CAMPUR ADUK

Thursday, January 24, 2019

RASA INI & ITU ADALAH CINTA

Malam ini terlihat indah di mata Dono saat duduk di teras depan. Tak sengaja Dono melihat Rara di bonceng motor dengan seorang pemuda yang bukan tetangganya. Dono langsung merasakan kejutan di dalam dirinya yang bergetar berbeda.

"Perasaan apa ini? Terasa ada sesuatu yang hilang dan begitu resah banget," kata Dono.

Dono pun masuk ke dalam rumah dan menutup pintu.

"Jangan-jangan cinta ini mulai tumbuh. Bagaimana dengan Wulan?" kata Dono.

Dono mulai mencari buku di rak dan di bacanya dengan seksama untuk melupakan rasa yang resah timbul. Indro pun mengetuk pintu rumah dan mengucap salam "Asalamualaikum."

"Walaikum salam," jawab Dono.

Dono segera membuka pintu.

"Indro.....," kata Dono.

"Yo.i," jawab Indro.

Indro langsung masuk rumah dan duduk di ruang tamu. Dono pun begitu juga dan langsung membaca buku. Indro pun memperhatikan ulah Dono.

"Tumben Dono..kamu baca buku tentang cinta?" tanya Indro.

"Iya...ada sesuatu yang saya ingin tahu dan di hilangkan," kata Dono.

"Maksudnya?" tanya Indro.

"Begini...Indro."

"Entar..dulu....Dono di kita bahasnya. Saya haus dan lapar baru pulang dari urusan kerjaan yang banyak banget dan repot," kata Indro yang memotong omongan Dono.

"Iya..," saut Dono.

Indro pun bergerak ke dapur untuk makan dan minum. Ternyata di meja makan ada makan yang enak.

"Dono..hari ini tumben kamu masak banyak?" teriak Indro.

"Ada..rezeki lah. Nikmati aja Indro. Tapi..jangan di habiskan. Nanti Kasino pulang...gak ada makanan..lagi?" teriak Dono.

"Beres," jawab Indro dengan berteriak.

Indro yang kelaparan langsung mengisi piringnya dengan nasi, lauk pauk dan sayur. 

"Makan..," kata Indro.

Indro menyantap makan dengan lahap dan kadang minum untuk menghilangkan rasa seret ditenggorokan. Dono terus membaca bukunya dengan konsetrasi yang tinggi dan akhirnya menemukan makna tersembunyi dalam tulisan yaitu keresahan adalah jawaban dari awal cinta.

Dono langsung sadar banget dengan keadaannya.

"Benar-benar...saya mulai jatuh cinta sama Rara. Pantes ada rasa terkejut di dada ini. Detaknya begitu berbeda banget," kata Dono.

Dono melanjutkan bacanya. Indro pun selesai makan dan segera membereskan semuanya dengan rapih. Barulah Indro duduk di ruang tamu bersama Dono.

"Dono..mau cerita apa?" tanya Indro.

"Langsung aja ke topik utama. Bagaimana tanggapan kamu tentang Rara?" tanya Dono.

"Rara yang mana? Rara yang di jodohkan ke kamu atau Rara yang penyanyi dandut?" tanya Indro.

"Rara yang di jodohkan ke saya lah," kata Dono.

"Kalau begitu sih. Masalahnya rumit Dono. Gimana dengan Wulan....Dono?"

"Itu..lah yang masalahnya...Indro."

"Cinta..dan...Cinta... adalah lautan penderitaan. Siapa yang telah jauh cinta pasti merasakan manisnya cinta dan paitnya cinta," puisi Indro.

"Malah...puitis...Indro. Saya butuh masukan urusan masalah perasaan saya?"

"Masalahnya sederhana tapi jangan di bikin sulit. Siapa yang kamu cintai di dalam hati mu..Dono?"

"Yang ku cintai adalah Wulan. Tapi ada keresahan yang lain..yaitu Rara," kata Dono.

"Kalau...begitu...sih. Jelas membagi hati. Itulah ujian orang yang setia pada satu cinta. Pilih Wulan bener. Pilih Rara bener. Untung aja ......gak ketiga," kata Indro.

"Maksudnya....cinta lama bersemi kembali. Silfi......ya Indro."

"Bukan.....Lesti....," saut Indro.

"Kenapa sautnya ke Lesti...yang sudah dianggap adik sendiri?" tanya Dono.

"Bukan Lesti..itu. Tapi Lesti...penyanyi dangdut," kata Indro dengan tengas.

"Ngacok....dan ngacok..diajak bicara lancong semuanya. Dasar nyelawak," kata Dono

"Abisnya terlalu serius. Toh jawabannya udah tahu. Yang lagi kamu baca adalah buku tentang cinta. Toh..otomatis kamu tahu jawabannya. Cinta kamu sama Wulan dengan penuh kesetian. Sedangkan  lainnya adalah ujian dari cinta kamu terhadap Wulan," penjelasan Indro.

"Kalau begitu gak usah cerita. Gak perlu minta masukkan dari kamu..Indro."

"Udah..tahu jawabannya. Masih aja bingung," kata Indro.

"Ya.....saya yang salah. Kamu yang benar," kata Dono.

Dono pun menutup bukunya dan di taruh di meja. Lalu Dono pun bergerak ke ruang tengah dan lansung menyetel Tv. Indro ikutan juga nonton Tv acara lawak. Pintu pun di ketuk dan terdengar orang mengucap salam "Asalamualaikum."

"Waalaikum salam," jawab Dono dan Indro bersamaan.

Dono pun membuka pintu.

"Kasino," kata Dono.

"Ini untuk kamu," kata Kasino sambil menyerahkan keresek putih.

"Apa ini?" tanya Dono.

"Lihat sendiri," kata Kasino dan langsung masuk ke dalam rumah.

"Jaket dan kue. Kasino dari siapa?" teriak sambil bergerak ke ruang tengah. 

Kasino sedang sibuk membuka tudung dan segera mengambil piring di isi nasi dan langsung mengeluarkan sebuah kata-kata "Dari Wulan." Setelah itu langsung mengisi piring dengan lauk pauk dan sayur. Kasino langsung melahap makan tersebut.

"Astaga naga. Perhatian nie cewek bukan main. Jaket baru aja di omongin cuma mainan malah di beliin," kata Dono.

"Dari Wulan...Dono. Kuenya bagi dong," kata Indro.

"Nie..kuenya," kata Dono.

"Teman..baik," kata Indro sambil mengambil kue dalam kotak.

"Ya..saya sudah tahu Indro."

Dono pun menikmati kue dengan Indro sambil nonton Tv. Kasino pun membawa piringnya ke ruang tengah untuk nonton Tv.

"Loe....acaranya lawak toh?" kata Kasino sambil duduk.

"Bukan. Berita malam," saut Indro.

"Ngacok kalian berdua. Nyelenehnya gak ketulungan. Nanti yang baca tulisan ini bingung. Yang benar yang mana?" kata Dono.

"Ya..jelaslah...lagi nonton acara musik dangdut," kata Kasino.

"Musik dangdut," saut Indro.

"Itu..yang bener," saut Dono dengan tegas.

Dono asik nonton acara musik dangdut sambil makan kue. Begitu juga dengan Indro. Sedangkan Kasino balik lagi ke meja makan untuk menyelesaikan makannya. Baru setelah itu Kasino nonto Tv bersama teman-temannya.


Karya: No

CINTA KE DUA

Angin bertiup sangat kencang. Langit menurunkan tetesan air. Dono pun keluar dari rumahnya.

"Hujan...hujan...," teriak Dono yang senang.

Dono pun menunggu air yang turun dari langit turun dengan deras, tetapi tidak hanya rintik-rintik. Dono pun murung sekali.

"Kayanya gak jadi hujan," kata Dono.

Langit pun menunjukkan gemuruhnya dan kilatan petir yang menyambar-nyambar. Sampai cahayanya kilat terlihat jelas di mata Dono.

"Benar..benar dekat cahaya kilat itu," kata Dono.

Dono terus menunggu hujan turun dengan sangat deras. Dono lagi-lagi murung.

"Kenapa hujannya di wlayah sana? Kenapa gak nyampe di sini? Apakah penyebaran awan yang membawa air....tidak merata cuma di area sana," kata Dono.

Dono bersabar menunggu hujan. Sampai akhirnya memutuskan masuk ke dalam rumah. Tiba-tiba hujan sangat deras dan jatuh di wilayah tempat tinggal Dono.

"Hore..hujan. Ternyata..awan yang membawa air baru bertiup sampai sini," kata Dono.

Dono langsung senang memandangin air yang turun dari langit dengan seksama lewat jendela kaca rumah.

"Di sini hujan  di wilayah lain belum tentu hujan," kata Dono.

Dono pun melihat sosok gadis yang di kenalnya di jalan dalam keadaan kehujanan. Dono langsung mengambil payung dan bergerak keluar rumah. Payung pundi buka Dono dan langsung mengejar sosok gadis yang dalam keadaan kedinginan. 

Dono pun memayungi gadis tersebut. 

"Rara..," kata Dono.

"Mas Dono," kata Rara.

"Mas Dono antar pulang ya. Kamu sudah basah kuyup,"  kata Dono.

"Iya ..terima kasih atas bantuannya," saut Rara.

"Rara dari mana ..kok sampai kehujanan?" tanya Dono.

"Saya..abis baru pulang dari kuliah. Tahu-tahu sampai sini sudah hujan," cerita Rara.

"Oh...begitu," saut Dono.

Dono dan Rara berduan dalam satu payung. Hujan pun makin deras saja. Sampai di rumah Rara dan menghantarkannya sampai rumah.

"Masuk dulu mas Dono. Sampai hujan berhenti," ajak Rara.

"Ada orang di rumah gak?" tanya Dono.

"Gak ada. Cuma Rara. Bapak dan Ibu belum pulang dari kerja," kata Rara.

"Kalau begitu lebih baik mas Dono pulang. Alasannya gak baik cowok dan cewek yang tidak ada ikatan dalam satu rumah dan tidak ada yang mengawasi," kata Dono.

"Rara mengerti khawatiran mas Dono. Sebelum dan sesudahnya terima kasih," kata Rara.

"Iya ..sama-sama," jawab Dono.

Dono pun meninggalkan Rara begitu saja. Sedangkan Rara langsung masuk rumah dan menutup pintu dengan rapat. Rara pun bersandar di pintu.

"Mas Dono tetap tidak mengerti perasaan Rara yang sebenarnya. Dia orang baik. Padahal orang tua telah setuju Rara di jodohkan dengan mas Dono. Tetap mas Dono...tidak membuka pintu hatinya buat Rara," katanya.

Rara pun meneteskan air matanya dan langsung masuk kamarnya.

Dono pun sampai juga di rumahnya dan menutup payungnya. 

"Ojek ...payung untuk Rara. Seandainya....kamu masuk duluan saya terima jadi pasangan hidup saya dan saya segera menikahi Rara. Toh orang tua saya dan orang tua Rara sudah setuju. Tapi karena awalnya Wulan yang telah masuk ke dalam hati ini. Saya harus menjaga perasaan ini tetap setia pada Wulan," celoteh Dono sambil melihat hujan yang deras dari teras rumahnya.

Dono pun segera masuk ke dalam rumah dan segera ke kamarnya langsung menghidupkan komputernya dan segera mengetik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan.


Karya: No

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK