Siang hari ini Dono tetap mengetik di leptopnya di ruang makan. Sambil mendengarkan musik yang terpasang di telinganya. Lama-lama Dono bukan konsentrasi malah berbenturan dengan alunan musik yang masuk ke dalam kepalanya.
"Pusing.....," teriak Dono.
Dono pun melepaskan hansednya pada telinganya. Dono mulai mengetiknya dan keluarlah semua ide-ide yang muncul dari benak kepalanya. Indro duduk di meja makan langsung membuka tudung saji yang berisi makanan.
"Makan...saya laper...banget," kata Indro.
Indro langsung mengambil piring dan menyentong nasi, sayur, dan ikan. Tak lupa mengambil sedok.
"Makan Dono...," kata Indro.
"Baca...doa dulu!" kata Dono.
"Iya."
Indro membaca doa dengan baik. Baru lah Indro menyantap makan siang enak.
"Enak ...Dono. Kenapa tidak makan?" tanya Indro.
"Nanti...gak lapar. Nyelesaikan ketikan dulu," kata Dono.
"Oh..ya sudah selesaikan ketikan kamu. Baru deh makan siang," kata Indro.
"Iya."
Indro terus makan dengan lahap. Tapi tiba-tiba Indro teringat sesuatu di pikirannya dan bertanya pada Dono.
"Dono....apa kamu pernah di kecewaan cewek?"
"Pernah. Tapi kenapa kamu ...bertanya tentang itu. Emangnya ada masalah dengan cewek?" tanya Dono.
"Ada..sih. Tapi saya ingin...pendapat kamu. Yang sering mencari informasi lewat kehidupan masyarakat untuk memperkuat dari tulisan kamu. Kemungkinan kamu lebih tahu tentang rahasia wanita.....kan Dono."
"Mungkin. Tapi kalau urusan wanita relatif di lihat dari sudut keinginan wanita itu dan didikan orang tuanya. Dampak yang riskan sih pergaulan yang mengubah sifat wanita karena poses pembentukan kejiwaannya tidak sempurna alias labil."
"Jadi....cuma itu Dono."
"Iya. Kalau di lihat dari pengalaman saya sih ...berinteraksi dengan wanita. Saya selalu mengecek pola dari bicara, tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari. Di cek semuanya. Apakah wanita ini jujur atau bohong kalau urusan dengan perasaan?"
"Jawabannya...setelah kamu tinjau dari poses pengalaman kamu?"
"Jawabannya ...kecewa...alias...kebanyakan wanita menilai kesempurnaan yaitu kategorinya Ganteng, Pekerjaan dan Kaya....."
"Pantes teman saya perah di tolak karena cinta bertepuk sebelah tangan.....alias dari sudut paling riskan sih wajah."
"Sebenarnya faktor wajah sih ...gak begitu terlalu riskan sih. Mungkin teman kamu Indro....tidak tahu mengalahkan wanita. Padahal...untuk mengalahkan wanita itu mudah di saat kejiwaan labil. Saat itu lah temanmu masuk. Bukannya di saat posisinya banyak protesi diri."
"Jadi harus dalam keadaan labil toh mendapatkan wanita. Paling di saat wanita terlalu lama jomlo. Patah hati. Perceraian. Terjadi probelema keuangan atau pekerjaan. Dan ketidak harmonisan hubungan.... baik pacaran atau pernikahan."
"Itu..tahu. Keadaan itu lah memperngaruhi kejiwaan wanita. Dulu saya pernah mendekati wanita dengan cara cuma mainan sih jalan ceritanya. Seiring waktu wanita itu sadar juga kalau saya menyukainya. Dasar utama wanita yang di dekati itu lagi jomlo atau kosong. Ya.....wanita memdekati saya dengan terang-terangan dan saya merasa perubahan dari target saya yang telah berubah kejiwaannya alias membuka diri. Ya...saya terima."
"Jangan-jangan Wulan.....Dono."
"Yo.i."
"Kalau begitu sih laki-laki kecewa di tolak wanita wajarlah. Gak bisa mengalahkan apa yang kita sukai. Sakitnya tuh di dalam hati ku....sakit....sakit...sakit. Padahal ...cowok juga perasa....... Di kirain cuma cewek aja.........."
"Betul..sekali. Cowok itu perasa. Tapi jangan termakan oleh perasaan itu. Karena perasaan itu lemah seperti perasaan wanita. Pada akhirnya lahir jadi cowok setelah proses waktu berubah menjadi cewek. Karena perasaan itulah yang kaya cewek di ikuti. Ya.....melangkahi kodrat deh.. Jadi banci," penjelasan Dono.
"Kacau...orang bodoh ..banyak jadi banci...itu," kata Indro yang jengkel.
Indro langsung menyelesaikan makan siangnya dan minum air putih menghilangkan rasa serek di tenggorokannya, lalu membawa piring dann gelas di ke dapur untuk di cuci. Dono terus menyelesaikan ketikannya.
"Akhirnya....selesai juga. Baru deh makan siang."
Saat Dono mau makan siang tercengang dengan keadaan sayur dan lauk pauk.
"Indro..........kamu makannya rakus banget. Sayur dan lauknya tinggal sedikit banget," teriak Dono.
"Saya...laper...Dono..........," saut Indro dengan teriak dari dapur.
"Ya..sudah. Kalau segini rezeki makan siang saya....ya..saya terima. Makan....," kata Dono.
Dono langsung mengambil piring dan menyentong nasi, sayur, dan lauk. Setelah itu segeralah Dono makan siang dengan penuh ketenangan karena pekerjaannya mengetiknya selesai.
Karya: No
No comments:
Post a Comment