Budi dan Eko duduk dengan baik di depan rumah Budi, ya sambil menikmati minum kopi dan makan gorengan lah.
"Dengan kehidupan sekarang ini. Ya ekonomi ini dan itu. Aku yang terlahir dari keadaan miskin, ya ingin cepat kaya," kata Budi.
"Ingin cepat kaya untuk menanggulangi masalah kemiskinan karena kelahiran. Kalau itu sih hanya kerja keras dalam usaha!" kata Eko.
"Ya kalau jalan kerja keras dalam usaha, ya ada yang berhasil, ada juga gagal dari di perhitungkan ekonomi sekarang ini," kata Budi.
"Berhasil atau gagal dalam usaha, ya nama juga ujian hidup," kata Eko.
"Aku teringat dengan cerita masa lalu. Ya lebih baik cara tercepat untuk kaya itu, ya ngepet jadi babi gitu," kata Budi.
"Apa aku tidak salah denger. Ngepet babi. Pemikiran Budi yang panjang kenapa jadi pendek?" kata Eko.
"Eko tidak salah denger. Ngepet babi. Ya sebenarnya kan cuma sekedar obrolan lulusan SMA. Kenapa di buat serius Eko?" kata Budi.
"Aku kirain beneran ngepet babi demi ingin cepat kaya, ya menanggulangi masalah ekonomi di karena kan kelahiran miskin," kata Eko.
"Dapat uang dari ngepet babi, ya jadi kaya," kata Budi.
"Memang dapet uang enak dari ngepet babi, ya tapi kan uang haram. Mengambil hak orang lain dengan cara ilmu gaib. Apalagi tumbal dari ngepet babi, ya nyawa dari salah satu keluarga? Ya tidak sebanding sih nyawa dengan uang," kata Eko.
"Manusia yang di butakan keadaan, ya tidak peduli sebanding atau tidaknya antara nyawa dan uang. Yang penting kaya. Ya apa bedanya mendapatkan uang dengan cara menjadi pembunuh bayaran? Pembunuhnya dapet uang, ya kaya gitu," kata Budi.
"Manusia yang jauh dari ilmu agama selalu berpikir pendek. Selalu ingin cepat kaya, ya terbebas dari kemiskinan," kata Eko.
"Manusia kan ada imannya kuat ada imannya lemah, ya sampai lepas segalanya," kata Budi.
"Kacau urusannya manusia yang buta karena keadaan," kata Eko.
"Kalau begitu aku mau bercerita pake wayang terbuat dari kardus bekas, ya kreatif. Cerita tentang babi ngepet, ya ingin cepat kaya!" kata Budi.
"Ooooo mau menceritakan tentang babi ngepet. Ya tidak masalah sih. Tapi kenapa harus babi kan hewan lain ada banyak?" kata Eko.
"Iya juga ya. Kenapa babi ya. Hewan lain banyak?" kata Budi.
"Urusan babi. Berkaitan dengan urusan makan babi. Ya haram atau tidaknya makan babi?" kata Eko.
"Makan babi haram atau tidak, ya tidak perlu di bahas lah. Urusan ruyem jadinya!" kata Budi.
"Sebenarnya tidak ruyem sih. Cuma ulah manusia saja yang kerjaannya ngomongin makan babi ini dan itu. Bagi manusia yang meyakini agama dan menjalankan agama dengan baik, ya harus patuh pada aturan, ya hukum yang ada di tetapkan pada agama yang di yakini. Aturan-aturan dari makan, minum, berpakaian, bekerja, beribadah, berumah tangga sampai urusan sosial di masyarakat dengan tujuan kebaikan diri, keluarga dan orang lain. Ya memang ada perselisihan dengan ajaran agama lain. Maka itu di negeri ini ada UU (Undang-Undang) mengatur tentang urusan agama dengan tujuan, ya saling menghormati dan menghargai perbedaan karena agama yang di yakini," kata Eko.
"Eko paham ilmu. Ya sisi lain, ya ada manusia yang tidak paham ilmu," kata Budi.
