mengambil buku di bawah meja, ya buku berisi kumpulan cerpen dari koran, majalah dan lain-lain, ya di baca dengan baik salah satu cerita dengan judul 'Sang Kiai'.
Isi cerita yang di baca Eko :
Pendudukan Jepang ternyata tidak lebih baik dari Belanda. Jepang mulai melarang pengibaran bendera merah putih, melarang lagu Indonesia Raya dan memaksa rakyat Indonesia untuk melakukan Seikerei, ya menghormat kepada Matahari. KH Hasyim Asyari sebagai tokoh besar agamais saat itu menolak untuk melakukan Seikerei karena beranggapan bahwa tindakan itu menyimpang dari aqidah agama Islam. Menolak karena sebagai umat Islam, hanya boleh menyembah kepada Allah SWT. Karena tindakannya yang berani itu, Jepang menangkap KH Hasyim Asyari.
KH Wahid Hasyim, salah satu putra dia mencari jalan diplomasi untuk membebaskan KH Hasyim Asyari. Berbeda dengan Harun, salah satu santri KH Hasyim Asyari yang percaya cara kekerasanlah yang dapat menyelesaikan masalah tersebut. Harun menghimpun kekuatan santri untuk melakukan demo menuntut kebebasan KH Hasyim Asyari. Tetapi harun salah karena cara tersebut malah menambah korban berjatuhan.
Dengan cara damai KH Wahid Hasyim berhasil memenangkan diplomasi terhadap pihak Jepang dan KH Hasyim Asyari berhasil dibebaskan. Ternyata perjuangan melawan Jepang tidak berakhir sampai disini. Jepang memaksa rakyat Indonesia untuk melimpahkan hasil bumi. Jepang menggunakan Masyumi yang diketuai KH. Hasyim Asy'ari untuk menggalakkan bercocok tanam. Bahkan seruan itu terselip di ceramah sholat Jum'at. Ternyata hasil tanam rakyat tersebut harus disetor ke pihak Jepang. Padahal saat itu rakyat sedang mengalami krisis beras, bahkan lumbung pesantren pun nyaris kosong. Harun melihat masalah ini secara harfiah dan merasa bahwa KH. Hasyim Asy'ari mendukung Jepang, hingga ia memutuskan untuk pergi dari pesantren.
Jepang kalah perang, Sekutu mulai datang. Soekarno sebagai presiden saat itu mengirim utusannya ke Tebuireng untuk meminta KH Hasyim Asyari membantu mempertahankan kemerdekaan. KH Hasyim Asyari menjawab permintaan Soekarno dengan mengeluarkan Resolusi Jihad yang kemudian membuat barisan santri dan masa penduduk Surabaya berduyun duyun tanpa rasa takut melawan sekutu di Surabaya. Gema resolusi jihad yang didukung oleh semangat spiritual keagamaan membuat Indonesia berani mati.
Di Jombang, Sarinah membantu barisan santri perempuan merawat korban perang dan mempersiapkan ransum. Barisan laskar santri pulang dalam beberapa truk ke Tebuireng. KH Hasyim Asyari menyambut kedatangan santri- santrinya yang gagah berani, tetapi air mata mengambang di matanya yang nanar.
***
Eko cukup lama membaca cerita dan akhirnya selesai gitu. Buku di tutup dengan baik, ya Eko berkata "Ceritanya bagus. Pinter yang buat ceritanya."
Eko menaruh buku di bawah meja. Budi dateng dengan membawa seplastik berisi roti gitu. Budi duduk dan seplastik berisi roti, ya di taruh di meja. Eko mengambil roti di dalam plastik, ya di makan dengan baik lah roti. Budi mengambil gelas berisi kopi, ya di minum dengan baik.
"Rotinya enak," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.
"Berita di Tv mengangkat nama Kiai ini dan itu, ya berdasarkan pokok masalah yang ini dan itu," kata Budi.
Budi mengambil roti di plastik, ya di makan dengan baik roti lah.
"Ya nama juga berita. Kerjaannya orang-orang lulusan Universitas, ya di berita kan dengan baik berita dan di bahas dengan baik pokok masalahnya, ya untuk di selesaikan masalahnya berdasarkan ilmu ini dan itu, ya termasuk hukum lah," kata Eko.
"Ya bener omongan Eko. Namanya berita. Kita hanya menonton dengan baik, ya berita di Tv," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Eko mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik lah kopi.
"Berita urusan pemerintahan ini dan itu, ya bagus sih beritanya," kata Budi.
Eko menaruh gelas berisi kopi di meja.
"Ya berita dari dalam negeri dan luar negeri, ya memang bagus sih memberikan keadaan ini dan itu. Dan juga memberitakan pemimpin negeri ini dan itu," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah.
"Kalau begitu, ya lebih baik main catur saja Budi!" kata Eko.
Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.
"Ok...main catur!" kata Budi.
Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik.