Lirik lagu yang dinyanyikan Budi dengan baik dengan judul ‘Cinta Sampai Mati’ :
“Duhai engkau, sang Belahan Jiwa
Namamu terukir dalam pusara
Di setiap langkah, ku s'lalu berdoa
Semoga kita bersama
Duhai engkau, tambatan hatiku
Labuhkanlah cintamu di hidupku
Ku ingin kau tahu betapa merindu
Hiduplah engkau denganku
Dengarkanlah
Di sepanjang malam, aku berdoa
Bersujud dan lalu aku meminta
Semoga kita bersama
Dengarkanlah
Di sepanjang malam, aku berdoa
Cintaku untukmu s'lalu terjaga
Dan aku pasti setia
Ho-oh-oh
Ho-wo-oh-ho-oh-wo-wo-ho-oh
Ho-wo-uh-wo-oh-uh
Duhai engkau, tambatan hatiku
Labuhkanlah cintamu di hidupku
Ku ingin kau tahu betapa merindu
Hiduplah engkau denganku
Dengarkanlah
Di sepanjang malam, aku berdoa
Bersujud dan lalu aku meminta
Semoga kita bersama
Dengarkanlah
Di sepanjang malam, aku berdoa
Cintaku untukmu s'lalu terjaga
Dan aku pasti setia
dengarkanlah
(Di sepanjang malam, aku berdoa)
Ku berdoa (bersujud dan lalu aku meminta)
Dan meminta (semoga kita bersama)
Wo-oh, dengarkanlah
Di sepanjang malam, aku berdoa
Cintaku untukmu s'lalu terjaga
Dan aku pasti setia
Ku setia”
***
Budi pun selesai main gitarnya dan bernyanyi, ya gitar di taruh di kursi yang kosong. Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah. Eko pun dateng ke rumah Budi. Seperti biasa motor di parkirkan dengan baik di depan rumah Budi lah. Eko pun duduk bersama Budi lah. Ya Budi menaruh gelas berisi kopi di meja dengan baik.
“Malam di bulan Ramadhan,” kata Eko.
Eko mengambil bakwan gorengan di piring dan di makan dengan baik bakwan gorengan lah.
“Memang malam di bulan Ramadhan,” kata Budi.
“Tenang banget,” kata Eko.
“Ya…begini keadaan daerah sini,” kata Budi.
Budi mengambil bakwan gorengan di piring, ya di makan dengan baik bakwan goreng lah. Eko selesai makan bakwan satu buah, ya membuat kopi lah.
“Cinta sampai mati…harus apa tidak?” kata Budi.
Eko selesai buat kopinya, ya di minum dengan baik kopinya.
“Cinta sampai mati….harus apa tidak? Ya sebenarnya…tergantung siapa orang yang cintai itu? Ya pantes mendapatkan cinta dengan sepenuh hati, ya sampai mati….tidak masalah sih,” kata Eko.
Eko menaruh gelas berisi kopi di meja.
“Orang yang di cintai itu membuat kesan yang baik. Tidak masalah….cinta sampai mati,” kata Budi.
Budi selesai makan bakwan goreng, ya mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi lah.
“Kaya cerita tentang Dono dan Wulan, ya cinta sampai mati,” kata Eko
Gelas berisi kopi di taruh di meja sama Budi.
“Iya cerita tentang Dono dan Wulan, ya cinta sampai mati,” kata Budi menegaskan omongan Eko.
“Setiap kenangan bersama orang yang di cintai, ya membuat luka terbuka kembali,” kata Eko.
“Memang kenangan yang berkesan susah untuk di lupakan,” kata Budi.
“Obatnya sih. Ya……penggantinya Wulan,” kata Eko.
“Memang sih. Obatnya itu adalah orang yang di sukai, ya penggantinya Wulan, ya bisa menghilangkan kenangan masa lalu dan berusaha berjalan di masa depan dengan baik, ya bersama orang yang di sukai,” kata Budi.
“Jika orang yang di sukai tidak bisa di harapkan. Kenyataan putus karena ada masalah,ya Rara menikah dengan orang pilihan orang tua Rara. Ya obatnya…cuma berserah diri pada Tuhan. Ya menjalankan ibadah dengan baik. Apalagi di bulan Ramadhan. Lebih baik lagi di tekunin ibadahnya. Ketenangan di dapatkan dengan baik,” kata Eko.
“Berserah diri pada Tuhan. Jalan yang terbaik. Obat yang terbaik. Ibadah dengan baik. Ketenangan yang di dapatkan. Keikhlasan hati di dapatkan dengan baik,” kata Budi.
“Sudah ngomongin urusan cinta. Lebih baik main catur!” kata Eko.
“Ok…main catur!” kata Budi.
Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur. Budi dan Eko menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik. Sedangkan Abdul, ya di rumahnya, ya tepatnya di kamarnya. Abdul sedang baca al-qur’an dengan baik dengan tujuannya khatam baca al-qur’an di bulan Ramadhan.