CAMPUR ADUK

Thursday, October 14, 2021

BERITA DI KORAN

Budi di depan rumah sedang baca koran, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan. Eko sampai di rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di halaman depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik.

"Sekarang ini marak beritanya tentang pinjol (Pinjaman Online)..," kata Eko.

"Ini aku lagi baca beritanya di koran. Tentang polisi menangkap semua orang yang terkait dengan pinjol karena merugikan masyarakat gitu," kata Budi.

Budi menaruh koran di meja dan mengambil bakwan goreng di piring, ya bakwan di makan dengan baik sama Budi.

"Ada-ada saja ulah manusia yang hidup di muka bumi ini yang berakhir dengan urusan sama polisi," kata Eko.

Eko mengambil tahu goreng di piring, ya di makan dengan baik.

"Nama juga manusia. Ada yang baik jalannya ada yang buruk jalannya," kata Budi.

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik.

"Dulu sih. Ceritanya tentang pinjaman uang, ya rentenir ini dan itu," kata Eko.

Eko menghambiskan tahu gorengnya dan mengambil lagi tahu goreng di piring, ya segera di makan tahu goreng tersebut. Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Perubahan zaman. Dulu rentenir. Sekarang pinjol. Pada akhirnya sama aja urusan uang dan masalahnya pun sama, ya memberatkan masyarakat sih," kata Budi.

Budi pun beranjak dari duduknya, ya berdiri gitu.

"Budi mau kemana?!" kata Eko.

"Buatin kopi untuk Eko," kata Budi.

"Oooo," kata Eko.

Eko mengambil koran di meja, ya di baca dengan baik. Budi ke dalam rumah langsung ke dapur sih untuk membuat kopi. 

"Berita di koran banyak yang bagus-bagus, ya ceritanya. Termasuk berita tentang artis yang ini dan itu," kata Eko.

Eko membaca koran dengan baik. Budi telah selesai membuat kopi, ya kopi di bawa dengan baik ke depan rumah. Sampai di depan rumah, ya Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Kopinya Eko!" kata Budi.

Eko menghentikan baca korannya, ya koran di taruh di meja sih.

"Kopi," kata Eko.

Eko mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi. Budi telah duduk dengan baik lah.

"Dulu. Banyak orang miskin, ya pinjem uang sama Bank Keliling. Tujuannya untuk menyelesaikan masa ekonomi keluarga," kata Budi.

Eko menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Cerita di kota Bandar Lampung sih. Memang banyak orang miskin minjem uang ke Bank Keliling untuk menanggulangi ekonomi keluarga. Dari urusan biaya anak sekolah sampai urusan penambahan modal usaha dari usaha yang mengalami kerisis ini dan itu," kata Eko.

"Jalan itu memang pait banget," kata Budi.

"Mau gimana lagi tidak ada jalan lain. Berharap bantuan dari pemerintahan dan juga organisasi yang ini dan itu yang sifatnya membantu orang miskin, ya tidak ada sih. Terpaksa orang miskin minjem uang di Bank Keliling demi menanggulangi masalah ekonomi ini dan itu," kata Eko.

"Bank yang iklan di Tv pun, ya menawarkan pinjaman juga dengan baik," kata Budi.

"Pada ada juga yang minjem, ya demi menanggulangi masalah ekonomi keluarga yang ini dan itu," kata Eko.

"Ketika urusan pinjam meminjam di Bank telah selesai. Orang berhasil menanggulangi masalah ekonomi keluarganya, ya tidak lagi meminjam di Bank Keliling dan juga Bank yang ada iklannya di Tv. Malahan orang tersebut menabung di Bank," kata Budi.

"Roda berputar dengan baik. Dulu susah, ya ujiannya yang ini dan itu, ya sekarang tidak susah dan bisa menabung dengan baik. Ekonomi keluarga membaik. Semua berkat dari doa dan usaha," kata Eko.

"Yang terpenting sabar dalam menghadapi ujian hidup ini kan Eko?!" kata Budi.

"Iyalah kunci yang paling penting, ya sabar menghadapi ujian hidup ini!" kata Eko menegaskan omongan Budi.

"Ooooo iya Eko. Kenapa orang yang sudah mendapatkan gelar ahli agama, ya tidak bisa mendengarkan suara roh yang dapat membimbing dirinya dengan baik?!" kata Budi.

"Kalau itu sih aku mana tahu?!" kata Eko.

"Jadi kan aneh kan Eko?!" kata Budi.

"Memang sih jadi aneh. Sudah belajar tekun dengan baik menjadi ahli agama, ya sampai mendapatkan gelar kebesaran ini dan itu. Tapi tidak punya kemampuan mendengarkan roh yang dapat membimbing dengan baik," kata Eko.

"Kenapa pemuda yang punya ilmu gaib itu bisa ya?!" kata Budi.

"Mana aku tahu?!" kata Eko.

"Mungkin karena ilmu beda, ya Eko?!" kata Budi.

"Ilmunya. Mungkin sih. Padahal agama yang di jalanin pemuda itu agama islam!" kata Eko.

"Kenyataan hidup ini, ya masih ada misterinya kehidupan," kata Budi.

"Emmmmmn" kata Eko.

"Main catur saja!" kata Budi.

"Ok. Main catur!" kata Eko.

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur. Budi dan Eko menyusun dengan baik bidak catur di papan catur. Keduanya main catur dengan baik.

RUMPI

Eko dan Budi duduk di depan rumah sambil minum kopi dan juga gorengan.

"Eko, ada omongan orang yang berkaitan tentang urusan pemerintahan," kata Budi.

Budi mengambil tahu goreng di piring, ya di makan dengan baik.

"Budi. Kita ini kan lulusan SMA. Masih kurang tentang keilmuan kalau membicarakan yang berkaitan dengan pemerintahan," kata Eko.

Eko mengambil bakwan goreng di piring, ya di makan dengan baik.

"Ya aku sih paham sih Eko. Kalau kita lulusan SMA, ya kurang keilmuan kalau membicarakan yang berkaitan dengan pemerintahan. Tapi kan ini sekedar obrolan saja!" kata Budi.

"Kalau sekedar. Ok lah. Ceritakan!" kata Eko.

"Aku cerita ya. Tentang seorang yang pegawai negeri mengajukan pensiun dini karena dirinya, ya terkait dengan urusan korupsi," kata Budi.

"Kalau yang aku tahu sih. Orang yang mengajukan pensiun dini, ya karena sakit keras, ya mengidap penyakit mematikan di dalam tubuhnya," kata Eko.

"Kalau tentang pegawai negeri yang pensiun dini karena sakit keras, ya aku tahulah ceritanya. Orang itu berusaha dengan baik untuk sembuh dengan menggunakan ilmu kedokteran sampai ilmu tradisional, tetap mati," kata Budi.

"Pasti mati karena penyakitnya kanker sih," kata Eko.

"Memang kangker sih...penyakitnya!" kata Budi menegaskan omongan Eko.

"Orang terkait dengan korupsi itu, ya selamat dengan bantuan jaringan di dalem gitu," kata Budi.

"Kaya orang yang pindah dari satu instansi di daerah ini ke daerah lain demi menyelamatkan diri dari tuduhan korupsi," kata Eko.

"Kalau cerita itu memang ada sih," kata Budi.

"Benar-benar yang terkait dengan korupsi itu licin banget kaya belut, ya sampai-sampai tidak bisa masuk ke dalam penjara. Karena ada orang di dalam pemerintahan," kata Eko.

"Apalagi dengan kebiasaan orang Lampung, sekelik, ya saudara sesuku gitu," kata Budi.

"Tolong menolong dengan urusan uang, ya menyelamatkan diri dari tuduhan ini dan itu," kata Eko.

"Ya begitu ada cerita di kota Bandar Lampung ini. Sekedar obrolan saja kan!" kata Budi.

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik, ya kopi lah.

"Ya iyalah sekedar obrolan saja!" kata Eko.

Eko mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik, ya kopilah.

"Kalau lulusan Universitas, ya beda kali ceritanya?!" kata Budi.

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Kalau lulusan Universitas. Membicarakan urusan pemerintahan yang berkaitan dengan korupsi berdasarkan data ini dan itu," kata Eko.

Eko menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Pihak-pihak yang terkait ngomong semuanya. Ya termasuk KPK," kata Budi.

"Acara Tv, ya begitulah adanya," kata Eko.

"Ya sudahlah lebih baik, ya main catur saja!" kata Budi.

"Ok main catur!" kata Eko.

Eko mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur. Eko dan Budi menyusun bidak catur di atas papan catur dengan baik.

"Obrolan tadi bisa jadi fitnah atau enggak ya?!" kata Budi.

"Kan Budi dapetnya dari obrolan orang. Lalu Budi membicarakannya dengan aku," kata Eko.

"Aku memang dapetnya dari orang sih. Masalahnya aku takut kena dosa saja!" kata Budi.

"Kalau itu sih. Aku juga takut kena dosa sih," kata Eko.

"Ini kan sekedar obrolan saja. Rumpi sambil minum kopi dan makan gorengan," kata Budi.

"Iya lah nama juga rumpi, ya mendekati ini dan itu!" kata Eko menegaskan omongan Budi.

Eko dan Budi, ya main catur dengan baik lah.

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK