Tiga puluh tahun setelah bencana nuklir, Eli melakukan perjalanan dengan berjalan kaki melintasi gurun bekas Amerika Serikat. Mengenakan kacamata hitam dan pakaian compang-camping, dia menunjukkan keterampilan bertahan hidup dan bertarung yang luar biasa. Mencari air, dia tiba di kota bobrok yang diperintah oleh seorang panglima perang bernama Carnegie, yang berusaha mengendalikan orang-orang melalui kekuatan sebuah buku tertentu, yang tidak dapat ditemukan oleh antek-anteknya.
Eli melakukan barter dengan pemilik toko, sang Insinyur, untuk mengisi ulang baterai pemutar musik portabelnya. Di bar kota, dia diserang oleh sekelompok pengendara motor tetapi dengan cepat membunuh mereka semua. Terkesan, Carnegie mengundang Eli untuk bergabung dengan pekerjaannya, tetapi Eli menolak. Menyadari Eli adalah orang terpelajar seperti dirinya, Carnegie memaksanya untuk menginap di bawah pengawasan. Nyonya Carnegie yang buta, Claudia, membawakan makanan dan air untuk Eli dan Carnegie memerintahkan putrinya Solara untuk merayu Eli, tetapi dia menolaknya. Solara melihat Eli memiliki sebuah buku, dan dia menawarkan untuk membagikan makanannya, mengucapkan rahmat sebelum mereka makan. Di pagi hari, Carnegie tidak sengaja mendengar Solara mengulangi doanya kepada ibunya dan menyadari bahwa Eli memiliki buku yang dia cari: sebuah Alkitab.
Eli menyelinap pergi, tapi Carnegie dan anak buahnya menghadapinya di jalan. Ketika Eli menolak menyerahkan buku itu, Carnegie memerintahkan dia untuk dibunuh; pertempuran berikutnya membuat Eli tidak tersentuh, tetapi banyak antek mati dan Carnegie tertembak di kaki. Solara mengejar Eli dan membawanya ke persediaan air kota, berharap untuk menemaninya, tetapi dia menjebaknya di dalam dan melanjutkan sendirian. Solara kabur dan disergap oleh dua bandit yang mencoba memperkosanya, tetapi Eli muncul kembali dan membunuh mereka. Melanjutkan ke Pantai Barat, Eli menjelaskan misinya: ini adalah salinan Alkitab terakhir yang tersisa karena semua salinan lainnya sengaja dihancurkan setelah perang nuklir. Dia mengatakan bahwa dia dibawa ke buku itu dengan suara di kepalanya, mengarahkannya untuk melakukan perjalanan ke barat ke tempat yang aman, dan memastikan bahwa dia akan dilindungi dan dibimbing dalam perjalanannya.
Di sebuah rumah terpencil, Eli dan Solara jatuh ke dalam perangkap tetapi berhasil menghilangkan kecurigaan warga, George dan Martha, yang mengundang mereka untuk minum teh. Menyadari bahwa George dan Martha adalah kanibal, Eli dan Solara berusaha untuk pergi tepat saat Carnegie dan anak buahnya tiba. Dalam baku tembak berikutnya, George, Martha, dan banyak anak buah Carnegie terbunuh, dan Eli serta Solara ditangkap. Mengancam akan membunuh Solara, Carnegie memaksa Eli untuk menyerahkan Alkitab sebelum menembaknya dan meninggalkannya untuk mati, berangkat dengan karavannya. Solara kabur, menghancurkan satu truk dengan granat tangan dan mengendarai truk lain untuk menemukan Eli. Dengan sisa bahan bakar kendaraannya yang tinggal sedikit, Carnegie kembali ke kota.
Solara menemukan Eli, dan mereka berkendara hingga mencapai Jembatan Golden Gate. Mereka mendayung ke Pulau Alcatraz, di mana mereka menemukan kelompok yang berniat melestarikan sisa-sisa sastra dan musik. Eli memberi tahu para penjaga bahwa dia memiliki salinan Alkitab. Dibawa ke dalam, Eli mendiktekan Alkitab Versi King James Batu dari ingatan ke Lombardi, pemimpin tempat kudus.
Di kota, Carnegie menemukan Alkitab Eli dalam huruf Braille, ya mengungkapkan bahwa Eli buta. Claudia, berpura-pura tidak tahu tentang Braille, memberi tahu Carnegie bahwa luka kakinya telah terinfeksi dan hilangnya penegaknya telah membuat orang-orang mengamuk. Di tempat suci, Eli telah meninggal, tetapi sebelum membaca seluruh kitab. Sebuah percetakan mulai memproduksi salinan Alkitab, dan Lombardi menempatkannya di rak buku antara Tanakh dan Al-Qur'an. Ditawarkan perlindungan di Alcatraz, Solara malah memilih untuk kembali ke rumah, mengambil parang Eli dan harta benda lainnya.
***
Budi selesai baca bukunya, ya buku di taruh di bawah meja. Ya Budi menikmati minum kopi dan makan gorengan gitu. Eko dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
"Rasa senang," kata Budi.
"Rasa senang. Yang di maksud Budi apa?" kata Eko.
"Berita di Tv. Kalau ngomongin tentang lingkungan di daerah kota Bandar Lampung ini, ya antara baik dan buruk perilaku manusia. Antara paham ilmu agama atau tidak paham ilmu agama. Sama halnya di daerah lain tentang perilaku manusia, ya antara paham ilmu agama atau tidak gitu," kata Budi.
"Oooo berita di Tv toh!" kata Eko.
"Artis yang mengisi acara Tv di studio atau sebuah tempat, ya panggung konser musik baik artis dalam negeri maupun luar negeri. Rasa senang melihat artis di suka," kata Budi.
"Realita dari orang yang melihat artis yang di suka. Sama hanya, ya orang-orang yang melihat artis tersebut di studio Tv atau sebuah tempat konser di luar studio TV gitu," kata Eko.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Aku paham omongan Budi!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Main kartu saja Budi!" kata Eko.
"OK. Main kartu remi!" kata Budi.
Budi mengambil kartu remi di bawah meja, ya kartu remi di kocok dengan baik dan di bagikan dengan baik gitu. Eko dan Budi main kartu remi, ya permainannya cangkulan gitu.
"Ngomong-ngomongin...berita di koran. Ada cerita tentang berita orang meninggal. Ya ceritanya antara bener atau tidak, ya kaitan artis gitu. Ya atau berita lain gitu," kata Budi.
"Nama juga berita. Dari cerita masa lalu sampai sekarang. Ya ada berita fakta atau berita kebohongan, ya sekarang di kenal hoaks," kata Eko.
"Ya berita sekedar berita. Nama juga orang-orang yang kerja pembuat berita, ya hasilnya uang. Demi uang di lakukan kerjaan dengan baik, ya demi keluarga. Hidup ini penuh pergolakan dari dulu hingga sekarang," kata Budi.
"Karena pergolakan zaman, ya manusia harus menekunin kerjaan yang dapat menghasilkan uang dengan baik. Ya kalau tidak menghasilkan uang, ya kacau urusan ekonomi keluarga. Ya...apa lagi harga barang ini dan itu, ya menurut ku lebih mahal harga sekarang dari pada harga dulu. Penyebab harga naik, ya ini dan itu sih. Maka itu ada dua jalan pada manusia. Bersabar dari usahanya sampai berhasil menghasilkan uang. Atau memilih jalan buruk," kata Eko.
"Kalau milih jalan buruk. Ya data lingkungan dari pergaulan sana sini," kata Budi.
"Data pergaulan," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
Budi dan Eko main kartu remi dengan baik gitu.