"Kadir," kata Doyok.
"Kamu, Doyok," saut Kadir.
Doyok pun menikmati pemandangan pantai yang indah bersama Kadir.
"Diseberang lautan ada apa ya, Yok?" tanya Kadir.
"Pulaulah," jawab Doyok.
"Pulau, berarti sebuah negara atau kerajaan...ya di pulau seberang...ya, Yok," kata Kadir.
"Iya, kali," saut Doyok.
"Kalau...kita tinggal di pulau seberang sana hidup kita lebih baik dari pada hidup di sini," kata Kadir.
"Mungkin juga. Tapi, banyak kabar di seberang sana banyak peraturannya. Nama juga negara lain," kata Doyok.
"Banyak...peraturan ini dan itu. Wah hidup nambah sulitlah...gak bebas seperti burung terbang," kata Kadir.
"Nama..juga hidup di zaman sekarang. Banyak peraturan yang mengatur manusia, agar aman dan disiplin," kata Doyok.
"Kayanya lebih baik zaman dulu, ya. Kalau kita pergi ke seberang sana dengan kapal, ya memang sih lama. Ketika sampai di sana kita cuma beradaptasi dengan lingkungan sudah jadi warga di pulau tersebut. Kalau sekarang sih mustahil. Karena peraturan ini dan itu.....jadinya ribet," kata Kadir.
"Omongan kamu, Kadir ada benernya...lebih baik...hidup di zaman dulu dari pada zaman sekarang banyak peraturan. Ya...banyak penyakit yang berkembang di pulau ini dan itu, itu semuakan karena faktor banyaknya populasi manusia," kata Doyok.
"Iya..juga, ya banyak penyakit yang berkembang. Padahal banyak orang meninggal....kan karena kerusakan sistem tubuh akibat apa yang di minum dan makan sampai apa yang ia kerjakan?!" kata Kadir.
"Takdir manusia itu yang lahir, hanya manusia itu sendiri yang menentukan," kata Doyok.
"Bener juga omongan kamu, Doyok. Sudahlah...nyantai di sini, pulang yuk!" kata Kadir.
"Ayok!!!" saut Doyok.
Kadir dan Doyok pun bangun dari duduknya di pasir putih. Berjalan keduanya, ya menuju rumah.
"Yok, ngelaut gak hari ini?" tanya Kadir.
"Enggaklah. Aku ada kerjaan. Biasalah....pacaran dengan Iyem," kata Doyok.
"Oh...begitu," saut Kadir.
Kadir dan Doyok, ya sampai di rumah. Doyok segera berbenah diri untuk pergi ke rumah Iyem. Kadir sibuk mengerjakan memperbaiki jaring ikan yang rusak.
"Kadir, aku pergi...kencan dulu," kata Doyok.
"Iya," saut Kadir.
Doyok dengan santai berjalan menuju rumah Iyem, untuk pacaran gitu. Kadir, ya tetap sibuk membenarkan jaring ikan.
"Enak juga, ya hidup...jadi orang kaya," celoteh Kadir.
Kadir tetap serius memperbaiki jaring ikan, ya sampai selesai. Hari terlihat, ya sore gitu. Kadir pun ingin pergi memancing. Doyok pulang dari urusannya pacaran dengan Iyem.
"Kadir..mau kemana?" tanya Doyok.
"Mau...mancing. Suntuk di rumah," kata Kadir.
"Gak..usah mancing, lebih baik ikut aku...nonton acara dangdutan di kampung sebelah," kata Doyok.
"Dangdutan di kampung sebelah, jauh itu mah...Yok. Pake apa kita ke sana?" kata Kadir.
"Nebeng truk, yang lewat kesana," kata Doyok.
"Ok, boleh juga," saut Kadir.
Kadir dan Doyok, ya berangkat menuju kampung sebelah untuk nonton dangdutan. Ya apa di omongin Doyok bener, jadi nebeng truk yang lewat daerah sini menuju kampung sebelah. Selang berapa saat sampai juga di tempat untuk nonton dangdutan.
Doyok dan Kadir, ya menonton di antara penonton yang menonton gitu. Biduan yang menyanyi panggung sih, penyanyi kampung yang sudah terkenal gitu....Elvi dan Dorce. Semua orang terbawa suasana lagu-lagu yang bagus di nyanyikan biduan.
"Bagus...ya Doyok...acara dangdutannya," kata Kadir.
"Iya," saut Doyok.
Doyok dan Kadir, ya terus menonton dangdutan sampai larut malam banget. Usai sih acara dandutannya. Doyok dan Kadir ingin pulang, karena gak ada kendaraan menuju arah pulang ke rumah, ya terpaksa numpang tidur di rumahnya Tile, ya teman Doyok dan Kadir.
Tile, ya mempersilakan Doyok dan Kadir untuk menginap satu hari di rumahnya.
"Doyok perlu gak kita lapor RT, kalau kita tinggal di rumah Tile," kata Kadir.
"Sebenarnya peraturan sih, ya harus lapor RT gitu, kalau warga yang asing tinggal di salah satu warga di sini. Tapi biarin...lah, cuma tegoran. Ngantuk gak usah di bahas lagi," kata Doyok.
"Iya," saut Kadir.
Kadir dan Doyok pun segera tidur dengan tenang. Esok paginya. Ya Doyok dan Kadir pamitan gitu sama Tile untuk pulang ke rumahnya. Saat Doyok dan Kadir lewat rumahnya RT, ya ada orangnya sih. Pak RT menunjukkan sikap tidak suka sama Doyok dan Kadir, ya gak dianggaplah sama Doyok dan Kadir...jadi terus berjalan keluar dari kampung tersebut, ya nyari tebengan mobil yang menuju rumah sih. Doyok dan Kadir naik mobil truk lagi menuju rumahnya. Selang berapa saat, ya sampai di daerah rumahnya.
Doyok dan Kadir, ya berjalan menuju rumahnya. Sampai di rumah.
"Doyok, ngelaut gak hari ini?" tanya Kadir.
"Iya, nanti sore aja. Capek. Mau istirahat," kata Doyok.
"Oh...gitu," saut Kadir.
Doyok pun tidur di kamarnya. Sedangkan Kadir, ya sibuk membereskan rumah.
"Enaknya jadi orang kaya, Ah cuma harapan saja...kenyataan hidup tetap miskin. Sebenarnya, ya gak miskinlah. Makan minum cukup dan tempat tinggal juga aman, ya tidak takut di usir pemilik tanah...kaya orang-orang tinggal di kota. Oh..iya, cuma miskin keadaan....saja," celoteh Kadir.
Kadir pun terus mengerjakan ini dan itu, ya sampai waktu pun telah sore. Doyok pun sudah siap untuk ngelaut, ya begitu juga dengan Kadir. Keduanya pergi kelaut denga sanpan tradisional tidak pake motor, karena mesin motor lagi rusak..jadi pake dayung dan layar yang di tiup angin laut. Doyok dan Kadir berada di tengah lautan. Keduanya bekerja sama untuk menjaring ikan. Sampai akhirnya sampan penuh ikan, ya Doyok dan Kadir segera mendayung sampan sampai ke pantai.
"Hari..ini kita dapet ikan banyak," kata Doyok.
"Iya, keberuntungan hari ini," kata Kadir.
Kadir dan Doyok pun membawa ikan ke rumah, ya segera di olah jadi ikan asin. Baru ikan asin jadi di jual gitu. Kadir pun berhasil memperbaiki mesin motor, ya jadinya kalau melaut gak capek-capek mendayung lagi. Hasil penjualan ikan asin, ya lumayan. Doyok membagi uang hasil penjualan ikan asin ke Kadir dengan sama rata.
"Aku...kaya. Berkat usaha aku," kata Kadir.
"Iya, kita kaya Kadir. Kalau kemarin kita miskin, ya ada masalah ini dan itu. Dengan sabar kita berusaha menghadapi ujian, ya pada akhirnya kaya lagi," kata Doyok.
"Hidup.....roda berputar. Hari ini kaya, esok miskin. Hari ini miskin esok kaya. Siklus kehidupan. Harus di jalanin dengan penuh tanggungjawab," kata Kadir.
"Benar omongan kamu Kadir," saut Doyok.
Doyok dan Kadir terus bekerja sama dengan baik memenuhi hidup mereka berdua hanya sebagai nelayan saja.