"Ya realita hidup ini. Ada orang pinter ada orang bodoh," kata Eko.
"Ya ceritanya tetap babi saja!" kata Budi.
"OK. Aku jadi penonton yang baik!" kata Eko.
Budi telah mengambil wayang yang di taruh di kursi, ya wayang di mainkan dengan baik dan bercerita dengan baik lah Budi. Eko jadi penonton yang baik, ya menonton pertunjukkan wayang Budi lah.
Isi cerita yang di ceritakan Budi :
Kosim memang orang kaya. Karena pergaulan dengan teman-teman yang kerjaan judi. Jadi Kosim kerjaannya judi. Padahal sebenarnya teman-temannya, ya ingin menjebak Kosim dalam main perjudian, ya agar harta Kosim di kuras habis gitu. Kosim main judi kalah terus, ya sampai hartanya habis jadi miskin. Ya teman-temannya jadi kaya dari harta Kosim.
Kosim penjudi yang selalu kalah, mencoba gantung diri, ya dirinya miskin, ya hidup susah gitu. Ya Kosim di selamatkan sama orang tua yang bisa di bilang dukun yang mengetahui Kosim mau bunuh diri saat mau gantung diri di sebuah pohon jengkol di tengah hutan. Dukun menyarankan Kosim untuk jadi ngepet, ya agar jadi kaya gitu. Ya Kosim mengikuti sarannyanya Dukun lah, ya agar jadi kaya lah.
Kosim pergi ke gua siluman untuk mendapatkan ilmu ngepet babi dari siluman babi. Usaha Kosim berhasil mendapat ilmu ngepet babi. Untuk itu Kosim harus mengorbankan seorang anaknya sebagai syarat. Syarat lain, ya tak boleh mendengar adzan dan berjumpa dengan monyet.
Kosim yang telah mendapat ilmu ngepet babi, ya Kosim pulang ke rumahnya. Kosim mengamalkan dengan baik ilmunya. Mula-mula uang di tempat perjudian di curi. Rumah-rumah orang kaya, ya di curi Kosim, ya pake ilmu ngepet babi. Makin lama Kosim terus menjalankan ilmu ngepet babi karena dirinya jadi kaya raya. Walau resiko dari menjalankan ilmu ngepet babi, ya anaknya meninggal jadi tumbal gitu, ya syarat harus di penuhi.
Kosim terus menjalankan ilmu ngepet babi, ya mencuri juga tabungan Haji nenek tua yang di simpan dengan baik di rumahnya. Sampai akhirnya Kosim ketahuan dan dikejar-kejar penduduk. Kosim sempat lolos, tetapi lalu mendengar suara azan. Pada saat itu juga seorang yang hoby berburu, ya memegang senjata senapan. Pemburu menembak kepala babi. Kepalanya diambil sebagai hiasan oleh pemburu. Imas, istrinya Kosim mengimpikan Kosim, ya meminta Imas untuk menolongnya di kembalikan kepalanya pada badannya. Maka Imas mendatangi pemburu itu. Mereka mengembalikan kepala babi ke tubuhnya yang telah dikubur. Kepala itu berubah jadi kepala Kosim.
***
Budi cukup lama bercerita dengan wayang dan akhirnya, ya selesai juga lah. Eko memuji pertunjukkan wayang Budi, ya begitu juga ceritanya, ya bagus gitu. Budi menaruh wayang di kursi kosong.
"Cewek itu ingin di nilai dengan baik, ya kan Eko?" kata Budi.
"Iya," kata Eko.
"Cewek bertumbuh gemuk. Apa ada pembulian atau di ejek tentang cewek bertumbuh gendut, ya dari orang yang tidak suka gitu?" kata Budi.
"Yang aku tahu sih berita atau film gitu," kata Eko.
"berita dan film. Ya kalau begitu, ya main catur saja!" kata Budi.
"OK. Main catur!" kata Eko.
Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja, ya papan catur. Budi dan Eko menyusun dengan baik bidak catur di atas papan catur. Keduanya, ya main catur dengan baik lah.