CAMPUR ADUK

Friday, June 24, 2022

ANDE ANDE LUMUT

Budi dan Eko duduk di depan rumah Budi, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan lah.

"Ada pemuda yang ingin menikmati hidupnya, ya setelah pemuda itu selamat dari kematian dari di celakain orang, ya dengan persoalannya tidak perlu di omongin sih. Ya pemuda itu dasarnya, ya ada kekurangan di dalam dirinya. Ya salah satu menikmati hidupnya dengan baik, ya main game PS. Pemuda meninggalkan ibadahnya yang ini dan itu. Gimana menyelesaikan kasus ini?" kata Budi.

"Kasus pemuda yang di omongongin Budi. Ya gimana ya?Aku cuma lulusan SMA," kata Eko.

"Yang ada kan Eko. Seharusnya yang menyelesai kasus seperti ini, ustad atau orang-orang yang lulusan Universitas," kata Budi.

"Bidang sosial kena. Bidang agama kena. Bidang piskoligis kena. Bidang kesehatan kena. Bidang hukum kena. Bidang ekonomi kena juga. Kompleks jadinya saling berkaitan gitu. Ya sebatas ilmu SMA, ya sabarin saja menghadapi pemuda itu, ya sampai pemuda itu sudah bisa menghilangkan rasa sakitnya. Ya di doa dengan baik dan pendekatan yang baik, seperti Nabi membimbing umatnya dengan penuh kesabaran dengan baik," kata Eko.

"Di biarkan dulu sampai rasa sakit itu hilang. Kalau sudah sembuh, ya pasti kembali menjalankan ibadah ini dan itu," kata Budi.

"Hidup ini penuh dengan ujian. Mau jalan lurus dengan baik. Pasti ada ujiannya. Salah satunya tersandung batu, ya mungkin sampai jatuh," kata Budi.

"Realita kehidupan penuh dengan ujian," kata Eko.

Abdul pun dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Abdul pun duduk bersama Budi dan Eko.

"Abdul sudah dateng. Jadi aku mau cerita pake wayang yang terbuat dari kardus bekas, ya kreatif gitu. Ceritanya cerita rakyat!" kata Budi.

Budi mengambil wayang yang di taruh di kursi.

"Aku jadi penonton yang baik!" kata Eko.

"Aku juga jadi penonton yang baik!" kata Abdul.

Budi memainkan wayangnya dengan baik banget dan juga bercerita dengan banget. Abdul dan Eko, ya nonton dengan baik lah.

Isi cerita yang di ceritakan Budi :

Ande Ande Lumut merupakan cerita rakyat daerah Jawa Tengah. 

Alkisah, zaman dahulu di daerah Jawa Tengah berdiri kerajaan Jenggala. Sang Raja memiliki putra mahkota bernama Raden Putra. Raden Putra telah memiliki seorang istri bernama Dewi Candra Kirana. Dewi Candra Kirana terkenal sangat cantik wajahnya. Sang Raja menginginkan agar kelak Raden Putra menggantikannya menjadi Raja Jenggala. Tapi Raden Putra menolaknya. 

Ia justru pergi meninggalkan kerajaan Jenggala seorang diri tanpa mengajak istrinya, Dewi Candra Kirana. Dewi Candra Kirana merasa sangat sedih setelah kepergian suaminya. Ia kemudian pergi meninggalkan istana untuk mencari suaminya tercinta. Dewi Candra Kirana menyamar menjadi seorang perempuan desa biasa. 

Di tengah pengembaraannya, ia bertemu seorang janda kaya bernama Mbok Randa Kawulusan. Mbok Randa Kawulusan telah memiliki tiga orang anak perempuan bernama Kleting Abang, Kleting Wungu dan Kleting Biru. Dewi Candra Kirana kemudian diangkat menjadi anak oleh si janda kaya. Mbok Randa Kawulusan memberi nama Dewi Candra Kirana dengan nama Kleting Kuning. Mbok Randa Kawulusan sudah menganggapnya sebagai anak bungsu.

Ketiga kakak Kleting Kuning sangat iri terhadap kecantikannya. Akibatnya, mereka sering berlaku jahat padanya. Karena kebenciannya, mereka menyuruh Kleting Kuning atau Dewi Candra Kirana agar memakai pakaian kumal lagi bau, sehingga ia terlihat seperti pembantu. Setiap hari mereka menyuruh Kleting Kuning mengerjakan pekerjaan rumah sementara mereka sendiri bermalas-malasan. 

Akibatnya tubuh Kleting Kuning memiliki bau tidak sedap karena selalu mengerjakan pekerjaan kotor sehingga tidak memiliki banyak waktu untuk merawat dirinya. Suatu hari Mbok Randa Kawulusan mendengar kabar bahwa Mbok Randa Dadapan dari desa Dadapan memiliki anak angkat seorang pemuda sangat tampan. Ande Ande Lumut namanya. 

Ketampanan Ande Ande Lumut telah membuat banyak orang tua mendatangi Mbok Randa Dadapan agar menjodohkan putranya dengan putri mereka. Mbok Randa Kawulusan berkehendak agar salah satu anaknya bisa menjadi istri Ande Ande Lumut. Ia memerintahkan ketiga anaknya untuk pergi ke Desa Dadapan, menemui Mbok Randa Dadapan sementara Kleting Kuning ia suruh tinggal di rumah. 

Segera Kleting Abang, Kleting Wungu dan Kleting Biru pergi ke desa Dadapan. Mereka mengenakan pakaian indah agar bisa menarik hati Ande Ande Lumut. Kleting Abang mengenakan pakaian berwarna merah, Kleting Wungu mengenakan pakaian berwarna ungu dan Kleting Biru mengenakan pakaian berwarna biru. Sebelum tiba di desa Dadapan, ketiga kakak beradik merasa bingung saat hendak menyeberangi sebuah sungai lebar lagi berair dalam. Di tengah kebingungan, mendadak muncul seekor kepiting raksasa bernama Yuyu Kangkang. Yuyu Kangkang menawarkan bantuan untuk menyeberangkan ketiganya. Hanya saja, Yuyu Kangkang mengajukan syarat mereka mau dicium dan menciumnya. 

“Jika kalian mau aku cium dan menciumku, aku akan membantu menyeberangkan kalian ke seberang sungai.” kata Yuyu Kangkang.

Tanpa pikir panjang ketiganya menyanggupi syarat tersebut. Bagi mereka yang terpenting adalah bisa menyeberangi sungai untuk bertemu Ande Ande Lumut, lelaki pujaan mereka. Namun setelah mereka tiba di desa Dadapan dan bertemu dengan Ande Ande Lumut, mereka sangat kecewa karena Ande Ande Lumut menolak menjadi suami mereka. Ande Ande beralasan mereka tidak bisa menjaga kehormatan karena mau dicium Yuyu Kangkang.

Sementara di rumah, Kleting Kuning tengah memohon pada Mbok Randa Kawulusan agar mengizinkannya pergi ke desa Dadapan untuk bertemu Ande Ande Lumut. 

“Mbok, tolong izinkan hamba pergi ke desa Dadapan agar bisa menemui Ande Ande Lumut.” Kleting Kuning memohon pada Mbok Randa Kawulusan. 

Di dalam hatinya Kleting Kuning berharap bisa menemukan suaminya Raden Putra di desa Dadapan.

“Apa! Kamu ingin bertemu Ande Ande Lumut? Apa kamu tidak berkaca? Pakaianmu kumal, tubuhmu bau. Ande Ande Lumut tidak mungkin mau denganmu.” Mbok Randa Kawulusan melecehkan Kleting Kuning. 

Namun karena Kleting Kuning terus memaksa, akhirnya Mbok Randa Kawulusan mengizinkannya pergi ke desa Dadapan. Akhirnya Kleting Kuning pergi ke desa Dadapan dengan tetap mengenakan pakaian kumal dan bau. Ia tidak memiliki pakaian lain layak pakai. Seperti halnya ketiga saudara angkatnya, Kleting Kuning kebingungan saat hendak menyeberangi sungai lebar. Kemudian muncul Yuyu Kangkang menawarkan bantuan untuk menyeberangkannya dengan syarat Kleting Kuning mau dicium. Tapi Kleting Kuning menolaknya.

“Apa! Kamu mau dicium dan menciumku? Aku tidak sudi! Pergilah kau! Aku tidak butuh bantuanmu.” teriak Kleting Kuning pada Yuyu Kangkang.

Kleting Kuning kemudian mengeluarkan senjata andalannya yaitu sebuah lidi sakti. Ia memukulkan lidi sakti miliknya ke sungai. Seketika itu juga air sungai menjadi surut. Yuyu Kangkang menjerit-jerit meminta tolong. Ia tidak bisa hidup tanpa air. Yuyu Kangkang memohon pada Kleting Kuning agar mengembalikan air sungai seperti semula. Sebagai imbalan ia akan menyeberangkannya ke seberang sungai. 

Kleting Kuning setuju dan segera mengembalikan air sungai ke kondisi semula. Kemudian Yuyu Kangkang menyeberangkannya ke seberang sungai tanpa meminta imbalan mencium. Akhirnya tibalah Kleting Kuning di desa Dadapan. Disana ia mendapati ketiga kakaknya terlihat sangat sedih karena ditolak oleh Ande Ande Lumut. Ketika Ande Ande Lumut melihat kedatangan Kleting Kuning, ia segera bergegas menghampirinya. Mbok Randa Dadapan merasa sangat heran melihat sikap Ande Ande Lumut karena bersikap acuh pada banyak wanita tetapi begitu bersemangat ketika melihat Kleting Kuning yang kumal dan bau. 

“Kamu kenapa nak? Banyak wanita cantik-cantik kamu tolak malah mendekati wanita kumal dan bau.” kata Mbok Randa Dadapan pada Ande Ande Lumut.

