CAMPUR ADUK

Thursday, July 9, 2020

REALITA HIDUP

Jono sedang asik duduk di bawah pohon setelah bermain sepedah. Dedi pun ikutan duduk juga duduk di bawah pohon.

"Hari menyenangkan main sepedah, ya...Jono," kata Dedi.

"Iya," kata Jono.

"Jono...apa kamu melanjutkan sekolah ke SMA?" tanya Dedi.

"Enggaklah. Orang tua ku hanya mampu membiayai sekolah ku sampai SMP saja," kata Jono.

"Jadi sebatas SMP saja. Kalau orang tua ku mampu...Jono. Jadi sekolahku lanjut ke SMA," kata Dedi.

"Sekolah itu hanya belajar dan belajar saja. Pada akhirnya untuk kerja agar dapat menghasilkan uang yang di gunakan membeli ini dan itu yang kita butuh kan. Sudah jalan nasif ku sebatas SMP saja pendidikan ku. Aku tidak perlu menyesal dengan jalan nasif karena keadaan keluarga ku yang tidak mampu," kata Jono yang bercerita tentang keadaan dirinya.

"Aku mengerti Jono, keadaan dirimu. Ya aku tahu sih sebenarnya aku yang melanjutkan sekolah pun sadar. Apakah setelah aku lulus SMA, bisa bekerja di tempatnya bagus dan gajinya bagus? Atau sebaliknya aku hanya membuat usaha saja demi melanjutkan hidup," kata Dedi.

"Ada seorang berpendidikan yang tinggi gitu. Aku lupa namanya. Tapi orang tersebut menjelaskan tentang kebenaran yang terjadi tentang keadaan yang sebenarnya jadi pandangan aku. Katanya, 200 anak SMA lulus sekolah berlomba untuk masuk bisa bekerja di perusahaan. Tapi ternyata perusahaan hanya butuh 20 orang, jadi sisanya ada yang nganggur, melanjutkan sekolahnya ke Universitas dengan biaya mencekik leher, ada juga yang membuat usaha. Itu di lihat dari 1 perbandingan dari 100 perbandingan," kata Jono bercerita.

"Berarti, benar lah pengangguran itu tinggi banget karena jaminan untuk kerja lewat pendidikan ya....rendah banget," kata Dedi.

"Pengangguran memang tinggi lah. Mau gimana lagi. Sudah keadaannya dari dulu sampai sekarang," kata Jono.

"Aku pun akan berusaha agar tidak jadi nganggur setelah lulus SMA," kata Dedi yang optimis.

"Banyak orang yang bicara seperti itu. Setelah SMA...pasti bekerja. Sampai merantau ke kota lain atau negeri lain sekali pun tetap saja nganggur," kata Jono.

"Masa depan yang suram. Aku yang bingung," kata Dedi.

"Memang masa depan yang suram seperti aku. Hanya sebatas pendidikan SMP saja. Ya aku yang sadar hanya bisa kerja bantu orang tua atau ikut orang yang punya usaha dan terakhir ya....dagang apa aja yang penting bisa bertahan hidup?!" kata Jono.

"Ya sudahlah jangan di bicara kan lagi. Lebih baik main sepedah lagi. Hari ini bersenang-senang dulu baru kita pikirkan masa depan yang baik untuk kita...walau masa depan tetap tidak bisa di tebak karena keadaan yang sebenarnya. Kata orang-orang yang ngomong di Tv, karena ekonomi atau kebijakan pemerintahan dalam menjalankan pemerintahan itu sendiri," kata Dedi.

"Lebih baik main sepedah menyenangkan hari ini, esok aku pilih jalan hidup berdagang," kata Jono.

Jono dan Dedi pun mulai mengayuh sepedahnya dengan baik dan melupakan pembicaraan tersebut yang hanya sekedar saja sebatas obrolan anak SMP yang hanya tahu sedikit tentang pendidikan. Sampai waktu sudah sore hari, ya Jono dan Dedi pulang ke rumah masing-masing. Dedi yang punya ke optimisan untuk melanjutkan sekolah SMA jadi belajar di rumah dengan baik. Jono pun sadar dengan keadaan dirinya dan keluarganya yang miskin. Jadi ia mulai memikirkan dagangan apa yang mau ia jual? Jono pun dapet masuk kan dari Ayah dan Ibunya, ya jualan cilok.

Jono pun mulai belajar membuat cilok dengan modal pas-pasan sampai hasilnya bisa membuat cilok yang enak. Sepedah kesayangan Jono pun di modifikasi oleh Jono dan Ayah untuk jualan. Waktu yang tepat pun Jono berkeliling menjajakan jualannya sampai ngetem di sekolahnya SMA di mana Dedi bersekolah di situ. Saat jam istirahat. Dedi pun menghampiri Jono yang berjualan cilok.

"Jon, jadi pedagang killing," kata Dedi.

"Jadi lah demi hidup. Aku bukan pengangguran, tapi anak yang produktif," kata Jono.

"Keadaan yang membuat mu jadi lebih baik dari aku, karena langsung kerja dan kerja. Sedang aku hanya belajar dan belajar...entah kapan aku akan memulai kerja?" kata Dedi.

"Setelah lulus SMA," kata Jono.

"Mungkin atau aku melanjutkan kuliah karena permintaan orang tua ku," kata Dedi.

"Kalau begitu sih, belajar lah jadi orang menguasai ilmu ini dan itu. Siapa tahu di masa depan kamu bisa jadi orang hebat, ya bisa menghapus masa depan yang suram?!" kata Jono.

"Aku paham. Persaingan ketat untuk bisa jadi orang yang sukses," kata Dedi.

"Ya, ilah...kenyataannya seperti itu," kata Jono.

Jojo pun menjual ciloknya, ya lumayan sih. Dedi pun membeli juga. Waktu istirahat pun habis, ya Dedi pun masuk kelasnya. Jono pun meninggalkan sekolahannya Dedi, ya mulai berjalan ke sana ke sini sampai jualannya habis. Sore pun tiba. Jono pun pulang ke rumah dan segera memberikan uang hasil jualannya ke Ibunya. Jono pun berbenah diri baru deh beristirahat sambil nonton Tv, ya Tv-nya juga Tv butut gitu dan warna di Tv pun tidak ada lagi jadinya Tv hitam putih. Tetap saja Jono asik nonton Tv bersama Ayah dan Ibu.

Dedi pun seperti biasa dengan keoptimisannya untuk jadi sukses, ya terus membimbing dirinya belajar dan belajar di rumah untuk mengubah masa depan yang suram jadi masa depan yang gemilang

SI GAGAP

Lolo berjalan dengan santai di pinggir jalan dengan memegang setangkai bunga mawar putih, yang di berikan oleh Dinda teman baik Lolo. Terjadilah pertengkaran di pinggir jalan. Pak Tua penjual somay di palak dua preman dan juga Pak Tua pun terjatuh ke jalan beraspal karena memang di dorong preman. Dua preman pun mengambil uang Pak Tua.

Lolo pun menolong Pak Tua tersebut dan berkata "Ke...mbali...kan u...ang ya...ng ka...mu ram...pas!"

"Apa yang kamu bilang? Hey bocah gagap, pulangkan uang ini! Nehiiii," kata preman berkepala botak.

"Kem... balikan!" kata Lolo.

Dua preman pun kesal dengan Lolo, jadi merampas bunga di tangan Lolo dan di buang di jalan, ya di injak-injak sama preman.

"Bu...nga da...ri...Din...da," kata Lolo.

Lolo pun marah besar, ya menyerang preman dengan tinjuan dan tendangan. Pertarungan sengit banget. Sampai akhirnya Lolo pun mengalahkan preman dan mengambil uang di rampas preman. Ya preman pun pergi dari situ. Uang pun Lolo berikan pada Pak Tua.

"Terima kasih, ya nak atas bantuannya," kata Pak Tua.

"I....ya..Pa..k," kata Lolo.

Pak Tua pun mendorong gerobak somaynya lagi, ya meninggalkan Lolo. Sedangkan Lolo meratapin setangkai bunga mawar putih yang di injak-injak preman. Lolo pun mengambil tangkai bunga tersebut dan segera berjalan menuju rumah. Sampai di rumah Lolo menanam setangkai bunga mawar putih, ya berharap tumbuh sih. Padahal Lolo di ledek Abangnya, Tito "Lolo setangkai bunga rusak itu tidak tumbuh lagi jadi bunga lagi."

Lolo yang kekeh dengan keinginannya, ya di tanam setangkai bunga tersebut. Berhari-hari di rawat tanaman Lolo di pot akhirnya tumbuh juga setangkai bunga mawar tersebut sampai-sampai Abang Lolo, Tito berkata "Keajaiban."

Lolo pun segera ke rumah Dinda, ya ingin memberikan tahu tentang setangkai bunga yang ia tanam. Dinda ternyata bersama dengan cowok yang Lolo tidak kenal dan Dinda pun memberitahukannya siapa cowok tersebut adalah Bram, calon suaminya Dinda. Lolo pun langsung kaget bener, ya patah hati sih. Lolo pun pamit pulang dan tidak jadi memberitahu tentang setangkai bunga mawar putih yang telah tumbuh.

Lolo pun, ya segera pulang ke rumahnya. Saat di tengah jalan. Dua preman, ya lagi rampok cewek cantik saat mobilnya mogok. Lolo bergerak cepat menolong cewek cantik. Pertarungan, ya terjadi dengan sengit banget. Dua preman pun di kalah kan Lolo sampai kabur dari situ.

"Terima kasih atas pertolongannya," kata Maria.

"I...ya," kata Lolo.

"Nama...adik siapa?" tanya Maria.

"A..ku. Lo..lo..," kata Lolo.

"Lolo. Aku Maria. Sekali lagi terima kasih atas bantuannya," kata Maria Vania.

"I...ya," kata Lolo.

Lolo pun menawarkan bantuan untuk membenarkan mobil yang mogok ke Maria, ya di persilakan oleh Maria membenarkan mobilnya. Lolo memeriksa mobil dengan baik. Ya akhirnya berhasil menghidupkan mobil. Maria, ya berterima kasih kembali pertolongan Lolo sekian kalinya.

Maria pun meninggalkan tempat tersebut. Lolo pun, ya pulang ke rumah. Lolo pun tetap merawat setangkai bunga mawar putih sampai berbunga bagus banget. Tito tetap memperhatikan adiknya Lolo yang tidak sempurna itu, ya gagap kekurangan Lolo. Ya Lolo pun berharap Dinda bisa bersama Lolo seperti dulu. Lolo pun harus sadar dengan kenyataan, mau gak mau harus mengikhlaskan Dinda.

Lolo pun tetap ke rumah Dinda sebagai teman dan juga menolong orang-orang yang kesusahan karena musibah dari kejahatan di jalanan. Lolo terus membimbing dirinya dengan melatih bela diri di rumahnya, yang mengajarkan almarhum Ayahnya Lolo. Ketika waktunya turnamen bela diri diadakan. Lolo ikut dalam turnamen tersebut. Pertarungan terus bergulir sampai akhirnya pertarungan terakhir. Lolo melawan Yoga juara turnamen tahun lalu. Lolo mengerahkan seluruh kemampuannya untuk mengalahkan Yoga. Walau sebenarnya Lolo susah juga mengalahkan juara turnamen bela diri tahun lalu. Ternyata Lolo pun berhasil mengalahkan Yoga dan jadi pemenang. Dinda pun hadir menonton pertandingan Lolo dan mengucapkan selamat atas ke berhasilan Lolo memenangkan turnamen bela diri. Dinda pun memberitahukannya dirinya telah menolak Bram, karena Bram orangnya jahat...ya penipu gitu dan sudah masuk penjara atas perbuatannya.

Lolo pun senang Dinda telah putus hubungan dengan Bram, jadi hubungan Lolo dan Dinda kembali seperti dulu lagi dan akhirnya Lolo berani menyatakan cintanya ke Dinda dan Dinda terima Cinta Lolo. Ya Lolo pun menceritakan tentang setangkai bunga mawar  putih ke Dinda yang tumbuh karena di rawat baik, padahal sudah rusak di injak-injak preman. Dinda pun berkata "Keajaiban bunga mawar putih itu tumbuh."

Lolo pun senang mendengar omongan Dinda tentang bunga tersebut karena sama dengan Abangnya Lolo, Tito "Keajaiban". Dinda pun melihat bunga mawar putih yang di rawat Lolo dengan baik. Hubungan Lolo dan Dinda ya bagus bagusnya seperti bunga mawar putih yang tumbuh sampai berbunga bagus karena di jaga dengan baik.

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK