CAMPUR ADUK

Friday, November 8, 2019

DI PINGGIR JALAN

Hari cerah banget.Toha duduk di pinggir jalan sambil minum es cendol dan melihat keadaan  lingkungan sekitar yang ramai dengan manusia menjalankan aktivitas masing-masing.

Juru parkir sibuk mengatur motor di pinggir jalan. Toha pun berkata dengan samar "Enak juga kerjaan tukang parkir itu mudah dan akhirnya dapet uang. Padahal hasil dari parkiran kan tidak di setorin semua alias di makan sendiri."

Budi pun menghampiri Toha yang sedang duduk di pinggir jalan.

"Hay sobat sedang apa kamu," kata Budi.

"Sedang santai melihat lingkungan sekitar, tepatnya tukang parkir," kata Toha.

"Tukang parkir. Padahal ya tukang parkir itu tidak semuanya orang baik-baik loe," kata Budi.

"Bukan orang baik-baik, maksudnya penjahat," saut Toha.

"Ya...bisa di bilang begitu. Dulu aku pernah berteman tukang parkir, namanya Ilham masih suku batak. Awalnya memang Ilham itu baik, kerjaannya tukang parkir. Lama-lama ketahuan kalau dia itu preman, ya samaran tukang parkir. Jadi ya biang masalah kecurian di lingkungan ulah dia dan kawan-kawannya," cerita Budi.

"Jadi teman mu penjahat toh," saut Toha.

"Ya...begitu lah, tapi sayangnya Ilham tidak bisa di tangkap karena tidak bukti yang jelas untuk kejahatannya. Tapi ada suatu cerita dari Ilham sendiri bahwa dirinya pernah menjual narkoba," kata Budi.

"Beneran atau gak kalau teman mu Ilham itu penjual narkoba," kata Toha.

"Kalau di bilang benaran cerita Ilham penjual narkoba sih mana tahu. Orang itu kisahnya bukan di kota ini. Saat itu Aku merantau ke kota lain, hanya teman kenal di jalan. Tapi memang benar banyak penjahat di lingkungan berkedok orang baik-baik setiap kota yang pernah aku tinggalin sekalian usaha jualan gitu," kata Budi.

"Ya...sudah lah ceritanya. Lebih baik kita tidak membicarakan tukang parkir ini dan itu. Kalau memang kenyataannya tukang parkir itu penjahat ya...sudahlah. Dunia ini ada yang baik dan buruk. Pasti penilaian kamu Budi benerlah. Tukang parkir itu tidak semuanya orang baik-baik. Apalagi tukang parkir liar, yang ngakunya parkir resmi," kata Toha.

"Sudahlah. Obrolannya aku mau julan lagi keliling," kata Budi.

"Iya," saut Toha.

Budi mulai lagi mendorong gerobaknya untuk menjajakan jualan batagornya. Toha beranjak dari duduk di pinggir jalan dan mulai juga mendorong gerobal es cendolnya. Dengan sabar Budi dan Toha berjualan barang yang di jualnya dengan baik.

SEANDAINYA AGAMA TIDAK TERLAHIR

Pagi yang cerah sekali. Keadaan lingkungan tenang sekali. Dono santai di halaman belakang rumah sambil melihat burung yang bermain di sebuah pohon yang rindang dan juga berkicau.

Indro yang selesai memasak untuk sarapan pagi dan telah menyiapkan hidangan di meja makan dengan baik. Indro pun pergi segera menghampiri Dono di halaman belakang.

"Don....sarapan yuk!" ajakan Indro.

"Iya," kata Dono.

Indro melihat Dono yang telihat murung, kaya ada masalah. 

"Don. Kayanya kamu ada masalah," kata Indro.

"Sebenarnya bukan masalah. Cuma pikiran aja sih. Hal ini di mulai dari pemberitaan tentang masalah agama yang ini dan itu," kata Dono.

"Kalau pemberitaan tentang agama gak usah di pikirkan. Cuma sekedar saja," saran Indro.

"Maunya cuma sekedar. Seandainya agama tidak terlahir, hidup di dunia ini kayanya lebih baik. Karena perdebatan antara agama yang satu dan lain untuk menunjukkan kebenaran gak ada. Apalagi aliran sesat ini dan itu yang berkaitan dari penyimpangan agama pun gak ada," kata Dono.

"Kalau seandainya agama tidak terlahir ada benarnya sih manusia tidak meributkan agama ini benar agama itu benar. Perselisihan manusia tentang agama pun gak ada. Karena agama telah terlahir, ya terima nasif aja jalan agama yang di jalanin kaum masing-masing. Toh agama pun banyak mengajarkan kebaikan untuk menjalankan hidup," kata Indro.

"Ya itu benar sekali. Agama yang telahir di muka bumi telah mengajarkan banyak kebaikan pada manusia yang ingin hidup di jalan kebaikan. Tetap saja pokok masalahnya kembali lagi. Gara-gara agama terlahir jadi perselisihan antara agama satu dengan lain, karena jalan yang di jalanin manusia berbeda-beda sesuai pilihan manusia itu sendiri untuk hidup layak di dunia ini. Pada akhirnya menunjukkan kebenaran lagi dan lagi," kata Dono.

"Itumah sama aja bulet. Kembali ke pokok yang sama. Tidak ada penyelesaiannya. Ya udah lebih baik sarapan aja. Jangan di obrolin lagi urusan agama ini dan itu yang menunjukkan kebenaran masing-masing kaum di muka bumi. Runyem tahu," kata Indro.

"Ya, sarapan," kata Dono.

Dono dan Indro ke meja makan untuk sarapan. Ternyata eee ternyata Kasino sedang santai makan. Dono dan Indro segera menyantap makan di meja dengan penuh ketenangan. Setelah perut terisi penuh alias kenyang. Dono, Kasino dan Indro menjalankan aktivitas masing-masing dengan penuh tanggung jawab karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena beban hidup yang di jalanin ya....cukup berat sih, tetap saja di jalanin dengan penuh kecerian dan berusaha membuang beban masalah yang terjadi pada diri karena suatu keadaan yang tidak harapkan.

TUMBEN

Malam yang tenang sekali. Dono sedang duduk santai di halaman belakang rumah sambil melihat bintang di langit dan menikmati teh buatannya yang enak banget. Indro baru pulang dari urusan kerjaannya. Pintu pun di buka Indro dengan kunci untuk masuk ke rumah.  Saat di dalam rumah Indro tidak melihat Dono.

Maka Indro menelpon Dono. Segera Dono melihat Hpnya yang berdering yang di taruh di atas meja. Bukan membales jawaban lewat telpon, malah Dono berteriak dengan kencang "Indro aku di halaman belakang."

Sontak Indro kaget mendengar panggilan Dono dari halaman belakang dengan suara keras. Indro pun langsung bergegas ke halaman belakang. Melihat Dono yang santai minum teh. Indro yang bawa tohu buting langsung di taruh di meja dan sekalian di tawarkan ke Dono.

Dono pun mengambil tahu bunting di dalam plastik dan di berikan ke pada kucing yang dari tadi menemani Dono. Kucing memakan tahu bunting yang enak itu. Dono dan Indro senang melihat kucing yang suka makan tahu bunting. Dono pun makan tahu bunting dan memberikan pujian pada Indro "Enak nie tahu buntingnya dan juga masih anget."

"Iya. Seperti biasa beli tempat langganan. Nabila gitu," kata Indro.

"Oh, Nabila toh yang jual tahu bunting yang enak ini," kata Dono.

"Tumben Don...tidak nonton Tv?" tanya Indro.

"Lagi males nonton Tv. Mau menikmati alam sekitar sambil minum teh. Dan juga aku tidak sendiri. Di temani kucing," kata Dono.

"Jangan-jangan karena acara Tvnya bikin kamu boring alias jenuh gitu," kata Indro.

"Ya.....gaklah. Males nonton aja. Cari suasana yang lain aja," kata Indro.

"Kalau gitu aku tinggal sendirian ya. Aku mau nonton Tv. Awas di datengin kuntilanak kalau duduk sendirian di halaman belakang," kata Indro.

"Mau nakutin. Gak mempan Indro," kata Dono.

"Ya. Aku tahu," kata Indro.

Indro pun langsung menuju ruang tengah dan segera menghidupkan Tv. Dengan seksama Indro menonton acara Tv yang membuat dirinya terhibur. Kasino selesai juga urusan pekerjaannya dan segera pulang ke rumah. Sampai di rumah Kasino langsung mengucap salam untuk masuk rumah "Asalamualaikum".

"Waalaikumsalam," jawab Indro.

Kasino pun duduk bersama Indro.

"Indro mana Dono, biasanya nonton Tv?" tanya Kasino.

"Lagi santai di halaman belakang," kata Indro.

"Di halaman belakang toh. Tumben tuh anak. Biasanya main ke rumah Rara gitu," kata Kasino.

"Kalau urusan dengan Rara sih.Tanya aja langsung ke orangnya. Kenapa gak main ke rumah Rara?" kata Indro.

"Kalau nanya ke Dono tentang Rara. Nanti aja deh," kata Kasino.

"Ya...udah. Lebih baik nonton Tv aja," kata Indro.

"Iya, nanti setelah aku makan malam dulu," kata Kasino.

Kasino ke dapur buat mie rebus. Dengan sabar Kasino membuat mie rebus. Jadi juga mie rebus. Kasino segera memakannya mie rebus buatannya di meja makan. Indro mencium bau mie rebus buatan Kasino jadi kepengen, jadi segera beranjak dari duduk menuju dapur untuk membuat mie rebus. Indro biasa membuat mie rebus duo karena untuk memuaskan rasa laparnya.

Mie rebus yang di buat Indro jadi juga dan segeralah Indro untuk menyantapnya di meja makan bersama Kasino. Indro merasa kurang rasa pedas pada mie rebus buatannya maka di tambah sambel ABC. Baru setelah itu mulai Indro memakannya mie rebus pedasnya.

"Enak dan hot," kata Indro.

Indro terus menikmati mie rebus yang pedas gitu. Kasino sudah selesai menyantap mie rebus segera mencuci mangkoknya sampai bersih, lalu di taruh di rak piring. Kasino pun duduk di ruang tengah untuk menonton Tv dengan mengganti chenel Tv yang di sukai Kasino yaitu animasi Jepang.

Indro pun selesai makan mie rebus yang pedas dan segera mencuci mangkok sampai bersih, lalu di taruh di rak piring. Indro pun ke ruang tengah untuk nonton bersama Kasino, walau sebenarnya Indro ingin nonton acara Tv yang lain. Pada akhirnya ikutan saja Indro apa yang di tonton Kasino.

Dono santai di halaman belakang, tiba-tiba melihat bintang jatuh di langit. Sebenarnya ingin berdoa ketika melihat bintang jatuh, tapi gak jadi. Kucing dateng satu lagi dan hendak bertarung dengan kucing menemani Dono dari tadi, jadi Dono melerai pertarungan kucing yang merebutkan daerah kekuasaan. Setelah itu Dono memberikan tahu bunting keduanya.

Dengan senangnya dua kucing menikmati tahu bunting dan juga melupakan pertarungan keduanya. Dono senang melihat kucing yang akur sampai berkata "Seandai saja manusia yang perang bisa di buat akur lagi seperti kucing. Maka hidup lebih berarti lagi. Perdamaian tercipta lagi. Manusia hidup berdampingan dengan baik."

Dono pun santai lagi minum tehnya sambil menikmati alam sekitar dan indahnya langit malam bertabur bintang.

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK