CAMPUR ADUK

Friday, July 29, 2022

THE LAST AIRBENDER

Budi dan Abdul duduk di depan rumah Budi, ya sedang mendengarkan radionya Budi. Kedua asik menikmati minum kopi dan juga makan gorengan lah.

"Suka dengan cewek yang di sukai. Ya rasanya rindu ingin bertemu gitu," kata Abdul.

"Masa? Kok aku tidak merasakan ya?" kata Budi.

"Budi!" kata Abdul.

"Ok. Ok. Ok. Aku mengerti omongan Abdul. Walau aku masih jomlo sih. Ya kalau menyukai cewek yang di sukai, ya ada rasa rindu untuk bertemu gitu," kata Budi.

"Yang di pertanyakan itu. Apakah ceweknya rindu pada ku, ya Putri?" kata Abdul.

"Kalau itu sih aku tidak tahu lah Abdul. Putri rindu apa tidak? Apa lagi cewek zaman sekarang, ya sibuk mikirin urusannya dari pada mikirkan cinta. Sampai-sampai ada cewek yang ngomong begini "Kalau suka aku lamar aku. Bawa mahar yang mahal gitu". Ya omongan cewek seperti itu menantang cowok yang menyukainya," kata Budi.

"Ya cewek yang di omongan Budi seperti itu. Ya kalau aku menyukai cewek yang aku sukai. Ya berani jawab tantangan cewek itu. Ya paling mahar mahal......apa ya? Sapi aja harganya besar juga. Ya jadi sapi maharnya, ya ke rumah ceweknya. Ya cewek pasti menerima kan Budi?" kata Abdul.

"Sapi maharnya. Ya otomatis di terimalah sama cewek. Cowok berani jawab tantangan cewek," kata Budi.

"Seandainya Putri. Ya ngomong seperti cewek yang di omongin Budi. Ya aku pasti melamar Putri. Ternyatakan tidak. Jadi kisah ku dengan Putri, ya sebatas teman," kata Abdul.

"Ya kalau urusan Putri mau di bilang apa. Penuh tanda tanya sih Putrinya?" kata Budi.

Budi dan Abdul masih mendengarkan lagu-lagu di radio gitu. Pokoknya lagu-lagu bagus gitu.

"Ngomong-ngomong Abdul. Tentang orang-orang licik yang kerjaannya menyuruh orang agar barang dagangan laku, yang jenis barang ini dan itu atau urusan kerjaan lacar. Apa orang-orang licik masih menjalankan kerjaan itu?" kata Budi.

"Nama juga hidup ini. Ada kesempatan untuk melancarkan urusannya dengan cara kelicikan di jalan kan. Yang penting urusan ekonomi berjalan dengan baik," kata Abdul.

"Orang-orang licik pandai bersiasat demi urusan kerjaannya lacar. Ya siasat ini dan itu, ya lebih banyak di jalankan pencuri dan penipu di mana-mana. Polisi yang pandai membaca gerak gerik siasat pencuri dan penipu, ya di tangkap lah untuk di penjara karena merugikan orang lain," kata Budi.

"Banyak pemuka agama berkata "Susahnya membentuk kepribadian manusia jadi baik" Maksudnya umat pemeluk agama gitu," kata Abdul.

"Nama manusia. Ada yang baik dan buruk," kata Budi.

Eko dateng ke rumah Budi, ya memarkirkan dengan baik motornya dengan baik di depan rumah Budi. Eko pun duduk bersama Budi dan Abdul.

"Hidup ini harus di bawa ceria seperti anak-anak. Ya hidup bahagia. Walau kenyataan kita ini remaja yang dewasa dengan kematangan berpikirnya karena sudah kerja dan juga bertanggung jawab penuh dengan kerjaan masing-masing untuk masa depan dan kelangsungan hidup sehari-hari," kata Eko.

"Omongan Eko bener lah," kata Abdul.

"Ya omongan Eko bener sih. Jadi aku mau bercerita pake wayang yang terbuat dari kardus, ya kreatif. Jadi radio aku matiin!" kata Budi.

"Aku jadi penonton yang baik," kata Abdul.

"Ya aku jadi penonton yang baik," kata Eko.

Budi yang telah mengambil wayang yang di taruh di kursi, ya wayang di mainkan dengan baik sama Budi. Eko dan Abdul menonton pertunjukkan wayang Budi dengan baik gitu.

Isi cetita yang di ceritakan Budi :

Satu abad telah berlalu sejak Negara Api mendeklarasikan perang terhadap tiga negara Air, Udara, dan Bumi lainnya dalam upaya mereka untuk menaklukkan dunia. Sokka dan adik perempuannya Katara, ya yang tinggal di Suku Air Selatan, menemukan gunung es yang tidak biasa. Mendobrak gunung es melepaskan seberkas cahaya dan mengungkapkan seorang bocah lelaki berusia 12 tahun bernama Aang dan bison terbang peliharaannya, ya namanya Appa.

Zuko, ya pangeran yang dipermalukan dari Negara Api, mendeteksi cahaya dari pelepasan Aang dan tiba di Suku Air Selatan untuk meminta penduduk desa menyerahkan "The Avatar", ya satu-satunya orang yang mampu mengendalikan keempat elemen dari udara, air, tanah dan api. Aang menyerahkan dirinya untuk menyelamatkan desa, tetapi lolos dari kapal Negara Api dan terbang ke Appa, dibawa oleh Katara dan Sokka. Ketiganya melakukan perjalanan ke tanah air Aang di Kuil Udara Selatan, di mana Aang sendiri mengetahui bahwa dia berada di gunung es selama satu abad dan bahwa Negara Api memusnahkan Pengembara Udara lainnya, termasuk walinya Biksu Gyatso. Dalam keputusasaan, Aang memasuki Negara Avatar dan menemukan dirinya di Dunia Roh di mana dia bertemu dengan Roh Naga. Permohonan Katara membawa Aang keluar dari Negara Avatar.

Kelompok itu tiba di desa Kerajaan Bumi yang dikendalikan oleh Negara Api. Ketika mereka ditangkap dan dipenjarakan, mereka menghasut pemberontakan, melawan dan mengalahkan tentara Negara Api yang menduduki desa. Aang memberi tahu Katara dan Sokka bahwa dia hanya tahu pengendalian udara dan belum menguasai tiga elemen lainnya. Mereka menuju ke Suku Air Utara di mana Aang dapat belajar dari ahli pengendalian air.

Selama perjalanan sampingan ke Kuil Udara Utara, Aang dikhianati oleh seorang petani dan ditangkap oleh pemanah Negara Api yang dipimpin oleh Komandan Zhao. Namun, perampok bertopeng yang disebut 'The Blue Spirit' membantu Aang melarikan diri. Zhao menyadari bahwa Zuko adalah Roh Biru, dan memiliki panah otomatis yang menembakkan baut yang menjatuhkan Zuko, tetapi Aang menggunakan keahliannya untuk melarikan diri dengan Zuko yang tidak sadarkan diri. Aang mengawasi Zuko sampai pagi, lalu pergi untuk bersatu kembali dengan Sokka dan Katara. Zhao mencoba lagi untuk membunuh Zuko dengan meledakkan kapalnya, tetapi Zuko diam-diam bertahan dan menyelinap ke kapal Zhao.

Setibanya di sana, Aang dan kawan-kawan disambut oleh warga Suku Air Utara, dan Master Pengendali Air Pakku mengajar Aang dan Katara. Negara Api tiba dan Zhao memulai serangannya sementara Zuko melanjutkan pencarian independennya untuk Avatar. Setelah mengalahkan Katara dalam pertempuran, Zuko menangkap Aang, yang masuk kembali ke Negara Avatar untuk mencari Roh Naga bantuan untuk mengalahkan Negara Api. Roh Naga menasihatinya untuk "menggunakan laut dan menunjukkan kekuatan Air".

Kembali ke tubuhnya, Aang melawan Zuko sampai Katara membekukan Zuko dalam es, lalu pergi untuk bergabung dalam pertempuran. Paman Zuko, Iroh dan Zhao pergi ke gua suci tempat Zhao menangkap Roh Bulan. Terlepas dari permohonan Iroh, Zhao membunuh Roh Bulan untuk melucuti semua pengendali air dari kemampuan mereka. Marah dengan penistaan ​​Zhao, Iroh mengungkapkan penguasaannya dalam pengendalian api, menakuti Zhao dan rombongannya keluar dari gua suci. Putri Yue memberikan hidupnya untuk menghidupkan kembali Roh Bulan. Zhao mengetahui bahwa Zuko selamat dan mereka bersiap untuk bertarung, tetapi Iroh berbicara dengan Zuko dan Zhao ditenggelamkan oleh pengendali air. Mengingat hidupnya sebelum terjebak dalam es, Aang memasuki Negara Avatar dan mengangkat laut menjadi dinding raksasa untuk mengusir Negara Api kembali.

Ayah Zuko, Raja Api Ozai, mengetahui kekalahan itu dan menugaskan putrinya, Putri Azula, untuk mencegah Avatar menguasai bumi dan api.

***

Budi cukup lama bercerita pake wayang dan akhirnya selesai, ya wayang di taruh di kursi kosong lah. Eko dan Abdul memuji pertunjukan wayang Budi, ya cerita juga bagus gitu. Budi menaruh wayang di kursi kosong. Ketiganya melanjutkan acara main kartu remi, ya main cangkulan lah. Dan radio di hidupkan lagi sama Budi. Ya ketiga asik main kartu remi sambil mendengarkan lagu-lagu bagus dari radio lah.

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK