Budi duduk dengan baik di depan rumahnya.
"Nyanyi ah. Menghibur diri!" kata Budi.
Budi mengambil gitar di samping kursi, ya gitar di mainkan dengan baik dan dinyanyikan dengan baik gitu.
Lirik lagu yang dinyanyikan Budi :
***
Shiuli Iyer dan Danish "Dan" Walia bekerja magang di hotel yang sama. Shiuli, yang sangat disiplin dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, merupakan kebalikan dari Dan yang ceroboh dan tidak bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Di awal cerita, Dan bergelut dengan pekerjaannya melayani berbagai departemen di hotel. Dia tampaknya tidak memiliki hubungan yang baik dengan sesama anggota stafnya kecuali dua temannya yang bekerja di hotel yang sama sebagai pekerja magang.
Pada Malam Tahun Baru, Shiuli dan teman-temannya berpesta di lantai 3 hotel, saat Dan tidak ditemukan. Shiuli secara tidak sengaja tergelincir dan dirawat di rumah sakit. Saat anggota staf hotel lainnya mengunjunginya di rumah sakit, Dan terkena dampak serius saat teman-temannya memberitahunya bahwa kata-kata terakhir Shiuli sebelum dia terjatuh adalah "Di mana Dan?". Dan mulai mengunjungi rumah sakit setiap hari, meskipun hal itu berdampak negatif pada pekerjaannya dan hubungannya dengan teman-temannya yang menjaga shiftnya dan membantunya secara finansial. Setelah perkelahian di hotel, Dan diberhentikan. Dia menemukan kenyamanan bersama Shiuli yang perlahan mulai membaik dan kehadiran Dan menenangkan Shiuli. Dia mencurahkan seluruh waktunya untuk merawatnya.
Melihat karier dan kehidupan pribadi Dan tenggelam karena pengabdiannya terhadap Shiuli, ibunya Vidya memutuskan untuk menyuruhnya pergi dan mengurus dirinya sendiri. Dan bergabung dengan hotel lain di Kullu sebagai manajer namun tidak bisa mengalihkan pikirannya dari Shiuli. Segera dia mengetahui kesehatan Shiuli yang menurun dan mengunjungi rumah sakit. Dia meminta maaf karena meninggalkannya secara tiba-tiba dan berjanji untuk tinggal bersamanya. Melihat Dan, Shiuli menjadi tenang dan mulai membaik kembali. Dia segera keluar dari rumah sakit dan dibawa pulang dimana Dan terus merawatnya. Dia membawanya ke taman dan bertanya mengapa dia mengingatnya sebelum dia jatuh. Shiuli merespons dengan mencoba menyebutkan namanya dengan lantang. Malam berikutnya Shiuli menderita kejang dan meninggal karena paru-parunya rusak. Karena patah hati, Dan mengunjungi rumah Shiuli dan menghibur keluarganya yang putus asa. Setelah itu, dia terlihat mengumpulkan sertifikat kematiannya sambil menangis.
Dalam adegan selanjutnya, Vidya memberi tahu Dan bahwa dia diberi nama Shiuli karena kesukaannya pada bunga shiuli, yang dia suka kumpulkan saat kecil bersama kakeknya. Dia lebih lanjut menyatakan bagaimana bunga shiuli berumur pendek, karena mereka hidup sepanjang malam dan mati saat fajar; yang dengan sedih ditunjukkan oleh Dan, putrinya juga berumur pendek seperti bunga yang memiliki nama yang sama.
Beberapa bulan kemudian, Dan dipekerjakan kembali di hotel tempat dia menyelesaikan diploma dan bekerja sebagai sous chef. Suatu hari, dia melihat beberapa panggilan tidak terjawab dan mengunjungi Vidya. Mereka duduk di halaman belakang mendiskusikan Shiuli. Menunjuk tanaman shiuli di halaman belakang, Vidya memberi tahu Dan tentang keluarganya yang pindah ke kampung halaman mereka, Trichy. Dia tidak ingin meninggalkan tanaman Shiuli, tapi Dan meyakinkannya bahwa dia akan mengurusnya.
Cerita berakhir, keluarga Shiuli telah pindah dan Dan membawa tanaman shiuli bersamanya, sebagai simbol cinta tanpa syarat dan tidak konvensional yang telah bersemi di hatinya untuk Shiuli.
Budi selesai baca cerpen yang cerita menarik, ya buku di tutup dan buku di taruh bawah meja. Yaaaa Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan di depan rumah Budi. Yaaa Eko melihat dengan baik di meja, ya ada mainan pesawat yang terbuat dari kardus berjalan di jalur kereta api, ya jalan ya baik, ya muter-muter, ya Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.
"Budi. Buat mainan pesawat yang terbuat dari kardus, ya begitu juga dengan rel kereta api?" kata Eko.
"Iya!" kata Budi.
"Kreatif," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Biasanya. Pesawat terbang di langit. Berjalan juga di lapangan terbang, ya bandara. Budi membuat pesawat berjalan di jalan kereta api," kata Eko.
"Hal berbeda boleh kan Eko?" kata Budi.
"Boleh lah beda. Tidak ada yang melarang!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Ngomong-ngomong Eko. Hidup ini tetap sama kan?" kata Budi.
"Yaaa tetap sama. Antara baik dan buruk. Siapa yang tahu isi hati manusia? Yang tahu isi hati manusia adalah Tuhan!" kata Eko.
"Antara baik dan buruk. Berarti harus hati-hati, ya karena ada manusia yang pake topeng, ya pura-pura menjalankan hidup ini. Di depan citra baik di belakang citra buruk," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Hidup ini," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Hidup ini antara benci dan cinta," kata Budi.
"Realitanya begitu," kata Eko.
"Berdasarkan berita yang pernah aku baca di koran yang lama, ya tentang berita orang yang membakar kitab ajaran agama. Yaaa orang tersebut benci pada ajaran agama," kata Budi.
"Benci sesuatu. Berita koran lama yang di obrolin kembali dengan baik," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Kitab ajaran agama yang di bakar cuma satu kan Budi?" kata Eko.
"Ya cuma satu ajaran agama yang di bakar kitabnya, ya berdasarkan koran yang aku baca. Koran lama," kata Budi.
"Hiperbola saja!" kata Eko.
"Hiperbola," kata Budi.
"Kitab ajaran agama yang di bakar bukan satu ajaran agama saja, ya di tambah lima ajaran agama jadinya enam ajaran agama, ya kitab ajaran agama di bakar. Orang yang membakar kitab ajaran tersebut benci banget gitu. Di publikasikan di media. Jadi ujaran kebencian gitu," kata Eko.
"Jadi kontra luar biasa," kata Budi.
"Yaaa memang kontranya luar biasa," kata Eko.
"Ulah manusia," kata Budi.
"Yaaa memang ulah manusia," kata Eko.
"Kelakuan manusia hidup ini antara baik dan buruk," kata Budi.
"Baik dan buruk," kata Eko.
"Yang perilaku baik, ya orang-orang yang mencintai kitab ajaran agama, ya enam ajaran agama. Orang tersebut merawat kitab ajaran agama dengan baik," kata Budi.
"Cinta," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Orang yang mencintai kitab ajaran agama, ya di rawat dengan baik karena ada manfaat dari kitab ajaran agama, ya ilmu," kata Eko.
"Hidup ini penuh benturan. Pro dan kontra. Antara benci dan cinta," kata Budi.
"Begitulah hidup ini!" kata Eko.
"Antara damai dan konflik, ya sampai perang," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Hukum ada untuk mengatur manusia dengan baik, ya untuk mencegah perkara yang terjadi karena perselisihan manusia. Pro dan kontra," kata Budi.
"Yang salah, ya di hukum berdasarkan kesalahannya," kata Eko.
"Memang yang salah harus di hukum. Untuk menghentikan tindakan orang salah tersebut karena dapat menimbulkan konflik," kata Budi.
"Hukum," kata Eko.
"Ya sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko.
"Sebaiknya manusia berjalan di jalan baik untuk kebaikan bersama," kata Budi.
"Omongan Budi benar banget!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Oke. Main catur!" kata Budi.
"Main catur!" kata Eko.
Budi mengambil mainan pesawat yang berjalan di rel kereta api, ya di matikan dan rel kereta api di bereskan dengan baik di bantu Eko dan di taruh di bawah meja. Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Eko dan Budi menyusun bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik.