Seusai sholat jum'at. Dono dan Kasino duduk teras mesjid, ya nyantai gitu.
"Kasino, ngomong kemarin potong rambut.....mahal gak....harga yang di tetapkan di daerah sini?" tanya Dono.
"Ya....masih murah sih. Karena menetapkan harganya sesuai keadaan daerah sini," kata Kasino.
"Kalau di daerah lain, pulau lain yang lebih tinggi harga penetapan potong rambutnya. Tetapi tetap saja masyarakat tidak mengeluh tuh," kata Dono.
"Kan....Dono, tiap daerah...kan pertumbuhan ekonominya beda-beda. Ya tergantung jenis usaha besar yang berkembang di tiap daerah," tambahan Kasino.
"Benar....kamu, Kasino. Karena di pulau lain itu. Banyak perusahaan yang modalnya besar banget, ya gajinya tinggi pula," kata Dono.
"Kalau di daerah sini perusahaan sedikit. Ya kalau di naikin sesuai dengan pulau yang lain yang perkembangan ekonominya tumbuh pesat. Pasti pada ngeluh. Karena memang susah pertumbuhan ekonomi di daerah sini," kata Kasino.
Indro menghampiri Dono dan Kasino yang asik ngobrol.
"Don, Kasino....ngomongin apa?" tanya Indro.
"Selisih harga di daerah sini dan daerah lain," kata Dono.
"Iya, selisih harga," kata Kasino.
"Oh....ekonomi. Di lihat dari lingkungan berdasarkan harga penetapan di daerah sini dan di daerah lain," kata Indro.
"Udahan ngobrolnya lebih baik pulang," kata Dono.
"Iya....pulang," kata Kasino.
"Jadi udahan....ngobrolnya....masalah ekonomi di lingkungan," kata Indro.
"Iya, toh.....cuma sekedar ngobrol aja," kata Dono.
"Iya....sekedar ngobrol, tapi serius lah. Kalau masih urusan dengan ekonomi. Di pulau ini dan pulau itu. Atau daerah sini dan daerah situ. Padahal....kesannya....basa basi aja," kata Kasino.
"Oh....begitu. Ayo pulang," kata Indro.
Dono, Kasino dan Indro berjalan menuju rumah. Tiba-tiba Dono teringat janji dengan Rara, jadinya Dono tidak jadi pulang ke rumah, ya langsung bergerak menuju rumah Rara.
"Biasa....yang lagi kasmaran," kata Kasino.
"Iya....," saut Indro.
Kasino dan Indro berjalan sambil ngobrol yang asik gitu, ya gak jauh-jauh masih menyambung masalah ekonomi di lingkungan. Sampai di rumah juga. Kasino, ya seperti biasa mengerjakan pekerjaannya seperti biasanya dikamarnya, pembukuan. Indro seperti biasa nyetel Tv, ya ingin tahu perkembangan yang baru dari pemberitaan dari Tv di daerah sini dan daerah sana dengan mengganti chanel Tv saja pake remot.
CAMPUR ADUK
Thursday, January 9, 2020
AIR MATA LIRA
Dono berjalan menuju rumah seusai mengaji di mesjid. Ketika melewati gardu biasa di gunakan warga jaga malam. Ada sesosok gadis cantik duduk gardu dan sedang menangis.
Dono sebenarnya gak ikut campur urusan orang, apalagi cewek, takut ketiban sial. Di lihat seksama oleh Dono, gadis yang menangis di gardu.
"Loh, Lira," kata Dono.
Dono pun mendekati Lira.
"Lira kenapa kamu menangis?" tanya Dono.
Lira pun melihat Dono dengan baik dan berkata "Anu....anu....Mas....".
"Jangan-jangan kamu putus cinta ya," kata Dono memotong omongan Lira.
Lira menangis lagi karena dengan omongan Dono "Putus".
"Waduh....kacau. Beneran ini mah. Lira putus cinta," kata Dono yang bingung melihat Lira nangis.
Lira pun berhenti menangisnya dan beranjak dari tempat duduknya di gardu dan berjalan gitu aja.
"Lira, kamu mau kemana?" tanya Dono.
"Pulang," kata Lira.
Motor pun berhenti di samping Dono.
"Ada apa Don?" tanya Toing.
"Ini....Lira nangis. Gimana.....anterin Lira pulang ke rumahnya dari pada jalan sendirian karena patah hati," kata Dono.
"Ok, beres aku anter Lira ke rumahnya," kata Toing.
Toing pun menghampiri Lira dengan motornya dan mengajaknya Lira ikut dengannya, ya di anterin ke rumah Lira. Lira pun menerima niat baiknya Toing yang mau mengantarkan Lira ke rumahnya.
Lira duduk di belakang, ya Toing membawa motornya dengan baik ke rumah Lira. Dono pun senang melihat Lira di antar pulang oleh Toing. Sampai di rumah.
"Asalamualikum," salam Dono.
"Waalaikumsalam," jawab Indro dengan suara banter.
Dono masuk rumah, ya langsung ke ruang tengah melihat Indro yang asik nonton Tv.
"Asik nonton Indro," kata Dono.
"Iya, musik dangdut," kata Indro.
"Oh...gitu," kata Dono.
Dono pun ke kamarnya dan segera menghidupkan leptopnya, ya seperti biasa mengetik.
"Ide ceritanya apa ya?" kata Dono yang berpikir.
"Oh iya, cerita tentang Lira yang menangis di gardu karena patah hati," kata Dono.
Dono langsung mengetik dengan penuh ide dan ide yang baik dari dalam dirinya. Indro terus asik nonton Tv, yang acaranya musik dangdut. Kasino pun masuk rumah dan tidak lupa mengucap salam "Asalamualaikum".
"Waalaikumsalam," jawab Indro dengan suara banter.
Kasino langsung berjalan ke ruang tengah dan melihat Indro asik nonton Tv.
"Indro asik nonton Tvnya," kata Kasino.
"Iya, acara musik dangdut," kata Indro.
"Emmm," kata Kasino.
Kasino pun masuk ke kamarnya untuk berbenah diri. Dono pun selesai mengetiknya di kamarnya, ya keluar dari kamar dan duduk bersama Indro untuk nonton Tv.
"Don hari ini mengetik tentang apa?" tanya Indro.
"Patah hati, ada gadis di daerah sini yang gagal dalam urusan percintaannya. Ya aku angkat ceritanya," kata Dono.
"Oh begitu," kata Indro.
Indro tidak nanya lagi ke Dono dan kembali asik nonton Tv, ya begitu juga dengan Dono yang asik nonton Tv....acara musik dangdut.
Dono sebenarnya gak ikut campur urusan orang, apalagi cewek, takut ketiban sial. Di lihat seksama oleh Dono, gadis yang menangis di gardu.
"Loh, Lira," kata Dono.
Dono pun mendekati Lira.
"Lira kenapa kamu menangis?" tanya Dono.
Lira pun melihat Dono dengan baik dan berkata "Anu....anu....Mas....".
"Jangan-jangan kamu putus cinta ya," kata Dono memotong omongan Lira.
Lira menangis lagi karena dengan omongan Dono "Putus".
"Waduh....kacau. Beneran ini mah. Lira putus cinta," kata Dono yang bingung melihat Lira nangis.
Lira pun berhenti menangisnya dan beranjak dari tempat duduknya di gardu dan berjalan gitu aja.
"Lira, kamu mau kemana?" tanya Dono.
"Pulang," kata Lira.
Motor pun berhenti di samping Dono.
"Ada apa Don?" tanya Toing.
"Ini....Lira nangis. Gimana.....anterin Lira pulang ke rumahnya dari pada jalan sendirian karena patah hati," kata Dono.
"Ok, beres aku anter Lira ke rumahnya," kata Toing.
Toing pun menghampiri Lira dengan motornya dan mengajaknya Lira ikut dengannya, ya di anterin ke rumah Lira. Lira pun menerima niat baiknya Toing yang mau mengantarkan Lira ke rumahnya.
Lira duduk di belakang, ya Toing membawa motornya dengan baik ke rumah Lira. Dono pun senang melihat Lira di antar pulang oleh Toing. Sampai di rumah.
"Asalamualikum," salam Dono.
"Waalaikumsalam," jawab Indro dengan suara banter.
Dono masuk rumah, ya langsung ke ruang tengah melihat Indro yang asik nonton Tv.
"Asik nonton Indro," kata Dono.
"Iya, musik dangdut," kata Indro.
"Oh...gitu," kata Dono.
Dono pun ke kamarnya dan segera menghidupkan leptopnya, ya seperti biasa mengetik.
"Ide ceritanya apa ya?" kata Dono yang berpikir.
"Oh iya, cerita tentang Lira yang menangis di gardu karena patah hati," kata Dono.
Dono langsung mengetik dengan penuh ide dan ide yang baik dari dalam dirinya. Indro terus asik nonton Tv, yang acaranya musik dangdut. Kasino pun masuk rumah dan tidak lupa mengucap salam "Asalamualaikum".
"Waalaikumsalam," jawab Indro dengan suara banter.
Kasino langsung berjalan ke ruang tengah dan melihat Indro asik nonton Tv.
"Indro asik nonton Tvnya," kata Kasino.
"Iya, acara musik dangdut," kata Indro.
"Emmm," kata Kasino.
Kasino pun masuk ke kamarnya untuk berbenah diri. Dono pun selesai mengetiknya di kamarnya, ya keluar dari kamar dan duduk bersama Indro untuk nonton Tv.
"Don hari ini mengetik tentang apa?" tanya Indro.
"Patah hati, ada gadis di daerah sini yang gagal dalam urusan percintaannya. Ya aku angkat ceritanya," kata Dono.
"Oh begitu," kata Indro.
Indro tidak nanya lagi ke Dono dan kembali asik nonton Tv, ya begitu juga dengan Dono yang asik nonton Tv....acara musik dangdut.
Subscribe to:
Posts (Atom)
CAMPUR ADUK
MUMBAI XPRESS
Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...
CAMPUR ADUK
-
1. Asal Usul Pangeran Jayakusuma Alkisah cerita, ada sebuah kerajaan yang besar di daerah Timur dengan rajanya yang bernama Prabu Braw...
-
Sekurang-kurangnya sepuluh atau lima belas orang, laki-laki dan perempuan, berdiri dalam satu deretan panjang, berbaris dari belakang dan...
-
Pagi indah sekali di Baturaden. Matahari bersinar cerah menimpa pohon-pohon ceramah yang kelihatan hijau berkilat. Puncak Gunung Slamet m...