CAMPUR ADUK

Saturday, January 19, 2019

MALAM MINGGU

Langit malam minggu ini  yang cerah. Kasino memandangnya dari depan rumahnya.

"Benar-benar indah dunia ini," kata Kasino.

Kasino pun duduk di depan rumah dengan santai. Indro dan Dono pun baru pulang dari main.

"Lama banget kalian main?" tanya Kasino.

"Iya....," kata Dono sambil duduk.

"Abisnya..kami berdua asik ngobrol dengan cewek sih," saut Indro sambil duduk.

"Cantik.. gak ceweknya?" tanya Kasino dengan antusias.

"Cantiklah......coba kamu bayangkan wajahnya seperti Rara penyanyi dandut," kata Indro.

"Kok...Rara penyanyi dangdut?" tanya Kasino.

"Emang ...Rara namanya..cuma untuk mengkhayalkan gadis cantik agap saja kaya Rara penyanyi dangdut," kata Indro.

"Kalau itu..sih..emang cantiklah. Kok di bikin repot," kata Kasino.

"Biasa.....Indro lagi nyeleneh," saut Dono.

"Oooooo......nyeleneh. Kayanya bagus tuh di buat acara di Tv," saran Kasino.

"Kan..sudah ..ada lawak di Tv. Itu sih...sama aja dengan nyeleneh," kata Dono.

"Cuma ...menyambungkan tema..aja Dono," kata Indro.

"Oh...gitu," kata Dono.

"Indro makan yuk saya laper," ajak Kasino.

"Saya masih kenyang. Masak sendiri aja di dapur sana," suruh Indro.

"Kalau begitu saya cuma masak mie instan. Cuma ada itu," kata Kasino.

"Ya..kan cuma itu ...adanya," kata Indro.

"Ya..udahlah....." Kasino langsung bergerak menuju dapur untuk membuat mie instan.

Dono duduk santai sambil baca buku novel. Indro pun masuk ke dalam rumahnya langsung ke kamarnya untuk menyelesaikan pekerjaan. Kasino sibuk memasak di dapur dan akhirnya makan mie instan jadi. Lalu Kasino mencari saos botolan biar mie instan tambah legit. Sudah mondar-mandir ternyata gak ada dan tambah geleng-geleng kepala.

"Indro..dimana saos botolnya?" teriak Kasino yang mulai jengkel.

Indro mendengar teriak Kasino langsung kaget banget dan menyambung omongan "Di atas dalam kulkas."

Kasino langsung mencari saos botol di kulkas.

"Ini..dia saosnya. Di taruh sini...jadi bekulah saos ini. Ada-ada saja Indro ini," kata Kasino.

Kasino langsung membuka botol saos dan langsung di tuangkan isinya.

"Ini..baru enak," kata Kasino.

Mie instan sudah kelihatan merah banget dengan saos yang banyak.

"Waktunya makan," kata Kasino.

Kasino menikmati mie instan buatanya.

"Pas.....pedasnya. Sambel ABC..luar..biasa pedasnya," kata Kasino.

Kasino dengan antusias makan mie instannya yang enak. Dono terlihat jenuh baca novel di luar rumah karena di gigitin oleh nyamuk. Masuklah Dono ke dalam rumah sambil menutup pintu. Buku novel di taruh di meja. Lalu Dono menyetel Tv dan mencari acara yang bagus. Indro dengan seksama menyelesaikan pekerjaannya sampai akhirnya selesai juga. Keluarlah Indro dari kamar duduk bersama Dono. 

"Acara..bagus Dono ya....yang kamu tonton?" tanya Indro.

"Lumayan.....dari pada gak ada hiburan," jawab Dono.

Kasino pun selesai makan bergerak menuju dimana Dono dan Indro duduk.

"Nonton apa kalian?" tanya Kasino.

"Lawak....," jawab Dono.

"Oh......lawak toh," kata Kasino.

"Kenapa ada orang nyanyi yang terlihat di Tv?" tanya Kasino.

"Tadi...lawak sekarang nyanyi. Karena memang di buatnya begitu selingannya. Biar tidak monoton hanya nyanyi aja," kata Dono.

"Bener itu..setiap acara pasti ada titik kejenuhan bagi penontonnya. Maka di siasatkan agar menarik dengan lawak," tambahan dari Indro.

"Berarti pinter dong....mereka yang membuat acara di Tv," pujian Kasino.

"Iya..memang pinter. Kalau gak pinter kan mereka gak di bayar. Kualitas mereka di nilai dengan materi alias uang. Zaman now," penjelasan Indro.

"Oh..begitu," saut Kasino.

"Kebiasan pura-pura......," kata Dono.

"Kok tahu?" kata Kasino.

"Tahu..lah.....dari dulu," saut Indro dan Dono bersamaan.

Ketiga lagi asik nonton Tv. Terdengar suara gaduh di luar rumah. Dono pun penasaran dengan suara gaduh. Langsung di periksa dengan melihat dari balik jendela kaca.

"Ternyata orang-orang lagi ngurusin acara nikah di daerah sini," kata Dono.

Dono kembali duduk bersama teman-temannya. Ternyata Indro gak ada yang ada cuma Kasino yang mengganti mengganti chenel dengan remot.

"Ada..apa Don di luar?" tanya Kasino.

"Biasa..urusan pernikahan di daerah sini....Kasino."

"Oh....gitu. Tapi Indro di undang gak ya...Dono."

"Mana saya tahu...Kasino."

Indro bawa makan dari dapur dan di taruh di meja.

"Makan Dono dan Kasino........baru beli dari warung  dekat sini. Gorengan........."

"Beres itu kalau makan....," saut Dono.

"Saya kenyang.....Dono dan Indro," saut Kasino sambil mengambil gorengan.

"Nah itu apa?" tanya Indro.

"Ini namanya ngeles aja. Yang sebenarnya masih lapar....," kata Kasino.

"Dasar...aneh-aneh saja," saut Dono yang asik makan gorengan.

"Sudah gak usah di bahas lagi," kata Indro.

Dono pun asik menonton Tv sambil makan gorengan. Indro dan Kasino pun sama. Acara pun berlangsung dengan bagus sekali. Tapi tiba-tiba pintu di ketok. Dono pun beranjak dari tempat duduknya. Dengan pelan-pelan pintu di buka.

"Loh....Rara...ada apa gerangan dateng kesini?" tanya Dono.

"Oh..saya mau mengantarkan makan untuk mas Indro pesan lewat telpon untuk di anter kesini," kata Rara.

"Iya..saya panggil Indro yang memesan makannya. Tunggu sebentar," kata Dono.

"Iya.mas," jawab Rara.

"Indro...ada Rara yang mengantarkan makan untuk kamu......," teriak Dono.

Indro langsung terkejut dan bangun segera mendatangi Dono di depan rumah bersama Rara.

"Mana-mana makannya?" tanya Indro.

"Ini...mas," kata Rara sambil menyerahkan makan di dalam bungkusan pelastik.

"Jangan lupa di bayar," saut Dono.

"Iya......," jawab Indro.

Indro pun membayar makan dengan uang lebih kepada Rara.

"Kok pembayarannya lebih?" tanya Rara.

"Untuk itungan barang di anter kesini," kata Indro.

"Biasa...kerjaan orang kota....seperti kami. Semua di hitung...tidak boleh merugikan orang lain," saut Dono.

"Oh..orang kota baik-baik ya," kata Rara yang lugu.

"Ya..gak gitu juga kali. Tidak semua orang kota baik ada juga yang buruk. Cuma kami sadar bahwa ada itungan yang belum kamu hitung. Yaitu biaya tranfortasi ke rumah ini," penjelasan Indro.

"Wah padahal saya sudah menghitungnya dan di masukkan ke dalam harga barang," Rara menjelaskan.

"Gimana kamu ...Indro...jangan ada motif..untuk dekat dengan Rara," omongan Dono yang terbuka kepada orang yang di tuju.

"Engak..lah. Jangan di bahas lagi. Rempong ..jadinya," saut Indro.

"Kalau begitu saya permisi dulu," kata Rara.

"Iya," jawab Dono dan Indro bersamaan.

Dono dan Indro masuk ke dalam rumah. Lalu membuka makan di meja.

"Asik....makan banyak," kata Kasino.

"Yo.i. Jarang-jarang. Karena kalian main ke rumah saya. Jadi saya siapkan makan untuk sahabat baik saya," kata Indro.

"Ok..makan..deh sepuasnya," kata Dono.

"Makan...juga..ah," kata Kasino.

Dono dan Indro menikmati makan dan minuman yang enak lagi buatan Rara. Kasino cuma ikutan makan dan minum juga. Ketiganya menikmati malam minggu dengan makan dan minuman yang enak di tambah dengan acara Tv yang menarik yaitu lawak.


Karya: No

MELAKU-MELAKU NANG DESO

Sore yang cerah sekali. Dono terlihat suntuk sekali sedang duduk di depan rumah Indro. Kemudian Indro membawakan makan dan minuman di taruh di meja baru duduk.

"Dono...jangan bengong?" tanya Indro.

"Enggak bengong," jawab Dono.

"Jangan ...bohong. Terlihat dari wajah sorotan mata mu yang kosong," kata Indro.

"Iya..deh...," saut Dono sambil mengambil gelas sirup.

"Gimana buatan minuman saya?" tanya Indro.

"Manis......apa lagi di kasih buah ceri di pinggir gelas biar cantik dan menarik," kata Dono.

"Ceri atau seri," saut Indro.

"Tahu aja becanda. Kan gak ada buah ceri....cuma apel," kata Dono sambil memakan apel.

"Syukurin ada rezeki...jadi kamu menikmati buah apel malang," kata Indro.

"Iya...Alhamdulilah. Omong-omong..enak rumah ini Indro. Pemandangan ke area persawahan," pujian Dono.

"Saya punya cita-cita. Jika saya berhasil dari kota balik ke desa membeli rumah dekat area sawah. Terlihat suasana lukisan kehidupan sebenarnya," kata Indro.

"Dasar..anak deso. Jauh-jauh pergi ke kota untuk mencari jawaban dari perjalan hidup untuk ke dewasaan. Ehhhhh....balik juga..membangun desanya......," kata Dono.

"Itulah...hidup. Di kota itu suntuk penuh dengan percepatan moderisasi. Akhirnya rakyat Indonesia lupa dasar kita...ya...petani..semuanya," kata Indro.

"Iya..lupa. Anak bangsa..ini. Padahal yang benar pertanianlah..hidup orang-orang di negeri. Maka di sebut tanah surga. Bentuk tanaman apa bisa tumbuh di negeri ini. Negeri yang kaya......cuma bagaimana cara mengolahnya....agar lebih baik untuk anak cucu," penjelasan Dono.

"Itulah...hidup di desa nyaman," kata Indro.

"Jalan-jalan yooooo Indro...," ajakan Dono.

"Ayo."

Dono beranjak dari duduknya dan juga Indro. Berjalan mereka berdua melihat daerah sekitar lebih dekat. Sawah terlihat masih baru di olah para petani. Dono pun senang sampai pola pikirnya kembali seperti anak-anak. Dono melihat seekor kepiting di pinggir aliran pematang sawah. Dono segera menangkapnya untuk di mainkan.

"Lucu ....Indro."

"Iya...Dono...akhirnya..kamu lebih senang hidup dekat dengan alam seperti ini."

"Benar.....hidup di kota itu jenuh. Penuh dengan ambisi semua orang untuk jadi ini dan itu. Agar kaya. Padahal hidup yang menyenangkan dekat dengan alam...seperti ini. Bermain, bergembira, dan mengolahnya sesuai dengan keinginan saya. Dan tidak di buru waktu. Sama dengan kepiting yang saya pegang ini....siklus kehidupannya normal. Gak seperti di kota abnormal semuanya."

"Maksudnya? Pura-pura..ya Dono."

"Yo.i."

Dono pun melepaskan kepiting di lempar ke aliran pematang sawah. Dono dan Indro menikmati sore hari dengan indah. Sampai seorang cewek dengan membawa motor metik lewat begitu saja.

"Wah..cantiknya..cewek....itu," kata Dono.

"Cantik...ya...Dono.... namanya Rara..kembang di sini. Mau......sama dia?" kata Indro.

"Kok gitu ngomongnya...," saut Dono.

"Nama..juga cowok setiap tikungan di mana pun ada gaetan. Itu wajar untuk memilih pasangan yang baik. Kan janur kuning belum melengkung antara kamu dengan Wulan," kata Indro.

"Iya..... tapi...enggak bisa," kata Dono.

"Enggak bisa atau takut...sama Wulan?" tanya Indro.

"Sebenarnya..sih takut. Komitmen kesetiaan ini yang bikin repot. Wulan minta sama saya. Selagi saya sanggupi ya saya sanggupi dengan penuh kejujuran. Toh.....lebih baik seperti ini. Setia  pada satu wanita. Bukan ....Setia Band," kata Dono.

"Iya..bukan Setia Band. Tapi setia pada pasangan hidup. Berarti kamu orang yang bisa memegang komitmen. Jarang cowok seperti itu. Lebih banyak mendua, mentiga, dan seterusnya. Dengan alasan agama di bawa-bawa," kata Indro.

"Poligami," saut Dono.

"Yo.i," saut Indro.

"Kalau masalah itu sih.....ibarat selera makan ajalah. Toh yang paling repot bukan hubungan antara pria dan wanita. Tapi anak itu penting. Padahal kalau di sorotin  di pembicaraan mana pun lewat jaringan apa pun malah lebih banyak berkenaan dengan hubungan pria dan wanitanya. Tapi  harusnya anak dan anak lagi," kata Dono.

"Benar..kata kamu Dono. Ibarat selera makan kalau urusan poligami. Tapi tetap anak...jawabannya yang tepat."

Tiba-tiba perut Dono berbunyi dan Indro mendengarnya.

"Laper Dono?" tanya Indro.

"Iya...saya baru makan apel malang deh ...nasip ku...laper lagi."

"Dasar........perut gentong.....kamu Dono."

"Ayo cari makan di daerah sini."

"Ayo."

Dono dan Indro mencari kedai makan di daerah pedesaan akhirnya ketemu sebuah warung kecil yang menjual makan. Dono dan Indro masuk ke dalam kedai. 

"Bagus juga kedai ini," pujian Dono.

"Yo.i...saya juga baru pertama."

"Mau pesan apa mas?" tanya pemilik Kedai.

"Rara," kata Dono dan Indro bersamaan.

"Iya..saya Rara, tapi bukan Rara penyanyi dangdut salah satu juara penyanyi dangdut yang diadakan Indosiar. Cuma Rara pemilik kedai makan di kampung ini."

"Oh....puncuk di cinta ulan pun tiba. Baru saja di omongin. Tetap saja ada jodoh," saut Indro.

"Maksudnya?" tanya Rara.

"Enggak... omongan 2 anak lelaki yang membicarakan kembang di desa ini. Ternyata pemilik kedai makan ini. Ya....kamu Rara," kata jujur Dono.

"Ohhhh..cuma itu. Saya kira...innnn,"

"Di kirain mau mengambil hati kamu...gitu,"  Indro langsung menyambung omongan Rara.

"Ya.....bisa gitu..sih," saut Rara.

"Sudah pesan makan dan minuman yang enak di kedai ini. Kalau obrolin  tambah ngawur."

"Ok. Saya siapkan," kata Rara. 

Rara langsung ke dapur untuk menyiapkan pesan Dono dan Indro.

"Dono...kok di setop pembicaraannya? Kan lagi asik....kenalanya," kata Indro.

"Asik..sih..asik. Tapi perut saya lapar. Nanti aja deh setelah makan ngobrolnya dengan Rara lebih kongkrit lagi...agar jadi teman kita," kata Dono.

"Sip..itu mau saya," kata Dono.

Rara pun membawa makan dan minuman yang di pesan Dono dan Indro dan di taruh di meja.

"Silakan di nikmati," kata Rara.

"Iya," saut Dono dan Indro bersamaan.

Dono yang kelaparan dengan antusias melahap makan yang enak dan minuman yang enak buatan Rara. Indro pun juga gak kalah antusiasnya. 

"Enaknya...Indro," kata Dono.

"Enak...buatan kembang desa. Anaknya cantik pinter masak. Cerita orang sekitar...Rara pandai menyanyi," kata Indro.

"Dangdut atau Pop?" tanya Dono.

"Sinden...," jawab Indro.

"Sinden sama..aja..kaya Soimah.....pinter nyanyi, cantik....jangan-jangan pinter masak juga," kata Dono.

"Dono...kok..ngomongnya ..lancong ke Soimah?" tanya Indro.

"Biasa..itu..mah. Naikkin nama artis yang terkenal dan kaya di tambah pinter lagi nyanyinya......," kata Dono.

"Dasar..nyeleneh," kata Indro.

"Yo.i."

Dono dan Indro menikmati makan dan minuman buatan Rara. Sampai pesan satu posti lagi sama Rara untuk Dono. Sedangkan Indro cuma geleng-geleng kepala dengan nafsu makan Dono. Akhirnya perut Dono dan Indro kenyang. Lalu sambil menunggu pelanggan untuk membeli makan di kedai Rara. Dono dan Indro melanjutkan niatnya untuk mengenal lebih dekat dengan Rara. Dengan senang hati Rara menerima ajakan Dono dan Indro untuk ngobrol. Suasana makin akrap. Sampai waktu memisahkan semuanya karena azan di kumandangkan. Dono dan Indro tidak lupa membayar makan dan minuman yang di pesan mereka. Rara pun senang banget dengan pembeli yang baik hati dan mudah bergaul dengan baik. Dono dan Indro keluar dari kedai makanan menuju masjid untuk melaksanakan sholat magrib.


Karya: No

KECEWA

Siang hari ini Dono tetap mengetik di leptopnya di ruang makan. Sambil mendengarkan musik yang terpasang di telinganya. Lama-lama Dono bukan konsentrasi malah berbenturan dengan alunan musik yang masuk ke dalam kepalanya.

"Pusing.....," teriak Dono.

Dono pun melepaskan hansednya pada telinganya. Dono mulai mengetiknya dan keluarlah semua ide-ide yang muncul dari benak kepalanya. Indro duduk di meja makan langsung membuka tudung saji yang berisi makanan.

"Makan...saya laper...banget," kata Indro.

Indro langsung mengambil piring dan menyentong nasi, sayur, dan ikan. Tak lupa mengambil sedok.

"Makan Dono...," kata Indro.

"Baca...doa dulu!" kata Dono.

"Iya."

Indro membaca doa dengan baik. Baru lah Indro menyantap makan siang enak.

"Enak ...Dono. Kenapa tidak makan?" tanya Indro.

"Nanti...gak lapar. Nyelesaikan ketikan dulu," kata Dono.

"Oh..ya sudah selesaikan ketikan kamu. Baru deh makan siang," kata Indro.

"Iya."

Indro terus makan dengan lahap. Tapi tiba-tiba Indro teringat sesuatu di pikirannya dan bertanya pada Dono.

"Dono....apa kamu pernah di kecewaan cewek?"

"Pernah. Tapi kenapa kamu ...bertanya tentang itu. Emangnya ada masalah dengan cewek?" tanya Dono.

"Ada..sih. Tapi saya ingin...pendapat kamu. Yang sering mencari informasi lewat kehidupan masyarakat untuk memperkuat dari tulisan kamu. Kemungkinan kamu lebih tahu tentang rahasia wanita.....kan Dono."

"Mungkin. Tapi kalau urusan wanita relatif di lihat dari sudut keinginan wanita itu dan didikan orang tuanya. Dampak yang riskan sih pergaulan yang mengubah  sifat wanita karena poses pembentukan kejiwaannya tidak sempurna alias labil."

"Jadi....cuma itu Dono."

"Iya.  Kalau di lihat dari pengalaman saya sih ...berinteraksi dengan wanita. Saya selalu mengecek pola dari bicara, tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari. Di cek semuanya. Apakah wanita ini jujur atau bohong kalau urusan dengan perasaan?"

"Jawabannya...setelah kamu tinjau dari poses pengalaman kamu?"

"Jawabannya ...kecewa...alias...kebanyakan wanita menilai kesempurnaan yaitu kategorinya Ganteng, Pekerjaan dan Kaya....."

"Pantes teman saya perah di tolak karena cinta bertepuk sebelah tangan.....alias dari sudut paling riskan sih wajah."

"Sebenarnya faktor wajah sih ...gak begitu terlalu riskan sih. Mungkin teman kamu Indro....tidak tahu mengalahkan wanita. Padahal...untuk mengalahkan wanita itu mudah di saat kejiwaan labil. Saat itu lah temanmu masuk. Bukannya di saat posisinya banyak protesi diri."

"Jadi harus dalam keadaan labil toh mendapatkan wanita. Paling di saat wanita terlalu lama jomlo. Patah hati. Perceraian. Terjadi probelema keuangan atau pekerjaan. Dan ketidak harmonisan hubungan.... baik pacaran atau pernikahan."

"Itu..tahu. Keadaan itu lah memperngaruhi kejiwaan wanita. Dulu saya pernah mendekati wanita dengan cara cuma mainan sih jalan ceritanya. Seiring waktu wanita itu sadar juga kalau saya menyukainya. Dasar utama wanita yang di dekati itu lagi jomlo atau kosong. Ya.....wanita memdekati saya dengan terang-terangan dan saya merasa perubahan dari target saya yang telah berubah kejiwaannya alias membuka diri. Ya...saya terima."

"Jangan-jangan Wulan.....Dono."

"Yo.i." 

"Kalau begitu sih laki-laki kecewa di tolak wanita wajarlah. Gak bisa mengalahkan apa yang kita sukai. Sakitnya tuh di dalam hati ku....sakit....sakit...sakit. Padahal ...cowok juga perasa....... Di kirain cuma cewek aja.........."

"Betul..sekali. Cowok itu perasa. Tapi jangan termakan oleh perasaan itu. Karena perasaan itu lemah seperti perasaan wanita. Pada akhirnya lahir jadi cowok setelah proses waktu berubah menjadi cewek. Karena perasaan itulah yang kaya cewek di ikuti. Ya.....melangkahi kodrat deh..  Jadi banci," penjelasan Dono.

"Kacau...orang bodoh ..banyak jadi banci...itu," kata Indro yang jengkel.

Indro langsung menyelesaikan makan siangnya dan minum air putih menghilangkan rasa serek di tenggorokannya, lalu membawa piring dann gelas di ke dapur untuk di cuci. Dono terus menyelesaikan ketikannya.

"Akhirnya....selesai juga. Baru deh makan siang."

Saat Dono mau makan siang tercengang dengan keadaan sayur dan lauk pauk.

"Indro..........kamu makannya rakus banget. Sayur dan lauknya tinggal sedikit banget," teriak Dono.

"Saya...laper...Dono..........," saut Indro dengan teriak dari dapur.

"Ya..sudah.   Kalau segini rezeki makan siang saya....ya..saya terima. Makan....," kata Dono.

Dono  langsung mengambil piring dan menyentong nasi, sayur, dan lauk. Setelah itu segeralah Dono makan siang dengan penuh ketenangan karena pekerjaannya mengetiknya selesai.


Karya: No

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK