CAMPUR ADUK

Monday, September 15, 2025

Mr. 3000

Malam hari. Budi duduk santai di depan rumahnya sedang membaca cerpen yang ceritanya menarik sambil minum kopi dan makan singkong goreng gitu.

Isi cerita yang di baca Budi :

Stan Ross adalah pemain bintang yang sombong dari tim bisbol Milwaukee Brewers. Setelah mencatat pukulannya yang ke-3.000, Ross langsung pensiun, meninggalkan tim tanpa salah satu pemain bintangnya di tengah persaingan playoff tahun 1995, ya menunjukkan ketidakpeduliannya terhadap perasaan rekan satu timnya bahwa keputusannya akan membuat mereka kehilangan kejuaraan. Selama sembilan tahun berikutnya, Ross menggunakan julukannya sebagai alat bisnis, memiliki beberapa properti menguntungkan dengan nama "Mr. 3000" yang membuatnya semakin kaya.

Pada tahun 2004, Brewers memensiunkan nomor Ross untuk meningkatkan jumlah penonton bagi tim mereka yang kini tengah berjuang. Meskipun banyak penggemar yang datang ke upacara tersebut, pemain lain, termasuk rekan satu tim dan sesama bintang Robin Yount, Cecil Cooper, dan Paul Molitor, tidak hadir. Hanya sahabatnya Anthony “Boca” Carter dan seorang pelempar bantuan tengah dari masa-masa awalnya di liga utama bernama Bill “Big Horse” Berelli yang hadir, dan mantan pelempar itu menegur Ross atas sikapnya yang arogan.

Ross mengetahui bahwa karena kesalahan administrasi (disebabkan oleh pertandingan tiga pukulan yang ditangguhkan karena jam malam dihitung dua kali), ia pensiun dengan 2.997 pukulan, bukan 3.000. Kesalahan tersebut juga sebagian berkontribusi terhadap Ross yang tidak terpilih ke dalam Baseball Hall of Fame dan membuat taktik pemasaran "Mr. 3000"-nya tidak akurat. Ross berusaha untuk kembali bermain pada usia 47 tahun untuk mendapatkan tiga pukulan lagi dan menyelamatkan warisan dan reputasinya.

Seorang eksekutif Brewers terkemuka, mengutip banyaknya kehadiran di upacara pensiun Ross dan fakta bahwa Brewers tidak lagi bersaing di babak playoff, setuju untuk membawa Ross kembali selama perluasan daftar pemain pada bulan September. Sebaliknya, para pemain muda tim tersebut menganggapnya sebagai aib, dan bintang tim Rex "T-Rex" Pennebaker, yang sombong dan arogan seperti Ross, mengklaim bahwa ia tidak dibutuhkan dan terlalu tua untuk bermain. Manajer tim yang sudah lama menjabat Gus Panas menolak untuk berbicara sepatah kata pun kepada Ross, dan para wartawan olahraga lokal memanfaatkan setiap kesempatan untuk mengkritiknya.

Meskipun prediksinya sebaliknya, Ross berjuang untuk mendapatkan kembali performa bisbolnya dan berakhir tanpa pukulan dalam 27 pukulan pertamanya. Kembalinya dia diliput oleh penyiar olahraga televisi Maureen "Mo" Simmons, yang melanjutkan hubungan romantis sebelumnya dengan Ross. Dia mendapat dua pukulan, termasuk home run, untuk meningkatkan total kariernya menjadi 2.999.

Ross menjadi mentor bagi para pemain muda dan mendesak Pennebaker untuk belajar dari kesalahannya sendiri dan menjadi pemain tim, sehingga Pennebaker tidak akan berakhir seperti dirinya – sendirian. Hal ini menginspirasi Brewers untuk bangkit di akhir musim dan menyelesaikan musim dengan terhormat. Ross mencoba untuk serius dengan Simmons dan menjadikannya bagian permanen dalam hidupnya, tetapi dia enggan untuk percaya bahwa Simmons telah berubah, terutama setelah dia melewatkan latihan tim untuk tampil di televisi nasional bersama Jay Leno dan menikmati semua perhatian yang diterimanya.

Dalam pukulan terakhirnya di musim ini, dengan kesempatan untuk akhirnya mengklaim pukulannya yang ke-3.000, Ross memiliki visi tentang tahun-tahun sebelumnya ketika ia masih dalam masa jayanya dan dicintai oleh tim. Hal itu menginspirasinya untuk mengorbankan kesempatan terakhirnya dengan pukulan bunt agar Brewers dapat memenangkan pertandingan dan finis ketiga di divisi mereka. Meskipun Ross tidak pernah mencapai tonggak sejarah "3.000", kemurahan hati dan sikapnya yang baru membuatnya dilantik ke dalam Hall of Fame. Ia mengganti nama bisnisnya menjadi "Mr. 2.999" dan terakhir terlihat mengendarai truk es krim dengan slogan "2.999 kemungkinan kombinasi!".

***

Budi selesai baca cerpen yang ceritanya bagus, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu.

"Emmm," kata Eko.

Budi menikmati minum kopi dan makan singkong goreng gitu. Eko datang ke rumah Budi, ya motor Eko di parkirkan dengan baik depan rumah Budi. Ya Eko duduk dengan baik dekat Budi gitu. Di meja memang Eko melihat dengan baik ada anglo kecil di atasnya ada tekok kaleng yang seperti biasanya terisi air panas gitu, ya ada piring yang ada singkong goreng, ya ada mainan Helikopter yang terbuat dari kardus, yaaa dan kliping gitu.

"Mainan," kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

Eko mengambil mainan Helikopter gitu.

"Budi buat mainan Helikopter yang terbuat dari kardus, ya Budi?" kata Eko.

"Iya Eko...aku buat mainan Helikopter yang terbuat dari kardus," kata Budi.

"Nilai kreatifitas Budi buat mainan Helikopter dari kardus," kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

Eko memeriksa dengan baik mainan Helikopter yang di buat Budi yang terbuat dari kardus gitu.

"Bagus....mainan yang di buat Budi, ya mainan Helikopter yang terbuat dari kardus," kata Eko.

"Terima kasih Eko...pujiannya!" kata Budi.

Mainan Helikopter yang terbuat dari kardus di taruh di meja gitu.

"Helikopter berkaitan dengan ekonomi kan Budi?" kata Eko.

"Memang Helikopter berkaitan dengan ekonomi!" kata Budi.

"Helikopter di buat dengan baik perusahaan ini dan itu," kata Eko.

"Perusahaan ini dan itu...pembuat Helikopter dengan baik gitu," kata Budi.

"Kompetisi terjadi...berkaitan dengan Helikopter," kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

"Persaingan sengit antara perusahaan satu dengan lainnya urusan berkaitan dengan Helikopter," kata Eko.

"Ya persaingan sengit yang penting persaingan sehat gitu," kata Budi.

"Memang yang penting persaingan yang sehat tujuan ini dan itu," kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

"Hasil...dari usaha yang di jalankan perusahaan-perusahaan berkaitan Helikopter? Ya rezeki masing-masing!" kata Eko.

"Omongan Eko benar sekali!" kata Budi.

"Emmm," kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

"Kliping," kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

Eko mengambil kliping dengan baik gitu.

"Kliping buatan Budi," kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

Eko membuka kliping, ya di lihat dan di baca dengan baik artikel-artikel koran gitu.

"Budi buat kliping, ya kumpulan artikel-artikel koran yang menceritakan perumahan-perumahan yang ada di Jawa Barat," kata Eko.

"Ya aku memang membuat kliping, ya kumpulan artikel-artikel koran yang menceritakan perumahan-perumahan yang ada di Jawa Barat gitu. Ya perumahan-perumahan yang ada di Jawa Barat...kan berkaitan dengan ekonomi," kata Budi.

"Memang sih...perumahan-perumahan di Jawa Barat berkaitan dengan ekonomi," kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

"Roda ekonomi di gerakan dengan baik demi hidup ini," kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

Eko menutup kliping dan kliping di taruh di meja gitu 

"Pengusaha-pengusaha berkaitan dengan usaha perumahan-perumahan....terjadi juga kompetisi dengan tujuan ini dan itu," kata Eko.

"Kompetisi tetap kompetisi," kata Budi.

"Persaingan sengit urusan pengusaha-pengusaha berkaitan dengan usaha perumahan-perumahan...demi tujuan ini dan itu," kata Eko.

"Memang persaingan sengit, ya yang penting persaingan yang sehat," kata Budi.

"Persaingan yang sehat, ya penting banget tujuan ini dan itu," kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

"Emmm," kata Eko.

"Hasil...dari usaha yang di jalankan pengusaha-pengusaha berkaitan dengan perumahan-perumahan? Ya rezeki masing-masing!" kata Budi.

"Omongan Budi benar sekali!" kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

"Bangun rumah berkaitan urusan keuangan," kata Eko.

"Memang urusan bangun rumah berkaitan dengan keuangan," kata Budi.

"Bagi yang banyak uang, ya bangun rumah sesuai dengan keinginan dengan baik...yang begini dan begitu...model rumahnya," kata Eko.

"Realitanya memang begitu," kata Budi.

"Bagi yang punya keuangnya pas-pasan, ya bangun rumahnya sesuai keadaan," kata Eko.

"Realitanya memang begitu," kata Budi.

"Urusan bangun rumah, ya ilmu arsitektur gitu," kata Eko.

"Ya memang urusan bangun rumah, ya ilmu arsitektur," kata Budi.

"Main kartu remi saja Budi!" kata Eko.

"Okey main kartu remi!" kata Budi.

Budi mengambil kartu remi di bawah meja, ya kartu remi di kocok dengan baik dan kartu remi di bagikan dengan baik gitu. Eko dan Budi main kartu remi dengan baik gitu.

"Hidup ini tetap sama kan Budi?" kata Eko.

"Ya memang sih....Eko....hidup ini tetap sama sih!" kata Budi.

"Acara Tv," kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

"Acara Tv....DA7...tetap bagus kan Budi?" kata Eko.

"Aku memang menonton dengan baik DA7, ya penilainya tetap bagus!" kata Budi.

"Menghibur!" kata Eko.

"Memang menghibur!" kata Budi.

"Artis Ramzi dan artis Gilang tetap jadi host dengan baik di DA7," kata Eko.

"Realitanya memang begitu," kata Budi.

"Kisah cinta rumah tangga artis Ramzi dan artis Gilang tetap sama kan Budi?" kata Eko.

"Berdasarkan berita tentang selebritis tetap sama sih...cerita kisah cinta rumah tangga artis Ramzi dan artis Gilang," kata Budi.

"Ya kalau ingin cerita lain, ya perubahan gitu," kata Eko.

"Ya hidup ini biasa sih...kalau ingin cerita perubahan, ya cerita yang berbeda....seperti keinginan orang lain yang ini dan itu gitu," kata Budi.

"Artis Ramzi punya istri kedua dengan tujuannya punya anak laki-laki gitu, ya seperti cerita film dan sinetron gitu. Sedangkan artis Gilang, ya cerita skandal dengan cewek di masa lalu gitu....dampaknya ke sekarang gitu, ya kaya...cerita film dan sinetron gitu," kata Eko.

"Cerita yang heboh dunia...persilatan itu mah...," kata Budi.

"Memang heboh sih...dunia persilatan," kata Eko.

"Segala masalah yang terjadi di hadapi dengan baik, ya sampai selesai," kata Budi.

"Memang sih...segala masalah harus di hadapi dengan baik seperti cowok yang berani bertanggung jawab gitu...jadi masalah selesai dengan baik, ya bukan seperti cowok pengecut yang bisa menghindari masalah jadi masalah berlarut-larut gitu," kata Eko.

"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.

"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

"Emmm," kata Eko.

Budi dan Eko tetap asik main permainan kartu remi gitu.

CAMPUR ADUK

REQUIEM FOR A DREAM

"Bintang berkelap kelip di langit yang gelap," kata Budi. Memang Budi duduk santai di depan rumahnya sambil menikmati minum kopi d...

CAMPUR ADUK