Pada November 1942, tak lama setelah Jepang mengambil alih Burma, sekelompok pria Tionghoa dari Green Gang menurunkan opium di Calcutta tetapi disergap, dengan pemimpin mereka dibutakan secara brutal oleh sosok misterius.
Tiga bulan kemudian, sang pemimpin memutuskan untuk kembali ke Kalkuta untuk menyelidiki opium mereka yang hilang. Sementara itu, Ajit Kumar Banerjee mendekati Byomkesh Bakshi agar bisa menemukan ayahnya yang hilang, Bhuvan Banerjee. Byomkesh awalnya menolak permintaan tersebut tetapi memutuskan untuk memeriksanya setelah kekasihnya menikah dengan orang lain. Keesokan harinya, dia mengunjungi rumah penginapan tempat tinggal Bhuvan, dijalankan oleh dokter Dr. Anukul Guha, dan mengambil kamar untuk menyelidiki. Dia menemukan paan Bhuvankotak dengan Ashwini Babu, teman sekamar Bhuvan, dan menyimpulkan bahwa dia dibunuh. Byomkesh mengunjungi pabrik kimia tertutup tempat Bhuvan dulu bekerja, di mana dia bertemu dengan seorang aktris, Anguri Devi, seorang aktris film dan teman pemilik Gajanan Sikdaar. Byomkesh menemukan beberapa surat dengan Anguri Devi dan menyimpulkan bahwa Bhuvan memeras Sikdaar, dan Sikdaar mungkin telah membunuh Bhuvan dan menyembunyikan tubuhnya di pabrik.
Byomkesh dan Dr. Guha kembali ke pabrik dan menemukan tubuh Bhuvan di dalam mesin, menyebabkan Wakil Komisaris Wilkie menanyai Sikdaar. Namun, Byomkesh menemukan bahwa surat-surat itu salah tanggal dan menyelamatkan Sikdaar agar tidak dijebak. Byomkesh mengikutinya pulang tetapi dihentikan oleh Anguri Devi, yang mencoba merayunya. Dengan lembut menolaknya, dia pergi menemui Sikdaar, yang langsung marah dan meninggal, setelah diracuni. Kecurigaan jatuh pada Sukumar, yang terlihat mengancam akan membunuh Sikdaar. Guha meninggalkan Calcutta untuk sementara tetapi mengirimkan stempel kepada Byomkesh, membenarkan bahwa dia telah memalsukan surat-surat itu dan membunuh Bhuvan. Satyavati, saudara perempuan Sukumar, memohon kepada Byomkesh untuk membantu saudara laki-lakinya, yang dia yakini tidak bersalah dan bersembunyi. Byomkesh menemukan taksi yang terakhir kali dilihat Sukumar, dan pengemudi mengarahkannya ke kantor Dr. Watanabe, seorang dokter gigi Jepang. Byomkesh dan Ajit pergi menemui Watanabe, mengatakan bahwa mereka adalah sukarelawan untuk Basant Panchami dari Sukumaragitasi, tapi Watanabe melihat melalui mereka dan mengirim sukarelawan nyata untuk membuntuti mereka. Setelah mengamati hal ini, Byomkesh menyamar dan Ajit sebelum mengikuti sukarelawan tersebut kembali ke kantor Watanabe. Menemukan tipu muslihat, Watanabe membunuh sukarelawan dan resepsionisnya sebelum melarikan diri. Keduanya memasuki kantornya dan melihat mayat mereka; Byomkesh menemukan gambar di saku sukarelawan.
hampir menembaknya, tetapi dia menunjukkan kasih sayang untuk menariknya sebelum menikamnya. Sirene serangan udara dinyalakan; menggunakan ini, Byomkesh meyakinkan Watanabe untuk pergi dan menghentikan serangan untuk menyelamatkan anak buahnya. Geng Hijau, diam-diam mengamati proses dengan bantuan Kanai, menyerang Yang. dan berencana menjadikan Kalkuta sebagai ibu kota narkoba dunia. Byomkesh menyatakan dia memberi tahu pihak berwenang tentang titik pendaratan, tetapi Yang mengklaim dia menggertak. Anguri Devi mencoba menghalangi Yang, hampir menembaknya, tetapi dia menunjukkan kasih sayang untuk menariknya sebelum menikamnya. Sirene serangan udara dinyalakan; menggunakan ini, Byomkesh meyakinkan Watanabe untuk pergi dan menghentikan serangan untuk menyelamatkan anak buahnya. Geng Hijau, diam-diam mengamati proses dengan bantuan Kanai, menyerang Yang. dan berencana menjadikan Kalkuta sebagai ibu kota narkoba dunia. Byomkesh menyatakan dia memberi tahu pihak berwenang tentang titik pendaratan, tetapi Yang mengklaim dia menggertak. Anguri Devi mencoba menghalangi Yang, hampir menembaknya, tetapi dia menunjukkan kasih sayang untuk menariknya sebelum menikamnya. Sirene serangan udara dinyalakan; menggunakan ini, Byomkesh meyakinkan Watanabe untuk pergi dan menghentikan serangan untuk menyelamatkan anak buahnya. Geng Hijau, diam-diam mengamati proses dengan bantuan Kanai, menyerang Yang.
Byomkesh memberi tahu Satyavati yang panik bahwa dia memang menggertak sebelum pingsan dalam kekacauan itu. Sadar kembali, Byomkesh diberitahu oleh Ajit bahwa Geng Hijau telah merebut Yang. Byomkesh meminta Satyavati untuk menikah dengannya, dan dia membalas dengan senyuman. Sementara itu, pemimpin buta Geng Hijau memerintahkan putranya untuk membutakan Yang sebagai balas dendam di pabrik yang ditinggalkan, tetapi Yang sengaja membutakan dirinya sendiri dengan poker untuk membalikkan keadaan dan malah membunuh geng tersebut, merencanakan hal yang sama untuk Byomkesh. Saat sirene pabrik berbunyi, Byomkesh menyadari ada yang tidak beres.
Budi selesai baca cerpen yang ceritanya menarik banget gitu, ya buku di tutup dengan baik dan buku di taruh di bawah meja. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan motornya di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
"Laga," kata Budi.
"Ada apa dengan kata itu, ya Budi?" kata Eko.
"Sebuah cerita yang berkaitan dengan laga pertarungan," kata Budi.
"Oooo sebuah cerita. Permainan seandainya. Permainan Budi!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Silakan Budi bercerita. Aku mendengarkan cerita Budi dengan baik. Ya seperti mendengarkan sandiwara Radio gitu!" kata Eko.
"Begini ceritanya. Cerita pada masa kerajaan Singosari. Budi bersama Tasya di rumahnya Budi. Ya Tasya di rumah Budi, ya cuma main saja gitu. Budi dan Tasya teman baik dari kecil sampai dewasa gitu. Keduanya, ya ada perasaan tentang urusan kisah cinta gitu. Karena ada urusan Tasya pulang ke rumahnya. Budi juga ada urusan juga, ya menemui Eko di rumahnya gitu dengan membawa tombak dan juga barang-barang yang terbuat dari kulit binatang, ya yang di bungkus kain, ya yang mau di jual Budi ke Pak Harjo. Sampai di rumah Eko, ya Budi berlatih silat dengan baik gitu. Keduanya, ya murid dari guru Iko. Ya guru Iko seorang empu pembuat senjata. Eko di buatkan senjata pedang sama guru Iko. Pedang itu, ya sangat hebat dan Eko menyukai pedang buatan guru Iko. Sedangkan Budi di buatkan sebuah tombak. Ya tombak itu, ya sangat hebat jadi Budi menyukai buatan dari guru Iko. Ya guru Iko telah menurun ilmu silat pada Budi dan Eko, ya jadi keduanya di suruh berjalan di jalan baik, ya nasehat guru Iko. Ya guru Iko meninggalkan Budi dan Eko untuk bertapa di dalam hutan dengan baik gitu. Budi dan Eko terus adu tanding dengan baik, ya pake senjata buatan guru Iko. Pertarungan sengit banget. Keduanya seimbang dengan baik. Setelah latihan, ya Budi dan Eko beristirahat makan dan minum dengan baik di rumah Eko. Keakraban keduanya terjalin dengan baik dari kecil sampai dewasa. Setelah makan, ya Budi ada urusan jadi meninggalkan rumah Eko. Ya Eko tetap di rumah, ya ada yang ia kerjakan dengan baik di rumahnya. Budi mau ke pasar, ya ingin menjual barang yang ingin ia jual gitu. Singkat waktu, ya Budi sampai di pasar. Budi menjual beberapa kerajinan kulit pada Pak Harjo. Ya Pak Harjo membayar hasil kerajinan Budi dengan harga yang mahal karena ada permintaan dari para bangsawan yang menyukai kerajinan Budi gitu. Budi senang usaha yang di jalankan berjalan baik. Ketika Budi mau pulang ke rumahnya, ya di perjalanan gitu. Ada pertarungan sengit dari dua pendekar. Arya Kamandanu dengan Empu Tong Bajil. Budi jadi penonton dari pertarungan dua pendekar hebat dengan kesaktiannya gitu. Empu Tong Bajil mendesak Arya Kamandanu dari setiap serangan gitu. Arya Kamandanu bisa mengatasi dengan baik serangan tersebut, ya bertahan gitu. Dewi Sambi muncul membantu Empu Tong Bajil, ya jadi Arya Kamandanu lebih terdesak gitu. Budi melihat pertarungan tidak adil, ya jadi ikut bertarung membantu Arya Kamandanu gitu. Pertarungan sangat sengit banget, ya sampai mengeluarkan ilmu tenaga dalam gitu. Arya Kamandanu, ya mengeluarkan pedang Naga Puspanya untuk mengalahkan Empu Tong Bajil. Dengan tekni tarian pedang Naga Puspa, ya Arya Kamandanu bisa mengalahkan Empu Tong Bajil. Ya Empu Tong Bajil terluka karena pukulan dari Arya Kamandanu. Budi bertarung dengan Dewi Sambi, ya Budi mengeluarkan seluruh tenik tombaknya. Dewi Sambi terdesak dengan serangan dari Budi. Dewi Sambi terkena tendangan Budi yang kuat, ya sampai Dewi Sambi terpental gitu. Empu Tong Bajil dan Dewi Sambi yang kalah dalam pertarungan dengan Arya Kamandanu dan Budi, ya jadi Empu Tong Bajil dan Dewi sambil meninggalkan tempat tersebut dan juga gagal merebut pedang pusaka Naga Pusakanya Arya Kamandanu. Arya Kamandanu berterima kasih bantuannya sama Budi, ya menolong pertarungan gitu. Sebenarnya Budi berteman baik dengan Arya Kamandanu dari pertemuannya tidak sengaja di jalan ketika itu Arya Kamandanu sedang bertarung dengan Arya Dwipangga gitu. Arya Kamandanu bisa mengalahkan Arya Dwipangga gitu. Budi cuma nonton pertarungan saja, ya karena kebetulan lewat saja daerah tersebut. Arya Kamandanu meninggalkan tempat tersebut, ya pulang ke rumahnya karena Mei Shin, ya menunggu Arya Kamandanu di rumahnya. Budi pun meninggalkan tempat tersebut, ya pulang ke rumahnya. Singkat waktu, ya Budi sampai di rumahnya gitu. Budi dapat kabar tentang Tasya dari Ayahnya. Bahwa Tasya di bawa sama perampok yang sakti bernama Mat Item, ya menyukai Tasya gitu. Tasya bergegas ke rumah Mat Item. Singkat waktu di rumah Mat Item. Eko yang dapat kabar di culik Tasya sama Mat Item, ya kabar dari Otong temannya Tasya, ya ke tempat Mat Item untuk menolong Tasya. Eko sekarang sedang bertarung dengan anak buahnya Mat Item. Budi membantu Eko yang sedang bertarung mengalahkan anak buahnya Mat Item. Memang pertarungan sangat sengit banget gitu. Budi dan Eko mengalahkan anak buah Mat item dengan baik. Budi dan Eko berhadapan dengan Mat Item gitu. Mat Item menggunakan senjata pedang kembarnya untuk menghadapi serangan pedang dari Eko dan tombak dari Budi. Pertarungan sengit banget, ya tidak ada yang mau mengalah. Sampai mengeluarkan tenaga dalam gitu. Budi dan Eko dengan kerja sama yang baik, ya mengalahkan Mat Item dengan baik gitu. Budi ingin membunuh Mat Item pake tombaknya, ya tapi di halangi Eko karena Mat Item sudah tidak berdaya lagi tergeletak di tanah gitu. Budi membawa Tasya pulang ke rumahnya bersama Eko gitu. Sampai di rumahnya Tasya, ya Ayah dan Ibunya senang Tasya baik-baik saja gitu. Budi dan Eko pulang ke rumahnya masing-masing untuk istirahat gitu. Begitulah ceritanya!" kata Budi.
"Cerita yang bagus!" kata Eko.
"Ya sekedar cerita saja. Masih banyak yang lebih baik bercerita dari pada aku. Cerita yang lebih baik itu, ya film atau sinetron," kata Budi.
"Aku paham omongan Budi!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Laga pertarungannya bagus," kata Eko.
"Ya begitulah ceritanya," kata Budi.
"Berjalan di jalan baik dan menolong orang yang mengalami kesulitan," kata Eko.
"Mengikuti nasehat dari guru yang mengajarkan ilmu silat," kata Budi.
"Nasehat yang diikuti baik," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Ya kalau begitu. Main kartu remi saja!" kata Eko.
"Okey main kartu remi gitu!" kata Budi.
Budi mengambil kartu remi di bawah meja, ya kartu remi di kocok dengan baik dan di bagikan dengan baik gitu. Eko dan Budi main kartu remi dengan baik gitu.