Malam yang bertabur bintang di langit. Budi duduk santai di depan rumahnya sedang membaca cerpen yang cerita menarik, ya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus.
Isi cerita yang di baca Budi :
Satu abad telah berlalu sejak Negara Api menyatakan perang terhadap tiga negara udara, air, dan bumi lainnya dalam upaya mereka untuk menaklukkan dunia. Sokka dan adik perempuannya Katara, ya yang tinggal di Suku Air Selatan, menemukan gurung es yang tidak biasa. Mendobrak gunung es melepaskan seberkas cahaya dan mengungkapkan seorang anak laki-laki berusia 12 tahun bernama Aang dan hewan peliharaannya bison terbang Appa.
Zuko, ya pangeran yang dipermalukan dari Negara Api, mendeteksi cahaya dari pelepasan Aang dan tiba di Suku Air Selatan untuk meminta penduduk desa menyerahkan Avatar: satu-satunya orang yang mampu memanipulasi, atau "membungkuk", keempat elemen udara, air, tanah, dan api. Aang menyerahkan dirinya untuk menyelamatkan desa, tetapi lolos dari kapal Negara Api dan terbang ke Appa, dibawa oleh Katara dan Sokka. Ketiganya melakukan perjalanan ke tanah air Aang di Kuil Udara Selatan, di mana Aang mengetahui bahwa dia berada di gunung es selama satu abad dan bahwa Negara Api memusnahkan Pengembara Udara lainnya, termasuk walinya Biksu Gyatso. Dalam keputusasaan, Aang memasuki Negara Avatar dan menemukan dirinya di Dunia Roh di mana dia bertemu dengan Roh Naga. Permohonan Katara membawa Aang keluar dari Negara Avatar.
Kelompok itu tiba di desa Kerajaan Bumi yang dikendalikan oleh Negara Api. Ketika mereka ditangkap dan dipenjarakan, mereka menghasut pemberontakan, melawan dan mengalahkan tentara Negara Api yang menduduki desa. Aang memberi tahu Katara dan Sokka bahwa dia hanya tahu pengendalian udara dan belum menguasai tiga elemen lainnya. Mereka pergi ke Suku Air Utara di mana Aang dapat belajar dari para ahli pengendalian air.
Selama perjalanan sampingan ke Kuil Udara Utara, Aang dikhianati oleh seorang petani dan ditangkap oleh pemanah Negara Api yang dipimpin oleh Komandan Zhao Namun, perampok bertopeng bernama Blue Spirit membantu Aang melarikan diri. Zhao menyadari bahwa Zuko adalah Roh Biru, dan memiliki panah otomatis yang menembakkan baut yang menjatuhkan Zuko, tetapi Aang menggunakan keahliannya untuk melarikan diri dengan Zuko yang tidak sadarkan diri. Aang mengawasi Zuko sampai pagi, lalu pergi untuk bersatu kembali dengan Sokka dan Katara. Zhao mencoba lagi untuk membunuh Zuko dengan meledakkan kapalnya, tetapi Zuko diam-diam bertahan dan menyelinap ke kapal Zhao.
Setibanya di sana, Aang dan kawan-kawan disambut oleh warga Suku Air Utara, dan master pengendalian air Pakku mengajar Aang dan Katara. Negara Api tiba dan Zhao memulai serangannya sementara Zuko melanjutkan pencarian independennya untuk Avatar. Setelah mengalahkan Katara dalam pertempuran, Zuko menangkap Aang, yang masuk kembali ke Negara Avatar untuk mencari Roh Naga bantuan untuk mengalahkan Negara Api. Roh Naga menasihatinya untuk "menggunakan laut dan menunjukkan kekuatan air".
Kembali ke tubuhnya, Aang melawan Zuko sampai Katara membekukan Zuko dalam es, lalu pergi untuk bergabung dalam pertempuran. Paman Zuko, Iroh dan Zhao pergi ke gua suci tempat Zhao menangkap Roh Bulan. Terlepas dari permohonan Iroh, Zhao membunuh Roh Bulan untuk melucuti semua pengendali air dari kemampuan mereka. Marah dengan penistaan Zhao, Iroh mengungkapkan penguasaannya dalam pengendalian api, menakuti Zhao dan rombongannya keluar dari gua suci. Putri Yue memberikan hidupnya untuk menghidupkan kembali Roh Bulan. Zhao mengetahui Zuko selamat dan mereka bersiap untuk bertarung, tetapi Iroh berbicara dengan Zuko dan Zhao ditenggelamkan oleh pengendali air. Mengingat hidupnya sebelum terjebak dalam es, Aang memasuki Negara Avatar dan mengangkat laut menjadi dinding raksasa untuk mengusir Negara Api kembali. Ayah Zuko, Raja Api Ozai, ya mengetahui kekalahan itu dan menugaskan putrinya, Putri Azula, ya untuk mencegah Avatar menguasai bumi dan api.
***
Budi selesai baca cerpen yang ceritanya menarik, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus gitu.
"Eko belum datang juga. Ya kalau begitu. Aku baca koran saja!" kata Budi.
Budi mengambil koran di bawah meja, ya koran di baca dengan baik gitu. Berita-berita di koran, ya ceritanya menarik-menarik di baca dari urusan pemerintahan dalam negeri, pemerintahan luar negeri, olahraga, artis yang cerita ini dan itu, ya sampai berita kriminal yang terjadi di daerah sana dan sini. Cukup lama lah, ya Budi membaca koran dan akhirnya Eko datang juga ke rumah Budi, ya motor Eko di parkirkan di depan rumah Budi. Karena Eko telah dateng, ya Budi berhenti baca koran dan koran di taruh di meja. Eko pun duduk dengan baik, ya dekat Budi dan melihat koran di meja gitu.
"Koran," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Ada koran. Aku baca koran dulu, ya Budi!" kata Eko.
"Iya!" kata Budi.
Eko mengambil koran di meja, ya di baca dengan baik koran. Budi menunggu Eko selesai baca koran, ya Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus. Eko membaca koran dengan teknik baca cepat, ya pada akhirnya selesai juga, ya baca koran dan koran di taruh di meja gitu.
"Berita-berita di koran. Bagus-bagus, ya kan Budi?" kata Eko.
"Realitanya begitu," kata Budi.
"Ya yang buat berita-berita di koran, ya orang-orang pinter," kata Eko.
"Eko memuji," kata Budi.
"Sekedar pujian saja," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Kalau ngomongin tentang hidup ini, ya manusia tetap berjuang dari apa yang diinginkan?" kata Eko.
Eko mengambil singkong rebus di piring, ya di makan dengan baik singkong rebus.
"Realitanya hidup ini," kata Budi.
"Kompetisi sengit banget dengan perkembangan keilmuan," kata Eko.
"Yaaa realita begitu," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Eko mengambil gelas air mineral di meja, ya Budi memang telah menaruh satu buah gelas air mineral, ya untuk tamu gitu. Eko meminum air mineral dengan baik.
"Emmm," kata Budi.
"Andai," kata Eko.
Eko menaruh gelas air mineral di meja.
"Andai apa Eko?" kata Budi.
"Andai Budi berhasil kerja di pemerintahan, ya berkat usaha yang di jalanin dengan diiringi doa," kata Eko.
"Andai aku kerja di pemerintahan," kata Budi.
"Budi menjalankan kehidupan sehari-hari, ya seperti biasa saja, ya apa adanya Budi ini atau seperti kaya orang-orang yang kerja di pemerintahan, ya ada sih menunjukkan egonya dan bergaya dengan fasilitas kerja, ya mobil dinas gitu?, ya karena dari kebiasaan sosial kemasyarakatan lingkungan Lampung, ya biasa menunjukkan dengan baik, harta dan tahta gitu. Terkadang urusan kerja pun, ya tidak menjalankan dengan baik," kata Eko.
"Yaaa aku sadar dari keluarga miskin, ya jadi aku berhasil kerja di pemerintahan. Yaaa aku tetap menjadi pribadi seperti biasanya, ya tidak berubah gitu," kata Budi.
"Pilihan Budi dengan kesadaran diri, ya latar belakang keluarga miskin jadi tidak mengubah pribadi. Tetap biasa saja," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA, ya kan Eko?" kata Budi.
"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Kalau begitu. Main permainan ular tangga," kata Eko.
"Oke. Main permainan ular tangga," kata Budi
Budi mengambil koran di meja di taruh di bawah meja dan mengambil permainan ular tangga di taruh di atas meja. Eko dan Budi main permainan ular tangga dengan baik gitu.