“Ibu, jangan menilai Kleting Kuning dari fisiknya. Ia mampu menjaga kehormatannya. Ia menolak dicium dan mencium Yuyu Kangkang. Tidak seperti gadis-gadis lainnya. Dialah calon istri terbaik bagiku.” jawab Ande Ande Lumut.

Kleting Kuning mengetahui betul ciri-ciri suaminya, Raden Putra. Ia sangat yakin bahwa Ande Ande Lumut adalah Raden Putra, suaminya tercinta yang selama ini ia cari. Segera saat itu juga di depan orang banyak, Kleting Kuning membuka penyamarannya bahwa ia adalah Dewi Candra Kirana. 

Semua orang yang melihatnya sangat terkejut. Mereka sangat terpesona oleh kecantikan Dewi Candra Kirana. Kegemparan pun semakin menjadi saat Ande Ande Lumut pun membuka penyamarannya bahwa ia adalah Raden Putra, Pangeran Kerajaan Jenggala. Keduanya kemudian kembali hidup bahagia sebagai suami istri.

***

Budi cukup lama main wayangnya dan akhirnya selesai juga. Eko dan Abdul memuji permainan Budi, ya begitu juga cerita rakyat yang di ceritakan Budi dengan baik. Budi menaruh wayang di kursi kosong. Acara selanjutnya, ya ketiganya main catur dengan baik.

DASARNYA BODOH

Budi dan Eko duduk di depan rumah Eko, ya sambil menikmati minum kopi dan juga makan gorengan lah. 

"Hidup harus mengikuti perkembangan zaman," kata Budi.

"Ya mau apa lagi? Ya harus mengikuti perkembangan zaman," kata Eko.

"Ujiannya menjadi sombong, ya jadi sukses dan kaya," kata Budi.

"Memang ujiannya menjadi sombong itu mah," kata Eko.

"Yang berhasil jadi kaya. Semua karena pendidikan di program dengan baik, ya mengikuti perkembangan zaman. Ya tujuannya untuk dunia kerja. Ya kerjaan di atur dengan baik sama pemerintahan dan juga swasta, ya di buat orang-orang pinter demi ini dan itu," kata Budi.

"Hidup mudah jika punya ilmu. Tidak mudah atau sulit, ya tidak punya ilmu," kata Eko.

"Memang punya ilmu, ya mudah jalanin hidup ini. Bagi yang tidak punya ilmu, ya sulit," kata Budi.

"Emmmmm," kata Eko.

"Harus kerja keras, ya untuk bayar listrik, air, dan keperluan sehari-hari, ya harus di beli," kata Budi.

"Realita hidup, ya seperti omomgan Budi. Roda ekonomi berputar setiap hari di jalankan manusia demi hidup ini," kata Eko.

"Sejauh apa manusia melangkah ke depan? Ya tetap urusannya ekonomi," kata Budi. 

"Hidup cuma begini begini saja," kata Eko. 

"Ya seberapa lama manusia bisa bertahan hidup di dunia ini. Dengan pilihan hidup dengan perkembangan zaman sekarang ini?" kata Budi. 

"Ya tidak tahu seberapa lama manusia hidup di dunia ini. Walau hidup ini penuh dengan tipu daya dengan tujuan kaya raya, ujiannya jadinya sombong," kata Eko. 

"Pilihan manusia karena sudah hidup ini. Harus mengikuti perkembangan zaman sampai buta segala-galanya demi bahagia gitu, ya walau ada yang jatuh atau menjatuhkan demi kaya, ya berbuat kejahatan. Maka di atur lah hukum, ya di buat manusia demi mengatur manusia yang ini dan itu, ya dari hukum adat, agama sampai hukum negara," kata Budi. 

"Dasar bodoh jadi pinter. Dari pinter jadi bodoh," kata Eko. 

"Kalau begitu lebih baik main catur saja Eko!" kata Budi. 

"Ok...main catur!" kata Eko. 

Budi mengambil papan catur bawah meja, ya di taruh di atas meja. Budi dan Eko, ya menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur.

"Banyak orang yang berhasil jadi kaya di bidangnya, ya kerja di pemerintahan, ya mencontoh orang-orang yang berhasil. Contoh saja : Presiden Soekarno," kata Eko. 

"Memang Presiden Soekarno, ya jadi contoh bagi orang ingin berhasil di pemerintahan. Maka itu pengikut Presiden Soekarno banyak," kata Budi. 

"Ujian tetap ujian hidup. Ya menggapai sesuatu ke suksesan itu butuh waktu dan proses yang panjang kalau dasarnya dari orang miskin. Kalau kaya dari lahir, ya mudah mencapai kesuksesan itu. Karena harta digunakan dengan baik demi jadi sukses, ya jadi kaya terus menerus sampai tujuh turunan tidak akan habis di makan," kata Eko. 

"Hidup cuma kerjaannya berlomba-lomba untuk mencapai tujuan jadi kaya, ya jauh dari kemiskinan. Sukses di bidang kerjaan berkat doa dan usaha yang baik," kata Budi. 

Budi dan Eko, ya main catur dengan baik lah. 

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK