"Abdul. Katanya mau ke rumah Eko. Kok tidak ada motornya dan juga Abdulnya?" kata Budi.
"Abdul ada urusan sebentar di mesjid," kata Eko.
"Urusan apa Budi di mesjid?" kata Budi.
"Abdul ada rezeki lebih dari hasil usahanya. Di mesjid mengadakan acara pengajian anak-anak. Abdul membeli makan di pasar, ya tujuannya menglarisin yang jual makan lah. Makan, ya seperti gorengan, roti, dan kue. Makan tersebut di sodakohin ke mesjid, ya untuk anak-anak yang mengaji di mesjid," kata Eko.
"Kayanya seperti kita masih kecil ya Eko?" kata Budi mengingat masa lalu.
"Ya sih seperti masa kecil kita kan. Ada orang baik yang menyedakohin makan untuk anak-anak mengaji di mesjid," kata Eko.
"Berarti Abdul mengikuti cara orang baik itu," kata Budi.
"Bisa di bilang begitu sih," kata Eko.
"Berarti....esok hari ketika anak-anak menjadi dewasa. Ya menyedakohin makan untuk anak-anak yang mengaji di mesjid," kata Budi.
"Ya....siklusnya jalan kebaikan," kata Eko.
"Kalau begitu main catur Eko!" kata Budi.
"Ok main catur!" kata Eko.
Eko mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja lah papan catur. Budi dan Eko menyusun dengan baik, ya bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik, ya sambil menikati minum kopi botolan dan juga makan gorengan yang enak banget gitu. Abdul yang telah selesai urusan di mesjid, ya ke rumah Eko. Abdul membawa dengan baik, ya motornya menuju rumah Eko. Ketika hampir sampai di rumah Eko, ya Abdul melihat Mamang penjual tekwan malang. Mamang penjual tekwan malang mendorong gerobaknya dengan baik. Abdul teringat masa kecil, ya makan tekwan malang bersama Eko dan Budi di pinggir jalan. Abdul berhenti di samping gerobak Mamang tekwan malang dan memesan tekwan malang lah, ya 3 bungkus lah. Mamang penjual tekwan malang, ya menyiapkan tekwan malang dengan baik. Setelah selesai di bungkus itu tekwan malang, ya Abdul segera membayarnya.
"Aku ke rumah Eko," kata Abdul.
Abdul pun membawa motornya dengan baik, ya menuju rumah Eko. Permainan catur yang di mainkan Eko dan Budi, ya cukup lama sih, ya kira-kira 20 menit gitu. Abdul sampai di rumah Eko, ya memarkirkan dengan baik motornya di depan rumah Eko lah. Abdul pun duduk bersama Eko dan Budi.
"Tekwan malang Eko dan Budi," kata Abdul, ya sambil menaruh plastik berisi tekwan malang di meja.
"Makan. Asik!!!" kata Budi.
"Budi senang lah. Makanan gratis!" kata Eko.
Eko dan Budi, ya memang berhenti main catur sih. Eko beranjak dari tempat duduknya, ya masuk ke dalam rumah langsung ke dapur untuk mengambil mangkok dan sendok di rak piring. Setelah mendapatkan mangkok dan sendok, ya Eko ke depan rumahlah. Eko memberikan mangkok dan sendok pada Budi dan Abdul. Ketiganya mulai memmindahkan tekwan malang yang di bungkus plastik ke mangkok gitu. Setelah itu, ya ketiganya menikmati makan tekwan malang yang enak banget.
"Rasanya seperti masa kecil," kata Abdul.
"Abdul teringat masa kecil. Makan tekwan malang di pinggir jalan, ya Abdul?" kata Budi.
"Ya begitu lah," kata Abdul.
"Rasa tekwan malang ini enak," kata Eko.
"Memang enak!" kata Budi.
"Emmmmm," kata Abdul.
Ketiganya terus menikmati makan tekwan malang yang enak itu. Ya memang sih tekwan malang murah meriah, ya terjangkau dengan baik kantong-kantongnya orang miskin sampai orang kaya gitu. Singkat waktu, ya ketiganya selesai makan tekwan malang. Acaranya berlanjutlah ketiganya seperti biasa, ya main kartu remi sambil ngobrol ini dan itu yang penting ada nilai-nilai positif dengan baik, ya dalam obrolan. Nama juga pergaulan remaja yang lulusan SMA gitu.