Budi dan Eko duduk di teras depan rumah Budi, ya sambil menikmati minum kopi dan gorengan.
"Eko," kata Budi.
"Apa?" kata Eko.
"Ada sebuah cerita," kata Budi
"Cerita apa?" kata Eko.
"Kenyataan hidup ini," kata Budi.
"Cerita kenyataan toh. Kehidupan sehari-hari," kata Eko.
"Ada seorang cowok. Ya keadaan dirinya susah gitu, ya karena kemiskinan. Berusaha dengan baik pun, ya hasilnya tidak bisa mengangkat derajatnya keluar dari kemiskinan gitu. Cowok itu, ya berbuat keburukan pada orang lain dengan cari tipu muslihat gitu dengan tujuan menjatuhkan orang-orang dengan permainan pura-puranya berteman gitu. Yang di lakukan cowok itu, ya awal dirinya saja, ya ternyata ia membuat pengaruhnya pada teman yang satu misi dengan dia untuk membuat ulah sana sini, ya keburukan gitu. Jadinya di depan baik, ya ketika waktunya orang yang di targetin lengah, ya mencuri atau menipu. Kerjaan itu di langsungkan sampai sekarang," kata Budi.
"Manusia yang tidak di didik dengan baik, ya sama orang tuanya, ya biasanya kelakuannya sama seperti cerita yang di ceritakan Budi. Mungkin orang tuanya juga, ya masa mudanya sama dengan kelakuan anaknya. Seperti pribahasa, ya buah tidak jauh dari pohonnya. Agama itu di tinggalkan. Atau agama cuma untuk berpura-pura saja di jalankan. Contoh : ada orang niat sholat di mesjid. Ketika tidak ada orang, ya pengurus mesjid tidak ada. Kotak amal di mesjid, ya di sikat, ya tujuan mengambil uangnya. Contoh ini contoh kenyataan di lingkungan, ya kota Bandar Lampung, ya cerita masa lalu yang terjadi gitu," kata Eko.
"Kelakuannya manusia. Keadaan miskin, ya memilih jalan buruk," kata Budi.
"Cerita tentang kelakuan manusia buruk, ya tidak kota Bandar Lampung saja, ya ceritanya. Ternyata kota-kota lain pun terjadi. Contoh lain : tukang parkir di kota Batam. Tukang parkir ini berpura-pura berteman dengan orang di pertokoan gitu demi melancarkan urusan kerjaannya jadi juru parkir. Ketika pemilih toko, ya lengah gitu. Tukang parkir mengambil uang pemilik toko, ya tidak banyak gitu. Ketika pemilik toko menghitung uangnya, ya ternyata hitungannya kurang padahal awalnya pas. Pemilik toko, ya bingung, ya apa dirinya salah hitung?. Cerita ini cerita masa lalu," kata Eko.
"Kelakuan dari manusia yang berpura-pura. Kadang sampai uang teman di curi sama teman," kata Budi.
"Tetangga dengan tetangga, ya terjadi juga di mana-mana, ya mencuri. Dengan cara pura-pura baik di depan, ya ketika waktunya, ya mencuri," kata Eko.
"Kebobrokan akhlak," kata Budi.
"Buruknya akhlak manusia," kata Eko.
"Sekedar obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Memang sekedar obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Kalau kena dengan orang-orang buruk itu. Ya harus di sabarin menghadapi ujian hidup ini. Pada akhirnya solusi penanggulangannya untuk keadaan jadi baik, ya orang-orang buruk di tangkap polisi lah dan di penjara gitu," kata Budi.
"Solusinya sesuai dengan omongan Budi lah. Orang-orang buruk, ya harus di tangkap polisi dan di penjara," kata Eko.
"Kalau begitu, ya aku mau bercerita pake wayang!" kata Budi.
"Aku jadi penonton yang baik gitu!" kata Eko.
Budi mengambil wayang yang di taruh di kursi. Budi memainkan wayang dengan baik, ya bercerita dengan baik pula lah. Eko menonton pertunjukkan wayang Budi dengan baik gitu.
Isi cerita yang di ceritakan Budi :
Raja Arthur dari Camelot, ya yang menang dari perangnya, telah mendedikasikan pemerintahannya untuk mempromosikan keadilan dan perdamaian dan sekarang ingin menikah. Namun, Malagant, mantan Ksatria Meja Bundar, ya menginginkan tahta untuk dirinya sendiri.
Lancelot, seorang gelandangan dan pendekar pedang yang terampil, berduel di desa-desa kecil demi uang. Dia menghubungkan keahliannya dengan kurangnya perhatian apakah dia hidup atau mati. Guinevere penguasa muda Lyonesse, ya memutuskan untuk menikahi Raja Arthur karena kekaguman dan demi keamanan terhadap Malagant, yang telah menyerbu desa-desa setempat dengan kedok "menegakkan hukum." Saat bepergian, Lancelot mendapat kesempatan dengan kereta Guinevere dalam perjalanan ke Camelot, dan merusak penyergapan Malagant yang dimaksudkan untuk menculiknya. Dia jatuh cinta padanya, tapi dia menolak uang mukanya. Meskipun Lancelot mendesaknya untuk mengikuti kata hatinya, dia tetap terikat oleh tugas. Dia kemudian dipertemukan kembali dengan pengawalnya.
Kemudian, Lancelot tiba di Camelot dan berhasil menavigasi rintangan dengan prospek ciuman dari Guinevere, meskipun dia malah mencium tangannya. Dia juga memenangkan audiensi dengan calon suaminya, Arthur. Terkesan oleh keberaniannya dan dikejutkan oleh kecerobohan dan kebebasannya, dia menunjukkan kepadanya Meja Bundar, melambangkan kehidupan pelayanan dan persaudaraan, dan memperingatkannya bahwa seorang pria "yang tidak takut apa pun adalah pria yang tidak mencintai apa-apa".
Malam itu, kaki tangan Malagant tiba di Camelot dan menculik Guinevere. Dia diikat dan dibawa ke markasnya, di mana dia disandera. Lancelot mengikuti, ya menyamar sebagai utusan dari Camelot. Dia meminta untuk melihat Guinevere hidup-hidup sebelum dia menyampaikan pesan, lalu mengalahkan para penjaga dan melarikan diri bersamanya. Sekali lagi, Lancelot mencoba untuk memenangkan hatinya, tetapi tidak berhasil. Dalam perjalanan pulang, ya terungkap bahwa dia menjadi yatim piatu dan kehilangan tempat tinggal setelah bandit menyerang desanya, dan telah mengembara sejak saat itu.
Sebagai rasa terima kasih, Arthur menawarkan Lancelot panggilan hidup yang lebih tinggi sebagai Ksatria Meja Bundar. Di tengah protes dari Ksatria lain (yang curiga dengan posisinya) dan Guinevere (yang berjuang dengan perasaannya untuk dia) dia menerima dan mengambil tempat Malagant di Meja, mengatakan dia telah menemukan sesuatu untuk dipedulikan. Arthur dan Guinevere kemudian menikah. Namun, seorang utusan dari Lyonesse tiba, dengan berita bahwa Malagant telah menyerbu. Arthur memimpin pasukannya ke Lyonesse dan berhasil mengalahkan pasukan Malagant. Lancelot memenangkan rasa hormat dari Ksatria lain dengan kehebatannya dalam pertempuran. Dia juga belajar untuk merangkul filosofi Arthur, tergerak oleh penderitaan penduduk desa.
Lancelot, bersalah tentang perasaannya terhadap ratu dan kesetiaannya kepada Arthur, secara pribadi mengumumkan kepergiannya kepadanya. Tidak tahan memikirkan kepergiannya, dia akhirnya meminta ciuman padanya. Itu berubah menjadi pelukan penuh gairah, tepat pada waktunya raja menyela. Meskipun Guinevere mencintai Arthur dan Lancelot – meskipun dengan cara yang berbeda – mereka dituduh berkhianat. Pengadilan terbuka di alun-alun besar Camelot terganggu oleh invasi mendadak oleh Malagant, siap untuk membakar Camelot dan membunuh Arthur jika dia tidak bersumpah setia.
Sebaliknya Arthur memerintahkan rakyatnya untuk bertarung, dan orang-orang Malagant menembaknya dengan busur. Pertempuran terjadi, dan Lancelot dan Malagant berhadapan. Dilucuti, Lancelot merebut pedang Arthur yang jatuh dan membunuh Malagant, yang jatuh mati di singgasana yang sama yang dia inginkan. Orang-orang Camelot memenangkan pertempuran, tetapi Arthur meninggal karena luka-lukanya. Di ranjang kematiannya, dia menyebut Lancelot sebagai penggantinya dan memintanya untuk "merawatnya untukku" – mengacu pada Camelot dan Guinevere. Ya di tutup dengan rakit kayu bakar yang membawa tubuh Arthur mengambang ke laut.
***
Budi cukup lama bercerita pake wayang, ya akhirnya selesai juga, ya wayang di taruh di kursi kosong. Eko memuji pertunjukkan wayangnya Budi, ya begitu juga dengan ceritanya, ya bagus gitu.
"Kalau hidup ini, ya ruang lingkupnya di buat banyak orang umat Buddha, ya umat Islamnya sedikit. Gimana Eko?" kata Budi.
"Beradaptasi di lingkungan dengan baik. Saling menghormati dan menghargai dari apa agama yang di yakini manusia itu," kata Eko.
"Tujuannya kerukunan umat beragama. Ya hidup ini pilihan dalam menentukan konsep hidup yang mau di jalanin," kata Budi.
"Ya tetap saja. Hidup ini. Antara baik dan buruk, ya perilaku manusia. Maka polisi ada untuk mengurus masalah manusia yang menjalankan keburukan demi merugikan manusia yang lain," kata Eko.
"Memang hidup ini antara baik dan buruk," kata Budi.
"Kalau begitu main catur saja!" kata Eko.
"OK. Main catur saja!" kata Budi.
Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Budi menyusun dengan baik, ya bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik gitu.