CAMPUR ADUK

Saturday, July 10, 2021

JOKO BERSINAR SEPERTI MATAHARI

Hari minggu. Dono sedang asik baca buku di ruang tamu. Indro sedang asik nonton Tv, ya berita gitu. Kasino selesai merawat tanaman di potnya, ya di halaman belakang. Kasino masuk rumah langsung ke ruang tengah untuk nonton Tv. Duduk Kasino di sebelah Indro.

"Yang di tonton acara berita Indro?" tanya Kasino.

"Iya," kata Indro.

Kasino dan Indro terus menonton acara berita di Tv dengan baik.

"Ooooo beritanya masih tentang covid-19," kata Kasino.

"Program kerja pemerintahan...beritanya," kata Indro.

Berita berganti ke berita yang lain. Kasino dan Indro terus menonton acara berita di Tv dengan baik.

"Kasino," kata Indro.

"Apa?" kata Kasino.

"Ada anak bernama Joko bercerita sesuatu pada ku?" kata Indro.

"Apa ceritanya?!" kata Kasino.

"Joko ikutan di vaksin. Masih urusan covid-19. Pelayanan bagus gitu. Joko sedang dengan pelayanannya," kata Indro.

"Pelayanannya bagus toh. Berarti pinter dong. Orang yang menjalankan tugas dengan baik, ya tenaga kesehatan. Sampai orang di suntik vaksin memuji dengan baik.....pelayanannya bagus," kata Kasino.

"Berarti tenaga kesehatan didik dengan baik untuk memberikan pelayanan dengan baik pada orang-orang yang ingin di vaksin," kata Indro.

"Eeeeemmmm," kata Kasino.

"Ooooo iya Kasino. Dono memasukkan nama Joko dalam cerita di buat Dono di Blog-nya kan?!" kata Indro.

"Kalau aku inget dengan baik. Iya. Dono memasukkan nama Joko dalam cerita di buat Dono di Blog-nya," kata Kasino.

"Joko itu nama yang di ambil dari nama Presiden atau nama tokoh di sinetron 'Dari Jendela SMP'...?" kata Indro.

"Nama Joko, ya di ambil dari anak sekitar sini juga bener. Dari nama Presiden juga bener. Dari tokoh di sinetron 'Dari Jendela SMP', ya juga bener," kata Kasino.

"Ngomong-ngomong. Joko itu bersinar dengan terang seperti matahari kan?!" kata Indro.

"Joko yang mana yang di omongin. Bersinar seperti matahari?!" kata Kasino.

"Joko, ya Presidenlah. Awal Joko muncul seperti matahari yang bersinar dengan terang, ya kepopulerannya. Sampai-sampai menenggelamkan semua lawannya dengan baik. Maka itu Joko tetap bersinar seperti matahari," kata Indro.

"Kalau di inget dengan baik sih. Iya sih. Joko bersinar seperti matahari. Maka itu Joko jadi Presiden terpilih dua kali. Sampai-sampai ada pembicaraan......Joko di pilih jadi Presiden ke tiga kali. Kalau itu terjadi Joko kembali bersinar dengan terang seperti matahari dan menenggelamkan semua lawannya dengan baik," kata Kasino.

"Populer itu lah sinar seperti matahari. Terang benderang dan juga hangat terasa dengan baik, ya kebaikannya gitu," kata Indro.

"Emmmm," kata Kasino.

"Yang mengikuti jejak Joko untuk bersinar seperti matahari juga banyak," kata Indro.

"Panggung perpolitikkan jadi meriah banget. Untuk memilih Presiden pilihan rakyat," kata Kasino.

"Sampai-sampai anak SD di tanya. Jika besar cita-cita mu ingin jadi apa? Ternyata anak SD itu berkata dengan baik "Aku ingin menjadi Presiden".....," kata Indro.

"Generasi selanjutnya pun terlahir dengan baik. Ya ingin jadi Presiden. Memimpin negeri ini dengan baik," kata Kasino.

"Ya sudalah Kasino. Fokus nonton Tv saja!" kata Indro.

"Iya," kata Kasino.

Kasino dan Indro, ya fokus nonton Tv dengan baik banget. Dono tetap asik baca bukunya.

SIMCHEONG DAN AYAHNYA YANG BUTA

Joko selesai bermain layang-layang di lapangan, ya segera pulang ke rumah. Sampai di rumah. Joko  menaruh layang-layang di kamarnya. Keluar dari kamarnya, ya Joko ke ruang tengah. Di meja ada kue dan aqua gelas. Joko mengambil kue dan aqua gelas. 

"Hari menyenangkan main layang-layang," kata Joko.

Joko pun melihat buku di meja dan segera di ambil buku tersebut. Joko membuka buku dan membaca dengan baik buku.

Isi buku yang baca Joko :

Di sebuah desa yang terpencil, tinggalah seorang gadis cantik yang bernama Simcheong. Simcheong merupakan anak piatu. Ibunya telah lama meninggal. Dia tinggal bersama ayahnya yang buta. Mereka hidup miskin dan sengsara. Beruntunglah Simcheong sabar menghadapi kenyataan keluarganya. Namun Simcheong memiliki cita-cita untuk membahagiakan orang tuanya.

Akhirnya Simcheong pergi ke kota untuk mencari pekerjaan. Namun, ketika perjalanan pulang dari kota, Simcheong tidak dapat pulang dengan lancar karena ada badai salju. Di rumah, sang ayah resah menunggu kepulangan Simcheong. Apalagi Simcheong merupakan anak perempuan satu-satunya. Sang ayah akhirnya berusaha menjemput Simcheong. Dengan bersusah payah, sang ayah berusaha melawan arus badai yang begitu kuat. Dia tidak ingin Simcheong berada dalam bahaya. Namun, karena kondisinya yang tidak memungkinkan, ayah Simcheong tergelincir dan jatuh ke sungai. Beruntunglah ada seorang biksu yang menolong ayah Simcheong.

“Terimakasih biksu, anda menyelamatkan hidup saya,” kata ayah Simcheong.

Sang biksu ingin mengetahui keadaan ayah Simcheong tersebut “Apakah Bapak tidak bisa melihat ?” kata sang biksu.

“Iya, saya tidak dapat melihat. Apakah Bapak bisa membantu saya untuk dapat melihat kembali ?” pinta ayah Simcheong.

“Bisa Pak, tapi Bapak harus menyumbangkan 300 karung beras untuk disumbangkan kepada kuil kami,” jelas sang biksu.

Ayah Simcheong terkejut mendengar banyaknya beras yang harus disumbangkan. Untuk makan sehari-hari saja, mereka telah bersusah payah dan berhemat, apalagi menyumbangkan 300 karung beras. Sang ayah akhirnya pulang dengan harapan dapat menyanggupi permintaan biksu tadi, supaya dirinya dapat melihat kembali. Dia berharap, akan ada keajaiban yang membuatnya dapat melihat kembali.

Setelah sampai di rumah, ternyata Simcheong telah berada di rumah. Sang ayah menceritakan perihal dia bertemu dengan seorang biksu dan syarat agar ayahnya dapat melihat kembali. Simcheong sangat ingin membantu ayahnya agar dapat melihat kembali. Simcheong sadar diri bahwasanya mereka berasal dari keluarga miskin. Untuk itulah Simcheong kembali ke kota, untuk mencari pekerjaan yang dapat membantu ayahnya dapat melihat kembali.

Setelah sampai di kota, Simcheong bertemu dengan saudagar kapal yang mencari tumbal seorang gadis agar dia bisa menyebarangi laut dengan selamat. Simcheong akhirnya mendekati saudagar kapal itu dan bersedia menyanggupi sebagai tumbal dalam pelayaran tersebut.

“Bapak, saya bersedia menjadi tumbal untuk keselamatan pelayaran bapak dan para awak kapal,” kata Simheong.

“Baiklah kalau begitu, syarat apa yang kamu pinta sebagai upah ?” tanya si saudagar.

“Saya meminta 300 karung beras. 300 karung beras itu harus anda kirimkan ke rumah ayahku sebelum anda berangkat pergi berlayar,” jelas Simcheong.

“Baiklah, saya menyanggupinya,” kata saudagar tersebut.

Sang saudagar akhirnya memerintahkan anak buahnya untuk mengirimkan 300 karung beras ke rumah Simcheong. Simcheong pun ikut berlayar bersama saudagar dan anak buah kapalnya. Selama di perjalanan, Simcheong terus berdoa kepada Tuhan agar ayahnya selalu sehat dan selamat. Karena dia tidak dapat lagi menemani sang ayah. Simcheong akhirnya diceburkan ke dalam laut yang dianggap sebagai daerah yang berbahaya. Dia telah menjadi tumbal dalam pelayaran tersebut. Simcheong tidak henti-hentinya berdoa kepada Tuhan. 

Ketika Simcheong telah diceburkan ke dalam laut, dia tidak mati. Simcheong kaget, karena dia dapat melihat keindahan pemandangan di dasar laut. Dia dapat menyelam dengan mudah tanpa merasa takut. Hal tersebut merupakan di luar dugaan bagi Simcheong. Simcheong akhirnya bertemu dengan sososok makhluk dengan mahkota. Sosok tersebut akhirnya menjelaskan kenapa Simcheong tidak mati.

“Aku adalah raja laut. Kau kuselamatkan karena telah berbakti kepada orang tuamu,” jelas sang raja laut sambil tersenyum kepada Simcheong.

“Terimakasih raja laut. Kau telah menyelamatkan nyawaku. Bolehkah aku meminta bantuanmu ?” tanya Simcheong.

“Tentu saja, apa permintaanmu hai anak yang baik ?” tanya sang raja laut.

“Bisakah kau mengembalikanku kepada ayahku ? Ayahku telah tua dan sakit-sakitan,” pinta Simcheong.

“Tentu bisa, sekarang pejamkanlah matamu !” perintah raja laut.

Simcheong akhirnya memejamkan matanya. Dia berharap agar dapat pulang ke rumah dengan selamat. Simcheong akhirnya terdampar di sebuah pantai. Dengan setengah tidak sadarkan diri, Simcheong melihat keadaan di sekeliling pantai. Banyak orang yang berkerumun mendekati Simcheong. Mereka melihat Simcheong terkapar tidak berdaya di tepi pantai. Di saat bersamaan, seorang pangeran sedang berkunjung ke desa di pantai tersebut. Sang pangeran juga melihat Simcheong yang terdampar di pantai itu. Dia memerintahkan pengawalnya untuk membawa Simcheong ke istana. Simcheong akan dirawat di sana.

Setelah Simcheong dirawat beberapa hari di istana, kondisi Simcheong telah sehat. Dia lalu menceritakan masa lalunya kepada sang pangeran. Pangeran yang telah melihat Simcheong kembali sehat dan kecantikannya kembali terlihat menjadi jatuh cinta kepada gadis itu. Akhirnya Simcheong dapat bertemu kembali dengan ayahnya yang tidak lagi buta. Simcheong dan sang pangeran akhirnya menikah. Ayah Simcheong pun di bawa ke istana untuk tinggal bersama. Mereka akhirnya hidup bahagia.

***

Joko menghentikan baca buku.

"Cerita yang bagus, ya asal cerita dari Korea....katanya sih," kata Joko.

Joko membaca pesan moral yang di tulis buku dengan baik "Betapa pentingnya menjadi anak yang berbakti kepada orang tua. Sebab orang tua kita telah berusaha membesarkan kita dengan penuh kasih sayang."

Joko memahami pesan moral yang di tulis di buku tersebut. 

"Aku harus menjadi anak yang berbakti pada orang tua. Siapa tahu di masa depan aku bisa jadi Presiden. Kata ibu dan ayah jika berusaha dengan baik pasti bisa menggapai cita-cita dengan baik. Kalau berhasil itu semua berkat doa dan usaha aku, ya ibu dan ayah terus mendoakan dengan baik," kata Joko.

Joko menutup buku dan di taruh di meja dengan baik. Joko segera menghidupkan Tv dan PlayStation, ya main game. Joko asik main game petualangan Doraemon.

"Aku sebenarnya ingin main game pertarungan. Tapi tidak ada teman untuk main berdua. Jadi aku main game petualangan. Game Doraemon bagus juga, ya sesuai dengan cerita kartunya gitu," kata Joko.

Joko terus main game dengan penuh keasikan.

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK