CAMPUR ADUK

Monday, October 11, 2021

KAYA PERMAINAN CATUR

Eko dan Budi duduk depan rumahnya Eko, ya menikmati minum kopi dan makan gorengan.

"Politik," kata Budi.

Budi mengambil tahu goreng beserta cabe di piring, ya di makan tahu goreng beserta cabe rawit lah.

"Ada apa dengan politik?!" kata Eko.

Eko mengambil bakwan goreng beserta cabe rawit di piring, ya di makan bakwan goreng berserta cabe rawit lah.

"Berita di Tv, ya tentang pergerakan politik," kata Budi.

"Pergerakan politik. Ah lumrah itu mah. Urusan orang-orang yang punya kepentingan yang ingin jadi pemimpin di negeri ini," kata Eko.

"Iya sih. Urusan orang yang punya kepentingan sih," kata Budi.

"Lagian aku dan Budi, ya hanya lulusan SMA. Kurang memahami politik lah. Yang tahu cuma berita di Tv dan pergerakan masyarakat yang berkaitan dengan orang-orang yang ikut dalam pergerakan politik, ya tujuannya menghimpun kekuatan ini dan itu," kata Eko.

"Memang sih aku dan Eko, ya cuma lulusan SMA. Kurang memahami politik lah. Tapi kan kita ini jadi target, ya pemuda milinial. Tujuannya orang-orang yang bergerak di politik, ya memberikan keyakinan pada pemuda milinial tentang partai politik ini dan itu, ya kinerja baik gitu. Agar ketika waktunya pemilu, ya meraup suara terbanyak, ya jadi pemenang dalam pemilu," kata Budi.

"Memberikan nilai kepercayaan pada orang-orang, ya kita ini. Bahwa partai politik, ya kinerja bagus. Dan harapan tingginya, ya menang di pemilu sih," kata Eko.

"Kadang di pikir dengan baik kaya permainan catur yang sering kita main kan dengan baik, ya Eko?!" kata Budi.

"Iya sih. Kalau di baca dengan menggunakan permainan catur, ya pergerakan partai politik, ya kayanya permainan catur. Strategi dalam menjalankan pergerakan ini dan itu," kata Eko

"Kata berita di Tv, ya tujuannya memanaskan mesin politik dengan baik," kata Budi.

"Jadi panas deh," kata Eko.

Eko mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi.

"Gerah banget. Panas keadaanya," kata Budi.

Budi mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minum dengan baik kopi. Eko menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Kebanyakan di Tv sih yang ngomongin tentang politik, ya orang-orang lulusan Universitas. Jadi omongannya berbobot gitu, ya beda dengan aku lulusan SMA. Omongannya aku tentang politik, ya ala kadarnya saja," kata Eko.

Budi menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Memang sih. Yang ngomong di Tv itu, ya orang-orang lulusan Universitas, ya jadinya omongan tentang politik, ya berbobot sih dengan baik. Beda dengan aku juga sih Eko, ya hanya lulusan SMA," kata Budi.

"Budi lebih baik ngomongin lain saja!" kata Eko.

"Ngomongin lain. Paling artis yang beritanya kontrafersi ini dan itu, ya di berita kan dengan baik di Tv," kata Budi.

"Artis," kata Eko.

"Baik dan buruk di beritakan, ya naik beritanya sih kalau artis yang di beritakan," kata Budi.

"Apalagi artis yang ikut dalam pergerakan politik, ya ada di dalam partai politik. Ya menaikin berita tentang partai politik yang ini lah yang itu lah," kata Eko.

"Masih ada kaitannya ke politik juga, ya partai politik. Orang kepentingan," kata Budi.

"Jadinya kaya permainan catur juga deh urusan artis yang kontrafersi ini dan itu," kata Eko.

"Iya juga sih. Di pikir dengan baik. Seperti permainan catur saja," kata Budi.

"Sampai urusan berita konflik antara manusia dengan manusia, ya dari berita di Tv sih. Ya seperti permainan catur saja," kata Eko.

"Ya sudahlah lebih baik kita main catur saja!" kata Budi.

"Ok main catur saja!" kata Eko.

Eko mengambil papan catur di bawah meja, ya di taruh di atas meja papan catur. Eko dan Budi menyusun dengan baik bidak catur di papan catur. Keduanya main catur dengan baik.

TEMAN CURHAT

Budi duduk di depan rumah sedangkan main gitar dan bernyanyi, ya sambil menikmati minum kopi dan juga gorengan.

Lirik lagu yang dinyanyikan Budi dengan judul 'Teman Curhat' :

Ku tatap wajahmu
Saat pertama kita bertemu
Terasa bergetar jiwaku
Saat kau tersenyum padaku
Menawan indah lekuk
Dirimu seakan mengisyaratkan
Dekatlah padaku
Semua hilang
Seketika saat dia berkata
Aku sudah ada yang punya
Dia bukan milikku
Dia hanyalah kenangan indah
Yang melintas di mataku
Aku bukanlah kekasihmu
Aku hanyalah seorang teman curhat
Semua hilang seketika
Saat dia berkata
Aku sudah ada yang punya
Dia bukan milikku
Dia hanyalah kenangan indah
Yang melintas di mataku
Aku bukanlah kasihmu
Aku hanyalah teman curhatmu
Aku bukanlah kasihmu
Aku hanyalah teman curhatmu

***

Abdul sampai di rumah Budi, ya memarkirkan motornya di halaman depan rumah Budi. Abdul duduk dengan baik. Budi selesai menyanyikan dan main gitar.

"Eko main kesini...Budi?!" kata Abdul.

"Eko nggak main kesini. Ada urusan sama Pamannya Eko," kata Budi.

"Oooo Eko tidak main kesini ada urusan dengan Pamannya Eko," kata Abdul.

"Enak ya kalau ada teman curhat," kata Budi.

"Teman curhat. La...aku ini di anggap apa?!" kata Abdul.

"Teman sih Abdul. Memang kadang aku curhat, ya urusan ini dan itu sama Abdul. Tapi kan yang aku maksud teman curhatnya itu cewek," kata Budi.

"Itu mah motifnya Budi saja teman curhat. Ya ujung-ujungnya teman curhat, ya cewek sih di jadiin pacar," kata Abdul.

"Memang tujuannya itu sih teman curhatnya cewek, ya di jadiin pacar. Tahu aja Abdul," kata Budi.

"Aku kan tahu kartunya Budi lah. Teman baik, ya mana mungkin tidak tahu kebiasaan teman yang ini lah yang itulah," kata Abdul.

"Ya deh. Teman baik.Pada akhirnya aku masih jomlo, ya berusaha sebaik mungkin mendapatkan cewek yang aku sukai," kata Budi.

"Aku mengerti keadaan Budi," kata Abdul.

"Emmmm," kata Budi.

"Aku mengomong sesuatu pada Budi," kata Abdul.

"Laaaah dari tadi ngomong. Ya ngomong aja!" kata Budi.

"Aku cerita tentang aku.Ya Aku kenalan dengan cewek cantik banget, ya sampai temuan di rumah tuh cewek sih. Yang bikin aku minder sama cewek yang aku kenal itu. Ya status pendidikannya," kata Abdul.

"Inimah curhat Abdul," kata Budi.

"Bukan curhatnya aku. Tapi curhatnya ke Mamah Dedeh!" kata Abdul.

"Malah becanda," kata Budi.

"Ok. Ok. Tidak becanda. Ya cewek itu statusnya kuliah gitu. Sedangkan aku cuma lulusan SMA saja, ya minderlah status pendidikan," kata Abdul.

"Kalau minder karena status pendidikan, ya sama aja minder dengan kecerdasaan cewek yang berpendidikan di Universitas," kata Budi.

"Bisa di bilang begitu sih," kata Abdul.

"Saran aku sih lebih baik jadiin teman saja dari pada jadi pacar," kata Budi.

"Memang sih lebih baik jadi teman saja dari pada pacar. Kalau jauh di lubuk hati, ya aku sih masih penasaran sama Putri, teman kita saat SMA," kata Abdul.

"Putri masih di sukai Abdul. Kemungkinan, ya Abdul. Putri kuliah juga. Abdul minder lagi sama status Putri yang pendidikan di Universitas ternama di Jakarta," kata Budi.

"Iya juga. Putri kuliah di Universitas ternama di Jakarta. Waduh penyakit minder status pendidikan aku ini. Kacau," kata Abdul.

"Saran aku sih. Lebih baik Abdul fokus dengan usaha dengan baik. Kalau berhasil jadi orang kaya, ya Abdul kuliah di Universitas. Jadi jika dapet cewek yang statusnya S1, ya tidak minder lagi," kata Budi.

"Saran Budi di terima. Aku lebih baik fokus dengan usaha ku, ya jadi kaya dan melanjutkan pendidikan ke Universitas demi menghilangkan rasa minder ku pada cewek yang status pendidikannya, ya S1," kata Abdul.

"Ngopi Abdul?!" kata Budi.

"Iya ngopi!" kata Abdul.

Abdul mengambil tahu goreng dan cabe rawit di piring, ya di makan dengan baik tahu dan cabe rawit. Budi menaruh gitar di samping kursi dan beranjak dari duduknya ke dalam rumah, ya langsung ke dapur untuk membuat kopi. Abdul terus makan gorengan dengan cabe rawit. Budi pun selesai membuat kopi, ya kopi di bawa ke depan rumah. Di depan rumah, ya kopi di taruh di meja.

"Kopi Abdul!" kata Budi.

"Iya," kata Abdul.

Abdul mengambil gelas berisi kopi di meja, ya di minumlah kopi dengan baik. 

"Gimana kalau ngomongin artis cewek Indonesia yang cantik dan juga seksi gitu," kata Budi.

Abdul menaruh gelas berisi kopi di meja.

"Itu sih maunya Budi. Ya selera Budilah. Ngomongin artis cewek Indonesia yang cantik dan juga seksi....penampilannya saat tampil di layar kaca televisi," kata Abdul.

"Ya sudahlah kalau Abdul tidak suka ngomongin tentang artis cewek, ya lebih baik kita ngapain ya?!" kata Budi.

"Nonton Tv, ya acara olahraga atau main catur?!" kata Abdul.

"Nonton Tv acara film atau sinetron," kata Budi.

"Yang pasti Budi!" kata Abdul.

"Main catur saja!" kata Budi.

"Ok. Main catur," kata Abdul.

Budi telah menaruh papan catur di meja. Budi dan Abdul menyusun dengan baik bidak catur di papan catur. Keduanya main catur dengan baik.

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK