Jum'at pagi yang cerah di kediaman Dono di pinggiran kota Jakarta. Dono lagi santai di ruang tamu sambil membaca koran dan minum susu. Lalu Indro baru selesai kerjaannya mengetik di kamarnya baru duduk bersama Dono.
"Gimana keadaan mu hari ini Dono," tanya Indro.
"Lumayan ....Indro..agak enakan," jawab Dono.
"Coba saya preksa dulu...ya Dono."
"Iya...Indro."
Indro bangun dari duduk dan memeriksa suhu tubuh Dono dengan menaruh telapak tangan di kening Dono.
"Mendingan Dono...panasnya turun."
"Iya......Indro."
"Ngomong-ngomong ...Wulan dateng gak jenguk kamu di rumah sakit?" tanya Indro.
"Jenguklah. Wulan malah khawatirnya dengan keadaan saya yang tiba-tiba sakit."
"Cewek mu perhatian ya. Saat kamu sehat ia dan kala kamu sakit juga. Jarang loe cewek seperti itu. Kebanyakan cewek..lebih banyak egonya. Alasan ini dan itu. Apa lagi status pacar?"
"Kalau pacar kan hubungannya tanda tanya besar bisa saja lanjut ke pelaminan atau sebaliknya kandas....orang masih....menyimpan rahasia tersembunyi dari kedua belah pihak..yaitu...mencari lebih baik...itu saja. Kalau suami istri kan...hubungan sah. Banyak rido semua orang. Ya. terang saja...lebih positif."
"Gimana dengan biaya rumah sakitnya?" tanya Indro.
"Saya..bayar. Selagi saya mampu saya bayar dengan uang pas biaya rumah sakit. Gak pake embel-embel..... yang lagi buming di omongin orang-orang yang ini dan itu karena alasanya saya orang miskin. Saya bukannya menjadi orang sombong yang tidak mau menggunakan bantuan dari pemerintah. Bukan itu. Alasannya tangan di atas. Maksudnya diusahakan dengan rezeki saya membayar biaya rumah sakit yang mahal. Kalau gak bisa baru deh pake..embel-embel yang meringankan saya...untuk membayar rumah sakit," penjelasan Dono.
"Ya...tidak semua Dono orang berpikir seperti kamu. Banyak orang berpikir...minta bantuan ini dan itu. Padahal masih mampu. Maka terlihatlah kemiskinan di Indonesia...membeludak."
"Ya..membeludaklah. Orang kaya ngaku miskin. Sedangkan yang miskin di abaikan alasanya karena alasannya gak mampu bayar. Harus lapor sana dan sini untuk ngurus surat miskin dan bantuan dari pemerintahan untuk kesehatan baru turun. Repot...banget...Indro."
"Benar..kamu Indro. Repot. Kalau begitu saya setuju dengan kamu. Kalau sakit di usahakan dulu..untuk bayar rumah sakit yang mahal. Kalau gak bisa baru minta bantuan dari pemerintah untuk mengucurkan dana kesehatan untuk meringankan biaya rumah sakit untuk orang miskin."
"100 % cerdas kamu Indro. Tidak termasuk masyarakat yang selalu bergantung oleh bantuan dana pemerintahan. Jangan jadi pengemis sebelum di usahakan dulu. Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah."
"Oh...Dono..selama kamu....sakit. Jadi gak nulis Blog..kan?" tanya Indro.
"Iya..lah..gak nulis Blog. Ngurus....keadaan tubuh yang gak karuan gimana bisa mikirnya. Lagian juga Wulan selalu mengambil Hp saya agar jangan banyak berpikir ini dan itu agar cepat sehat. Padahal bisa sih..nulis di Hp. Wulannya sudah tahu kebiasaan saya. Mau apa lagi? Perhatiannya luar biasa sama saya .....saat Sakit," jawab Dono dengan sedikit cerita.
"Kalau Wulan sakit...gimana...Dono..perhatian kamu padanya?" tanya Indro.
"Ya..sama aja. Saya memberikan perhatian yang lebih pada Wulan...sampai-sampai saya meninggalkan pekerjaan..saya demi Wulan sembuh. Kadang saya minta kamu Indro dan Kasino untuk menghendel kerjaan saya...agar tidak jadi masalah. Lupa..kan."
"Iya..saya..inget. Kamu selalu menolong saya kalau ada masalah kerjaan apalagi kamu yang ada masalah ya saya tolong lah. Toh pekerjaan kita wirausaha.....bukan kerja di perusahaan dan di pemerintahan yang ribet peraturan.....ya kan Dono."
"Yo. i....ribet."
Dono pun minum susunya.
"Enak-enak," kata Dono.
"Dono kenapa kamu minum susu..bukan kopi?" tanya Indro.
"Kan saya.....baru sembuh dari sakit. Ya..susulah untuk pemulihan kesehatan saya," kata Dono.
"Ya..sudahlah ...saya juga mau minum susu," kata Indro yang ikut-ikutan.
Indro pun bergerak dari duduknya menuju dapur untuk membuat susu. Dono tetap santai dengan menikmati hidupnya yang lagi proses penyembuhan. Kasino pun masuk ke rumah dan langsung duduk di ruang tamu.
"Gimana Dono..keadaan kamu?" tanya Kasino.
"Lebih baik," jawab Dono yang sambil baca koran.
"Oh..iya. Ada titipan dari Wulan saya ketemu dia lagi belanja di supermarket jalan berdua dengan cowok," kata Kasino.
"Titipan apa?" tanya Dono.
"Semoga mas Dono cepat sembuh. Jangan aneh-aneh...ya."
"Itu...omongan Wulan atau kamu Kasino?" tanya Dono.
"Omongan ...siapa ya?"
"Omongan kamu...Kasino. Dasar nyeleneh," saut Dono.
"Maaf ... Dono cuma becanda. Jangan terlalu serius lah. Kaya debat Pemilu Presiden..... Untuk menunjukkan intelektual cara berpikir Joko Widodo dan Ma'ruf Amin dan lawannya Prabowo dan Sandiaga Uno tujuannya untuk memberikan pernyataan pada rakyat bahwa mereka pantes memegang kekuasan menjadi Presiden periode selanjutnya."
"Saya..tahu kamu becanda. Lagian saya dan Wulan sering koling lewat jaringan apa pun?! Yang isinya semoga mas Dono sehat ya...kalau sakit gak bisa godain Wulan lagi."
"Iya....deh..yang romantis..sama pacarnya setiap saat........ Saya iri....Dono."
"Kalau kamu ..iri..sih. Cari pacar lah. Kalau..gak cepat...nikah......Kasino. Biar suasana hidup yang singkat ini jadi lengkap dengan...cerita yang romantis anak manusia yang memadu kasih.... Dengan jalan baik......saja. Dan..jangan lupa..jauhkan hal-hal yang buruk-buruk."
"Saya...ngerti ..Dono. Yang positif....kan." kata Kasino.
"Sip."
Kasino bergerak dari duduknya masuk ke kamarnya untuk mengambil sesuatu. Indro selesai membuat susu langsung ke ruang tamu dan duduk bersama Dono.
"Kok lama amat ...Indro buat susunya?" tanya Dono.
"Iya.........saya sambil ngurusin beresin sesuatu di dapur," kata Indro.
"Oh..begitu."
Indro pun menikmati susu buatannya.
"Emm...enak-enak," kata Indro.
Dono pun menyelesaikan baca korannya dan di taruh di meja.
"Ngomong-ngomong....Indro..apa pendapat kamu dengan debat kemarin malam berkenaan dengan Pemilu Persiden?"
"Oh.....pendapat saya. Bagus-bagus....kok. Kedua kubu...menunjukkan kemampuan dari intelektual mereka di depan banyak orang dan di sorot dengan banyak kamera dan di publikasikan langsung."
"Masalahnya.........,"
"Masalahnya...kamu lagi sakit...jadi tidak nonton acara depat Pemilu Presidenkan," memotong pembicaraan Dono dan langsung di sambung dengan perkataan dari Indro.
"Iya..... saya tidak menontonnya. Karena sakit dan lebih banyak istirahatnya untuk pemulihan kesehatan saya. Pagi ini mendingan," kata Dono.
"Kemarin malam kan saya sibuk bawa kamu pulang dari rumah sakit. Karena dokternya bilang kamunya boleh pulang. Ya.....langsung bergerak malam itu." sedikit cerita Indro.
"Iya..saya tahulah nilai usaha kamu untuk saya...jadi saya ucapkan banyak-banyak terima kasih....sahabat terbaik. Abisnya hidup di kota Jakarta jauh dari orang tua. Nama juga perantauan." kata Dono.
"Sama-sama perantauan....saling tolong menolong. Sahabat adalah keluarga paling dekat...ya..kan Dono."
"Yo..i..100 % benar," kata Dono.
Kasino keluar dari kamar dengan membawa map. Lalu Kasino mengajak Indro untuk membantunya menyelesaikan beberapa pekerjaan. Indro pun bersedia dengan ajakan Kasino. Indro dan Kasino keluar dari rumah untuk pergi menyelesaikan pekerjaan dan tak lupa pamitan dengan Dono. Sedangkan Dono yang masih proses pemulihan kesehatan dengan santai duduk di ruang tamu sambil melakukan kegiatan membaca buku komik untuk menghilangkan kejenuhan dirinya.
Karya: No
No comments:
Post a Comment